Review Drama “SWEET HOME”: Protret Manusia Yang Baik atau Kegagalan Menjadi Manusia?
Review Drama “SWEET HOME”: Protret
Manusia Yang Baik atau Kegagalan Menjadi Manusia?
Oleh:
Priatini
Sumber: harapanrakyat.com
Seni
untuk mempertanyakan sesuatu kita sebut sebagai filsafat, sedangkan seni untuk
menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak kita sebut sebagai drama.
Akhir-akhir ini saya mencoba menyibukkan diri dengan hal-hal yang saya sukai
seperti salah satunya menonton drama. Saya rasa tidak ada yang salah dengan hal
itu disaat orang lain ada yang mengatakan menonton drama hanya menghasilkan
perasaan emosi sesaat dan membuang waktu. Hal demikian tak berlaku bagi saya
yang berusaha mencari makna dari isi drama yang kemudian menjadi motivasi hidup
saya. Drama yang cukup memicu emosi dan pemikiran saya adalah drama korea
berjudul “Sweet Home”. Drama yang tayang perdana pada 18 Desember 2020 ini
merupakan Original Netflix Series yang diadaptasi dari webtoon berjudul serupa.
Mempunyai genre drama, fiksi pasca apokaliptik, dan horror thriller membuat
drama ini dapat juga dinikmati kaum laki-laki yang biasanya tidak identik
sebagai penikmat drama korea. Apresiasi terbesar saya berikan pada Lee Eung-bok
dan seluruh tim yang menjadikan drama ini sangat memukau dari berbagai sisi.
Saya
akan memberikan review terhadap drama yang mempunyai 10 episode ini, jika anda
belum menontonnya tenang saja karena ini tidak berisi spoiler penuh. Saya akan
menjabarkan makna tersirat dari drama ini sesuai pandangan saya. Jika anda
melihat sekilas sinopsis awal penanyangan drama ini pasti anda tahu bahwa drama
ini mengisahkan tentang perjuangan dramatis orang-orang penghuni apartement
Green Home dalam menghadapi wabah monster. Pembunuhan menjadi hal wajar pada
situasi tersebut karena negara pun kuwalahan menangani situasi darurat itu.
Namun satu yang menjadi tujuan utama orang-orang yang ada di apartement Green
Home itu adalah “Hidup”. Semua orang ingin tetap hidup karena mereka punya
mimpi dan harapan besar masing-masing. Satu dari beberapa tokoh yang mengisi drama ini yaitu
Cha Hyun Su yang diperankan oleh aktor Song Kang. Ia menjadi salah satu orang
yang mengalami gejala terinfeksi monster. Sebelum ia pindah ke apartement Green
Home, Hyun Su memiliki latar belakang kelam hidupnya sehingga menjadi orang
yang pendiam dan tidak mudah bergaul. Sehingga terbesit dalam benaknya untuk
menghakhiri hidupnya karena ia merasa tidak bisa menjadi manusia sebagaimana
yang diharapkan oleh masyarakat. Orang-orang menuntutnya untuk menjadi manusia
yang baik dalam pandangan masyarakat namun tak melihat bagaimana kemampuan
masing-masing orang. Hyun Su merasa menyesal dan bingung terhadap kehidupan
manusia, karena ia merasa hidupnya menjadi berantakan ketika ia menolong
seorang temannya di masa sekolah dulu. Entah apa yang salah dari tindakannya
itu sehingga menjadi awal dirinya dirisak oleh teman-temannya, bahkan
keluarganya ikut terkena dampaknya. Hal itu lah yang membuat Hyun Su merasa
harus bunuh diri saja. Kelanjutan lebih detailnya, Anda perlu menonton drama
itu dan menilai dari sudut pandang Anda masing-masing. Hal yang menarik untuk
saya bahas dari drama ini adalah makna kemanusiaan. Apa itu manusia yang baik?
Bagaimana kegagalan menjadi manusia itu?
Apa itu manusia yang baik? Aristoteles dalam karyanya Nichomachean Ethics melakukannya dengan memulai pertanyaan “apakah kebaikan manusia itu?” dan jawabannya adalah “kebaikan manusia adalah aktivitas jiwa dalam kesesuaiannya dengan keutamaan. Dalam memahami etika, kiranya kita harus memahami apakah yang membuat seseorang menjadi pribadi utama. Aristoteles menjawabnya dengan empat keutamaan yaitu: keberanian, kontrol diri, kemurahan, dan kejujuran. (Gufron, 2016 : 99) Tokoh Hyun Su adalah pribadi yang mempunyai hasrat untuk menolong orang walaupun dirinya juga memerlukan pertolongan orang lain. Hasrat itulah yang memicunya dapat berubah menjadi monster. Namun dari sikap inilah saya tahu bahwa Hyun Su sudah menjadi manusia yang baik menurut pandangan Aristoteles tadi. Ia mempunyai empat keutamaan yang disebutkan Aristoteles. Diantara beberapa orang yang ada di apartement Green Home, sikap manusia yang baik sebenarnya dapat dilakukan semua orang namun terhalang oleh sikap egois yang merupakan sikap sejati yang dimiliki manusia. Keadaan darurat menjadikan sikap egois itu muncul sehingga meninggalkan apa yang dinamakan humanisme. Etika keutamaan menjadi dasar seseorang itu dapat menjadi manusia yang baik. Alam realitas etika keutamaan biasanya dikontraskan dengan etika kewajiban atau etika peraturan. Keutamaan manusia sebagai manusia terletak pada pelaksanaan yang baik atau keberhasilannya dalam menjalankan fungsi khas kemanusiaan. Dan fungsi khas itu adalah akal budi. (Gufron, 2016 : 105-106) Tak lupa dengan tokoh wanita mantan pemadam kebakaran Seo Yi Kyung yang mempunyai akal budi sebagai fungsi khas kemanusiaan seperti segala tindakannya dalam drama itu. Ia cukup tangguh sebagai seorang wanita dalam mengadapi monster dan juga memperjuangkan cintanya yang telah tiada, sungguh karakter wanita yang langka di kehidupan nyata. Jika saya telah menjelaskan bagaimana manusia yang baik itu, maka ada apa dengan kegagalan menjadi manusia? Bagaimana manusia bisa gagal menjadi manusia? Nyatanya dalam drama itu, bukan monster satu-satunya sosok yang gagal menjadi manusia namun manusia itu sendiri pun dapat gagal dalam menjalankan hidup sebagai manusia.
