Disrupsi 4.0  Itu Sebuah Ancaman atau Peluang
Oleh: Selvina

Sumber Gambar: https://www.vectorstock.com
Revolusi industri 4.0 merupakan perkembangan teknologi yang begitu pesat, dimana dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia baik secara fisik maupun biologisnya. Perkembangan teknologi saat ini tidak semerta-merta tanpa melalui tahapan yang panjang dan rumit, mulai dari revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan adanya penemuan mesin uap dan mulainya industri manufaktur pada abad ke 18. Kemudian lanjut pada revolusi industri 2.0 pada abad ke 19 yang ditandai dengan adanya produksi massal dan ditemukannya mesin listrik untuk pengolahan produk pertanian. Setelah melewati tahapan tersebut, muncul kemudian revolusi industri 3.0 pada abad ke 20 yang ditandai dengan adanya komputer dan teknologi informasi. Hingga akhirnya saat ini kita berada pada revolusi industri 4.0 yang merupakan puncak dari lahirnya teknologi digital dan berbagai bentuk otomatisasi teknologi.
Revolusi Industri 4.0 dengan segala bentuk kemudahan yang ditawarkan bagi aktivitas manusia juga tidak luput dari dampak negative bagi manusia itu sendiri. Dampak dari revolusi industri 4.0 berupa disrupsi hampir pada seluruh bidang, dimana dampak disrupsi ini harus segera ditanggapi agar tidak tergerus pada kemajuan teknologi. Disrupsi sendiri berarti adalah perubahan yang fundamental, sehingga dampak yang diberikan juga sangat luas. Bagi Negara dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi, revolusi industri 4.0 merupakan sebuah peluang namun juga tantangan yang besar dimana manusia tidak hanya bersaing dengan manusia lainnya namun juga pada mesin-mesin dan robot-robot yang memiliki tingkat efisiensi yang jauh lebih tinggi.
Disrupsi adalah istilah yang dipopulerkan oleh  dua selebritis professor dari Harvard University Business School Clayton Christensen  dan Michael Porter sebagai kelanjutan dari tradisi berpikir (for you to win, you’ve got somebody to lose)  kita harus beradaptasi dan mengebali bagaimana keadaan sekarang yang penuh dengan perubahan. Dengan perubahan tersebut yang memengaruhi segala aspek kehidupan manusia, timbul sebuah pertanyaan apakah era 4.0 adalah sebuah peluang atau sebuah ancaman bagi Indonesia, terutama dalam aspek ketahanan nasional.

Hal yang menjadi tantangan tentu saja pertambahan jumlah penduduk di Indonesia yang diperkirakan akan terus meningkat, Bonus demografi di Indonesia diprediksi akan terjadi pada 2020-2035 dimana jumlah usia produktif akan mencapai grafik tertinggi yaitu sebesar 64% dari total jumlah penduduk Indonesia (Sumber: Badan Pusat Statistik). Sebagian besar penduduk Indonesia akan didominasi oleh kaum milenial sehingga hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan bagi 64% penduduk usia produktif dan juga mempertahankan kemampuan dan kualitas SDA nantinya karena persaingan bukan hanya manusia Indonesia tapi seluruh asia akibat adanya perdagangan bebas.

Di Indonesia, industri 4.0 sering disebut juga sebagai Making Indonesia 4.0. Istilah ini sebenarnya mengandung makna positif dan dapat memicu perkembangan Indonesia serta merevitalisasi industri nasional secara keseluruhan, baik dari keseluruhan pihak mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Menurut Yeo Siang Tiong, General Manager for Southeast Asia at Kaspersky, optimisme semacam ini juga diiringi dengan sedikit kecemasan. Misalnya, pertanyaan singkat mengenai bagaimana negara-negara kepulauan seperti Indonesia berjuang menangani industri 4.0 secara merata?

Faktanya, ketimpangan infrastruktur tidak hanya dialami negara-negara kepulauan, bahkan negara seperti Jerman merasa kesulitan menyediakan infrastruktur digital secara merata ke semua bagian negaranya. Betul bahwa ada banyak hal yang mampu dieksplorasi Indonesia dalam menghadapi industri 4.0 untuk pembangunan nasional yang lebih baik. Misalnya, memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui teknologi dengan fasilitas platform e-commerce, kemudian memajukan jaringan internet berkecepatan tinggi, pusat data cloud, manajemen keamanan dan infrastruktur broadband untuk mendukung pengembangan infrastruktur digital nasional. Namun selain itu, satu pilar penting dari perjalanan Indonesia menuju industri 4.0 lainnya adalah keamanan internal control system (ICS). Dengan modal itu menjadi sebuah tantangan karena dengan salah satu adanya industry 4.0 adalah internet, dengan tidak adanya batasan informasi baik privasi hingga ranah nasional yang berisi tentang dokumen penting Negara yang memungkinkan terjadinya kebocoran informasi rahasia Negara kepada pihak lain yang ingin menjatuhkan Indonesia.

Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia agar  generasi millennial bisa untuk mengatasi ancaman cyber? Hal yang harus selalu dijadikan bahan pertimbangan, terutama Indonesia adalah memiliki SDM yang tepat dengan kemampuan dan keterampilan keamanan Cyber yang mumpuni untuk melindungi Indonesia dari ancaman kebocoran informasi internal melalui kejahatan Cyber. Revolusi Industri 4.0 sejatinya dapat meningkatkan efisiensi dan peningkatan kualitas produk/jasa dan manusia. Jadi kalau berbicara dari sudut ketahanan nasional bangsa, sudah seharusnya pemerintah mampu memberikan kualitas pelayanan terhadap publik yang lebih untuk memperoleh rasa aman dan damai. Berbagai layanan publik harus lebih efisien, baik efisien dari sisi waktu maupun biaya. Di sisi lain tentu persoalan keamanan akan menjadi semakin kompleks, tantangan ini harus mampu dihadapi oleh pemerintah yang bersinergi dengan masyarakat Indonesia.

Sumber:
Dampak Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Ketahanan Nasional Bangsa – Medium (n-d). 2020
Tantangan dan Masa Depan Indonesia Dalam Era Industri 4.0 – Warta Ekonomi (n.d) – 2019

0 Komentar