Jenis tulisan : Esai
Oleh : Dini Sintia ( Pend. Sosiologi, 2015 )



Meninjau tipe manusia dalam ilmu psikologi berbeda dengan ilmu sosial lainya, seperti sosiologi dan filsafat ilmu. Jika ilmu psikologi membahas tipe manusia bedasarkan kpribadiannya atau sifatnya, sedangkan filsafat ilmu meninjau manusia bedasarkan hakikat paling dasar manusia dalam konteks pengetahuan. Korelasi antara kepribadian dan pengetahuan memang sangat erat. Misalkan, implemetasi orang bijaksana dalam hal agama maka tak dipungkiri bawasannya orang tersebut hebat dalam ilmu agama. Dengan demikian, ada sebuah cerita seorang awam bertanya kepada filsuf yang arif dan bijaksana.

Ada alkisah sebuah cerita seorang awam bertanya kepada seorang filsuf yang arif dan bijaksana  “ ada berapa tipe manusia bedasarkan pengetahuannya?” dan seorang filsuf tersebut hanya menarik napas dan menjawab, ada empat tipe manusia bedasarkan pengetahuannya yaitu:

“ Seorang yang tahu di tahunya, seorang yang tahu di tidak tahunya, seorang yang tidak tahu di tahunya dan seorang yang tidak tahu di tidak tahunya”

Mari kita tafsirkan tipe manusia yang telah di sebutkan oleh seorang filsuf yang arif dan bjaksana. Yang Pertama ialah “Seorang yang tahu di tahunya” , maksudnya ialah seseorang manusia mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan dan mengetahui posisi peran dirinya, apa yang dilakukan atas pengetahuan tersebut dan digunakan atau di implementasikan yang berimplikasi pada pemberian nilai tambah terhadap ilmu pengetahuan di dalam masyarakat. Serta dalam mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan diperlukan kedewasaan diri manusia memperoleh dan memberikan nilai tambah terhdap masyarakat. Contohnya ialah B.J Habiebie dalam memperoleh ilmunya beliau harus sekolah di Jerman pada jurusan teknik. Ketika beliau di tawarkan pekerjaan di Universitas tersebut sebagai tenaga pengajar atau dosen dengan gaji yang sangat besar, tetapi pada saat itu tanah airnya yaitu Indonesia sangat memerlukan peran beliau untuk membangun dan mengembangkan masyarakat dalam bidang teknologi.

Yang kedua ialah “Seorang yang tahu di tidaktahunya” , maksudnya ialah seseorang manusia yang mendapatkan sebuah ilmu pengetahuannya dan tidak tahu peran apa yang ia dilakukan atas pengetahuan atau tidak tahu untuk apa pengetahuan tersebut digunakan atau di implementasikan yang berimplikasi pada tidak berkembangnya peradaban manusia karena hanya beberapa orang saja yang mempunyai pengetahuan tersebut dan tidak diregenerasi pada generasi selanjutnya. Dengan itu orang yang memiliki pengetahuan pada dasarnya dibutuhkan kedewasaan diri untuk mengetahui sasaran kita untuk apa pengetahuan tersebut di terima dan diberikan untuk orang lain. Contohnya, Pak Sambas adalah sesorang yang mempunyai keahlian dalam teknik warna dan pewarnaan, tetapi menurut beliau teknik pewarnaan bisa dilakukan oleh semua orang khususnya orang yang sekolah dalam bidang kimia. Padahal pak Sambas tidak sekolah dalam bidang tersebut. Dengan kerendahan hatinya, Pak Sambas tidak mengetahui bawa keahlian dan ilmunya sangat diperlukan dan dinantikan oleh masyarakat. Yang dicontohkan diatas adalah kerendahan hati yang berujung pada tidak berkembangnya ilmu pegetahuan dan gologan orang yang memanfaatkan untuk kesombongan mereka hanya memanfaatkan untuk keperluan diri sendiri.

Tipe yang ketiga ialah “Seorang yang tidaktahu di tahunya”, maksudnya ialah seorang manusia yang tidak memiliki ilmu pengetahuann tetapi ia berusaha untuk memberikan pengadian pada nusa bangsa, negara dan agama. Pada tipe ini biasanya orang memberikan setengah dirinya untuk kegiatan kemanusian dan ada dampak negatif pada tipe orang ini yaitu pada golongan orang seperi teroris. Mereka yang tidak mengetahui seberapa ilmu yang mereka memiliki dan mereka hanya mengetahui bahwa kegiatannya ialah untuk kebaikan agama, masyarakat dll. Padahal mereka dijadikan alat sebagian orang untuk mencapai cita-citanya atau mencapai kekuasaan tertinggi.

Dan yang terakhir atau keempat ialah “Seorang  tidak tahu di tidaktahunya”. Bawasannya orang pada tipe ini adalah golongn orang yang tidak mengetahui ilmu pengetahuan dan tidak bisa melakukan apa-apa atas minimalnya pengetahuan tersebut. Contohnya ialah orang yang memiliki rendah pendidikan dan rendah akan pengbdiaan pada kegiatan kemanusian. Pada empat tipe manusia bedasarkan pengetahuannya kita harus mengetahui apa standarisasi pengetahuan dan pengabdian atas ilmunya yaitu, ilmu pengetahuan hakikatnya ialah sesuatu yang yang dilakukan oleh manusia dalam hal akademik dan non akademik. Jika dalam akademik bisa didapatkan dalam jenjang formal dan pengetahuan yang didapatkan dalam non akademik seperti keahlian atau skill, dan pengalaman. Standarisasi pengabdian dapat kita kaitkan dalam hal kegiatan memberikan nilai lebih terhadap seseorang, masarakat atau alam.

Dan seorang awan bertanya kembali kepada seorang filsuf  “Bagaimana saya mendapatkan pengetahuan yang benar? “ dan seorang filsuf menjawab kembali “Mudah saja ketahuilah yang kau tahu dan yang kau tidak kau ketahui, karena bawsannya ilmu yang kita dapat harus sejalan dengan implemetasi kita terhadap ilmu tersebut.” Dengan tujuan agar tidak menyalahgunakan ilmu pengetahuan dan implementasi atas ilmu pengetahuan tersebut. Bukan berarti keempat tipe di atas salah akan tetapi pahami secara terperinci dan renungkan ke empat tipe manusia untuk diri sendiri atau orang lain.

Mari mulai renungkan pengetahuan yang kita dapat untuk kesejahteraan masyarakat, bangsa, negara dan agama. Karena sesungguhnya ilmu yang kita kejar akan terasa abadi apabila ilmu tersebut diturunkan dan digunakan oleh orang banyak. Maka ilmu tersebut adalah ilmu soleh yang di agama dikatakan mendapatkan pahala sangat besar dengan melipat gandakan. Pada dasarnya tidak perlu memberikan dalam hal makro kita juga dapat lakukan dalam hal mikro seperti menulis karena dengan menulis kita dapat memberikan hal yang terkecil dari pengetahuan dan hal terkecil dari pengabdian atas ilmu tersebut.

0 Komentar