Kegagalan menjadi manusia mengingatkan saya dengan novel Jepang yang ditulis oleh Dazai Osamu yang menjelaskan bagaimana seseorang merasa tidak sesuai dengan jalan kehidupan manusia dan memilih untuk mengakhiri hidup. Hyun Su memang sempat mempunyai pilihan untuk bunuh diri karena merasa gagal menjadi manusia, namun ia dapat melawan pemikiran itu untuk menjadi manusia dengan harapan tetap hidup. Orang-orang yang masih bertahan hidup di apartement Green Home sempat mengalami fase dimana mereka gagal menjadi manusia karena sikap egois. Situasi dan kondisi yang tidak pasti itulah yang menjadi pemicu. Mereka egois karena mereka ingin tetap hidup. Meski manusia mengedepankan alasan umum yang kedengarannya mulia, sebenarnya tujuan utama segala upaya manusia itu selalu egosentris, dan setelah kebutuhan individu itu terpenuhi, muncullah individu selanjutnya. (Osamu, 2020: 108) Karakter Hyun Su yang sempat putus asa dengan berniat bunuh diri mengingatkan saya dengan isi buku dari Osamu ini. Berkaitan dengan isu kesehatan mental yang saat ini menyerang berbagai lapisan masyarakat membuat saya membahas karakter putus asa Hyun Su ini dengan konsep kegagalan menjadi manusia. Perjuangan hidup yang tidak mudah dengan melawan isi pemikiran yang begitu rumit membuat kita berpikir bahwa aturan konsep manusia begitu memaksa bagi sebagian orang yang kurang mampu melakukannya. Manusia mempunyai sisi gelapnya masing-masing sehingga tidak bisa terus menjadi manusia baik yang diinginkan masyarakat. Hyun Su hidup dalam kesengsaraan dan pemikiran rumitnya yang tidak bisa dipahami oleh banyak orang diluar sana. Melihat dari keadaan Hyun Su, perlu kita berpikir diluar sana banyak orang-orang yang bingung dengan dirinya sendiri, dalam artian bingung sebenarnya apa yang membuat hidupnya menjadi berantakan.
Dari
ulasan diatas sebenarnya banyak yang masih ingin saya bahas mengenai setiap
karakter dalam drama itu. Mereka mempunyai sisi kehidupan masing-masing yang
dapat dianalisa dengan pemikiran manusia yang baik maupun kegagalan
menjadi manusia. Intinya mereka semakin
menyadari makna penting humanisme saat situasi yang mengancam kelangsungan
hidup manusia itu muncul. Namun ada suatu ketika dimana manusia kehilangan konsep
humanisme saat dibutakan oleh hasrat yang berlebihan, hasrat yang berasal dari
sisi egois manusia yang tertuju pada kesenangan indivual. Manusia akan menjadi
lebih mengerikan dan susah dikalahkan dibandingkan monster saat mereka saling
membunuh dan haus akan kepentingan pribadi. Anda tentu menemukan hal tersebut
dalam akhir-akhir episode dari drama Sweet Home ini. Kesan saya setelah
menonton drama ini adalah merasa sangat terpukau dengan alur dan kejadian tak
terduga yang selalu terjadi disetiap episodenya dan tentu saja membuat saya
tidak bisa untuk diam saja setelah menonton drama horror thriller satu ini.
Saya yakin setiap dari Anda yang sudah atau akan menontonnya pasti mempunyai
pemikiran unik dan kritis tentang drama ini. Satu kutipan dialog yang menjadi
favorite saya adalah “Menjanjikan sesuatu di situasi tak pasti, kemungkinan adalah
sebuah kebohongan”
Referensi
Gufron, Iffan Ahmad. 2016. Menjadi Manusia Baik Dalam Perspektif Etika
Keutamaan.Jurnal Yaqzhan. Vo. 2 : 1 h.99-106
Osamu, Dazai. 2020. Gagal Menjadi Manusia. 108
1 Komentar
BalasHapusada 9 permainan poker menarik di AJOQQ :D
ayo segera bergabung dan dapatkan bonusnya :D
WA : +855969190856