Resensi Buku Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme, dan Kolonialisme di Minangkabau
OlNadia Hayyu Furuhita
Sumber gambar: goodreads.com
Identitas Buku
Judul : Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Kolonialisme di Minangkabau
Penulis : Jeffrey Hadler
Penerbit : Freedom Institute
Tahun terbit : 2010
Jumlah Halaman : xxxviii + 373 halaman
Sinopsis:
Buku ini membahas dinamika antara antara reformisme Islam dan matriarkat yang pada saat itu menghadapi kolonialisme. Sejak akhir abad ke-18, Minangkabau mengalami berbagai perdebatan antara reformis-reformis Muslim dengan para budayawan. Ketegangan itu dimukai dengan kekerasan seperti Perang Padri. Perang ini dimulai dengan adanya upaya menggantikan matriarki dengan model masyarakat Islami.
Matriarkat sendiri di Minangkabau mempunyai peranan yang sangat penting. Menurut adat Minangkabau, mamak menjadi otoritas laki-laki dan menjadi jangkar dari keluarga. Pertentangan adat dengan para tokoh muslim terus terjadi namun tradisi lokal tidaklah rapuh. Adanya campur tangan dari pihak kolonial dalam peperangan tersebut..
Pada akhirnya, budaya matriarkat di Minangkabau tidak bisa padam. Perang padri tidak diakhiri oleh kemenangan kolonialisme, namun diberhentikan atas dorongan Tuanku Imam Bondjol dalam memberhentikan serangannya atas budaya matriarkat dari posisi yang kuat. Setelah pembuangan Tuanku Imam Bondjol, Belanda dengan segera memasuki wilayah Sumatera Barat menjadi wilayah kolonialismenya. Minangkabau mengalami kolonialisme secara intensif dengan pemberlakuan tanam paksa, sekolah-sekolah kolonial, peraturan kesehatan, dan reformasi-reformasi legal.
Kelebihan
Buku ini membuka wawasan kita akan sejarah lokal. Seperti yang kita ketahui, pembelajaran sejarah lokal sangat kurang diperhatikan oleh masyarakat. Dengan buku ini, kita bisa tahu mengenai adat dan kebudayaan masyarakat Minangkabau dan juga latar belakang Perang Padri yang menjadi pembuka kolonialisme di daerah Sumatera Barat. Selain itu, buku ini juga dilengkapi oleh peta dan berbagai ilustrasi yang dapat memudahkan kita mengerti kebudayaan masyarakat Minangkabau era kolonialisme.
Kekurangan
Menurut saya, dikarenakan buku ini merupakan buku terjemahan jadi ada beberapa kosakata ataupun kalimat yang cukup sulit dimengerti. Namun, hal itu tidak mengurangi esensi sejarah dalam buku ini.
0 Komentar