Resensi
Ideologi dalam Film Harry Potter

Sumber: time.com
Oleh : SepupuBlackJack
Film
Harry Potter adalah adaptasi Novel yang dikarang oleh J.K Rowling yang sangat
terkenal di era 2000-an. Novel ini terbagi kedalam 7 seri yaitu Harry Potter
and the Philospher’s Stone, Harry Potter and the Chamber of Secrets, Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban, Harry Potter and The Goblet Of Fire, Harry
Potter and the Order of Phoenix, Harry Potter and the Half Blood Prince, dan
Harry Potter and The Deathly Hallows. Film ini menceritakan tentang petualangan
penyihir remaja bernama Harry Potter dan dua sahabatnya yaitu Ronald Weasley
dan Harmione Granger yang merupakan pelajar di sekolah Sihir Hogwarts. [1]
Kesuksesan Film Harry Potter menurut Warner
Bros pada seri ketuju part 1 mencapai 5,9 Juta euro. Di Amerika Serikat Film
telah mencapai angka 78,2 juta euro dalam sepekan peluncurannya yang merupakan
pendapatan terbaik sepanjang akhir pekan untuk sebuah film berseri. [2]
Film
Harry Potter berlokasi di Inggris yang sampai sekarang menjadi destinasi tempat
bagi para penggemar Harry Potter di seluruh dunia untuk menikmati suasana dan
mengenang film fantasi tersebut. Ada enam tempat di Inggris yang menjadi
destinasi tujuan para peminat Harry Potter yaitu
Kings
Cross Station, London, Cleremont Square, Islington, Leadenhall Market, London,
Goathland Train Station, North Yorkshire, Gloucester Cathedral, dan Astridge
Wood, Berkshire. [3]
Destinasi
wisata yang bertemakan Harry Potter juga banyak terdapat di banyak negara bukan
hanya di Inggris saja. Destinasi tersebut yaitu, The Wizarding World Of Harry Potter Osaka
Japan, Harry Potter Highlight
Singapura, Goblet Of Fire Platform 1094 Singapura, Museum
Context Hong Kong, Harry Potter Expected Fukuoka Jepang dan lainnya. [4]
Kepopuleran
Harry Potter merambah semakin maju dengan di rilisnya Game Harry Potter Wizard
Unite yang meraup untung sebesar Rp.
15,5 Miliar. Game ini dirilis 21 Juni 2019 yang mendapatkan perhatian penggemar
Harry Potter. Para pemain game ini akan dihadapkan dengan hal-hal yang berbau
sihir dari Dunia Harry Potter. Pemain akan diberikan tugas untuk mencari
berbagai artefak, makhluk sihir termasuk ingatan Harry Potter di dunia nyata.
Pemain di game ini dapat mengunjungi lokasi-lokasi tertentu untuk mengisi ulang
daya mantra, menyeduh ramuan, dan mengunjungi lokasi yang ada di film atau buku
Harry Potter. [5]
Menurut
Althusser representasi adalah sebuah sistem Ideologis. Representasi adalah
suatu kendaraan untuk meneruskan
ideologi-ideologi dari pandangan di atas dapat dipahami bahwa representasi
dalam film secara tidak langsung membangun ideologi menjadi suatu perwujudan
hubungan kekuasaan di dalam masyarakat. [6]
Althusser
memandang bahwa tatanan kapitalisme dilanggengkan oleh dua aparatus yang
memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu aparatus represif negara ARN
(repressive state apparatus) dan aparatus ideologis negara AIN (ideological
state aparatus). Berdasarkan Film tersebut Harry Potter masuk kedalam aparatus
Ideologis Negara yakni berwujud media sarana publik dengan kategori humanis tanpa adanya kekerasan. Film Harry
Potter sukses menggiring para pembaca sekaligus para penonton kedalam dunia
imajiner yang bersifat nyata. Dan mampu membuat masyarakat seolah-olah menjadi penggemar dengan
mengunjungi tempat destinasi dan membeli merchandise bertemakan Harry Potter
atau bermain Game Harry Potter merupakan tampak sebagai hal yang alamiah dan
sudah sewajarnya seperti itu namun hal tersebut merupakan praktek kapitalisme.
Aparatus
Ideologis dari media yang berbentuk Film Harry Potter diartikulasikan sebagai
penciptaan individu sebagai subjek .
Dalam hal ini subjektifasi dilakukan oleh aparatus ideologis,sehingga
subjektifasi tidak lain adalah proses pencerminan atas subjek yang diharapkan
dan diidealkan oleh aparatus ideologis itu sendiri Di mana setiap subjek yang
terbentuk akan menyesuaikan diri, berpatisipasi, dan bertindak patuh
terhadapnya. Sementara itu ideologi sebagai cara kerja aparatus ideologis
berfungsi untuk menjalankan subjektifikasi [7]
Hal
itulah yang membuat individu dijadikan subjek
untuk patuh, turut berpartisipasi serta menyesuaikan diri terhadap
hal-hal yang bertemakan film Harry Potter yakni membeli buku novel, membeli
barang-barang yang terkait Harry Potter dan lainnya sebagainya.
[1] Hidayah,
R. M. (2018, Oktober). IDN Times. Dipetik Juli 4, 2019, dari
idntimes.com: www.idntimes.com/hype/throwback/7 filmHarryPotter
[2] BBC
. (2010, november 22). BBC NEWS. Retrieved Juli 4, 2019, from bbc.com:
www.bbc.com/indonesia/majalah
[3] Widodo, W. S. (2016, April 28). DetikTravel. Retrieved Juli 4,
2019, from m.detik.com: http://m.detik.com/tempat-di-inggris-yang
jadi-lokasi-film-Harry-Potter
[4] Chan, A.
(2018, Juli 3). tripzilla.id. Dipetik Juli 4, 2019, dari
http://www.tripzilla.id/destinasi-wisata-asia-harry-potter
[5] Rahma, A. (2019, Juni 25).
Liputan 6. Dipetik Juli 4, 2019, dari m.liputan6.com:
http://www.m.liputan6.com/rilis-sepekan-harry-potter-wizard-unite
0 Komentar