Oleh : Ul

sumber gambar: https://www.bukukita.com/


Identitas Buku

Judul buku    : The Geography Of Bliss

Pengarang    : Eric Weiner

Penerbit        :  Qanita

Tahun terbit : 2008

Jumlah halaman : 569 halaman

 

“Apakah kita benar-benar mampu mengukur kebahagiaan sendiri?”- The Geography of Bliss

 

Apa arti dari kebahagiaan itu? Apakah kebahagiaan itu sama bagi setiap orang dan tempat?. Perbincangan tentang kebahagiaan memang tidak ada titik  akhirnya.  Maka dari itu penulis pergi  ke 10 negara  dan mencari dimanakah tempat yang paling bahagia dan apa yang membuat bahagia. Tempat-tempat yang dikunjungi nya yaitu Belanda, Swiss, Bhutan, Qatar, Islandia, Moldova, Thailand, Britania Raya, India dan Amerika. Dengan membaca ini seolah-olah kita sebagai pembaca melalangbuana ke berbagai negara untuk mencari tau apa yang membuat orang-orang disana bahagia atau bahkan tidak bahagia. Di dalam buku ini terdapat campuran aneh tulisan perjalanan, psikologi, sains dan humor sehingga dapat menantang intelektual pembaca. Terlepas dari topik kebahagiaan, gaya penulisan eric terkesan sangat kocak dan santai. Sehingga membuatku dapat menikmati buku ini sepenuhnya. Selain itu pembaca juga dapat menambah wawasan dengan beberapa fakta-fakta didalamnya.

Buku ini ditulis dengan bentuk narasi laporan perjalanan Weiner ke 10 negara dengan tujuan menelaah apakah ada hubungannya antara rasa bahagia seseorang dengan tempat dimana dia tinggal. Buku ini juga merupakan bagian dari seri "Geography of.. " oleh Weiner, bersama dengan Geography of Jenius dan Geography of Faith. 

Kebahagiaan di 10 Negara

1.      Belanda

Orang Belanda paham sekali sepertinya bahwa kebahagiaan itu sifatnya subjektif, sehingga mereka toleran pada siapapaun, bahkan pada orang yang tidak punya toleransi. Namun, toleransi yang berlebihan cenderung pada ketidakpedulian.

2.      Swiss

Saat ditanya apa yang membuat orang Swiss bahagia, mereka menjawab: kebersihan. Katanya, toilet umum di Swiss itu bersih sekali. Orang Swiss juga menghargai alamnya, percaya alam itu membawa rasa damai. Mereka juga percaya bahagia itu tidak menonjolkan diri, supaya tidak menimbulkan rasa iri pada orang lain, karena rasa iri merupakan musuh kebahagiaan. Gembira sekaligus tenang. 

3.      Bhutan

Negara kecil yang menerapkan kebijakan Kebahagiaan Nasional Bruto sebagai tolak ukur kemajuan bangsanya. Penulis juga menjabarkan bahwa apapun yang dikerjakan dengan sepenuh hati itu harusnya sudah cukup. Cukup merupakan kunci kebahagiaan. Dan dengan cara mengetahui keterbatasan diri mereka lah orang Bhutan menjalani versi 'kehidupan bahagia' mereka.

4.      Qatar

Orang Qatar tidak ada yang miskin, namun apakah mereka bahagia itu lain soal. Kemalasan dan gaya hidup generasi muda mereka, yang dibesarkan oleh tim orang bayaran -- yang tidak punya wewenang penuh sebagai pewaris kebijaksanaan dan norma layaknya orang tua, mulai menjadi isu kekhawatiran di negara itu. 

5.      Islandia

Orang Islandia menuangkan 'kesedihan' mereka dalam kegatan seni. Kreativitas dipercaya peneliti dapat membahagiakan. Kebahagiaan sendiri bukan cita-cita nalar namun cita-cita imajinasi seseorang. Secara mengejutkan Islandia merupakan salah satu negara yang penduduknya paling bahagia.

6.      Moldova

Gambaran negara yang tidak sejahtera karena politiknya bisa kita lihat disini. Setiap orang akhirnya mengandalkan dirinya masing-masing untuk bertahan hidup. Dengan segala cara. Hal ini menyebabkan masyarakat disana terlihat murung, tidak percaya pada orang lain, krisis ekonomi, krisis kepercayaan, singkatnya tidak bahagia.

Kita diingatkan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari sebuah keberuntungan besar yang jarang terjadi, namun berasal dari keberuntungan-keberuntungan kecil yang terjadi sehari-hari dan tentu saja, rasa syukur.

7.      Thailand

Negara tetangga kita ini punya jargon tersendiri yang diadopsi penduduknya untuk menjadi bahagia. Mai Pen Lai, yang artinya tidak apa-apa. Juga Jai Yen, yang berarti hati yang dingin. Intinya tidak terlalu banyak berpikir bisa memberikan kebahagiaan.

Ada 3 cara untuk menjadi bahagia, pertama meningkatkan perasaan positif, kedua mengurangi perasaan negatif dan ketiga mengubah pokok permasalahannya. Pilihan ketiga ini yang banyak dilakukan orang Thailand untuk menjadi bahagia, berfokus ke permasalahan yang dapat membuat bahagia.

8.      Britania Raya

Bagi orang Inggris hubungan dengan manusia lain lah yang bisa menyebabkan kebahagiaan, bukan materi. Istilah pub, yang identik dengan bar, berasal dari bahasa Inggris yang disingkat dari ‘public house’, dimana seperti namanya tempat itu dimaksudkan supaya orang saling berinteraksi. Hal ini adalah indikasi bahwa pada dasarnya orang Inggris cenderung berfokus pada diri sendiri.

Mereka amat menghargai privasi. Kepercayaan yang telah diberikan kepada orang lain adalah hal yang tidak mudah didapat, sehingga hubungan dengan manusia lain senantiasa harus dijaga. Efek samping dari hubungan antarmanusia itu adalah kebahagiaan.

9.      India

Kebahagiaan adalah kontradiksi. Dimana si kaya bisa selaras hidup berdampingan dengan si miskin, mengesampingkan perbedaan yang amat menyolok diantara keduanya. Orang India pandai mencari kesetimbangan dalam hidup.

Di India kita juga bisa menemukan fasilitas riil yang biasa disewa orang dalam perjalanan mencari kebahagiaan, seperti ashram yang mengajari orang untuk bermeditasi, detox, mendalami budaya, mencari inti diri, intinya whatever it takes to pursue happiness. Hal ini bahkan dijadikan destinasi wisatawan tersendiri di negara itu. 

10.  Amerika Serikat

Negara adidaya ini memiliki lebih banyak materi dibandingkan negara lain untuk meraih kebahagiaan. Mereka bangsa yang ambisius dalam mencapai tujuannya. Namun, kemudahan dalam mencapai apa yang kita kira bisa membuat kita bahagia tidak selalu dibarengi dengan kemampuan untuk menerima hasilnya.

Sebagaimana diilustrasikan Weiner, seorang petani di Bangladesh mungkin mengira Mercedes S-Class dapat membuatnya bahagia, bagi orang Amerika yang kemungkinan lebih mudah mendapatkannya, mereka dihadapkan pada kondisi untuk siap merasa kecewa, atau tidak puas, dan terus menginginkan lebih. Kita diingatkan bahwa kebahagiaan adalah kondisi ketika kita juga bisa merasa cukup.


Jadi, apakah negara Belanda dimana tempat segala kebebasan dan toleransi adalah tempat yang bahagia? Ataukah Swiss, sebuah negara yang serba teratur, demokratif tapi membosankan adalah tempat yang menyenangkan? Apakah gagasan Raja Bhutan mengenai kebahagian nasional bruto lebih penting daripada produk nasional bruto adalah gagasan yang konyol?


selamat membaca dan temukan apa kebahagian itu bagi anda

0 Komentar