Sumber Gambar : bbc.co.uk

Oleh : F. Umar A.


Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan partner atau pasangan dalam menjalankan kehidupannya. Pendamping itu bisa terdiri atas keluarga (primer) atau teman bermain (sekunder). Manusia dalam mencari pendamping tersebut dibutuhkan interaksi sosial. Menurut tokoh Broom dan Selznic interaksi social adalah proses aksi (tindakan) yang dilandasi oleh kesadaran adanya orang lain dan proses menyesuaika tindakan balasan (respons) sesuai dengan tindakan orang lain[1]. Dengan kata lain interaksi sosial harus melibatkan setidaknya dua orang dan terjalin hubungan.

Dalam melakukan interaksi sosial menusia memiliki cara yang beraneka ragam, agar interksi tersebut menjadi simbolik atau bisa disebut sebagai interaksi simbolik. Interaksi simbolik sebagai segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun perilaku nonverbal, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau simbol (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama[2]. Pada intinya segala yang menarik lawan bicara adalah simbol.

Simbol ada yang berupa verbal dan non-verbal. Simbol berupa verbal, seperti kata atau suatu hal yang terucap dari mulut, sedangkan simbol berupa non-verbal adalah segala sesuatu selain yang terucap dari mulut, misalnya tulisan atau lukisan. Dalam hal ini proses interaksi sosial lebih efektif menggunakan simbol verbal, karena lebih terkesan universal dan mudah dipahami oleh lawan bicara, sesuai kesepatan bersamanya. Pengunaan simbol verbal, tentunya harus disisipkan kalimat-kalimat diluar konteks obrolan agar tidak terjadi kejenuhan. Contohnya adalah kalimat-kalimat lelucon atau komedia, sebab manusia selain suka bekerja (homo laborans) dan suka berpikir (animal rationale), manusia juga makhluk yang suka tertawa (homo ridens).

Proses tertawa pada manusia menurut Anne Gracia terjadi karena saraf kranial mengirim sinyal kepada otak, sehingga otot-otot daerah wajah akan berkontaksi dan menstimulasi daerah bibir serta rahang, sehingga tulang rahang bawah akan bergerak[3]. Selain secara medis tertawa juga bisa tercipta secara nonmedis, yaitu dengan adanya suatu tindakan yang dapat mengelitik hati dan pikiran manusia, sehingga manusia lupa akan suatu kasus atau kelamya kejadian tertetu.

Lelucon memberikan makna sendiri dalam proses menunjukan simbol tersebut, sebab bagi sebagian orang (komedian), lelucon adalah hal yang paling mendasar dalam interaksi di atas panggung. Sedangkan bagi manusia universal atau manusia umumnya, lelucon memberikan kesan tersendiri dalam proses interaksi, sebab dengan tertawa dapat memberikan kesan bahagia bahkan kekuasaan. Tertawa dapat memperluas jaring obrolan ke topik-topik yang berbeda, ataubahkan dengan tertawa kita bisa mengenali lawan bicara secara intim.

Seni Lawak di Indonesia

Seni lawak di Indonesia sudah berlangsung lama. Ada yang bergaya lenong atau bergaya ketoprak. Lawak di Indonesia mulai bergeliat pada tahun 50-an, dengan munculnya Srimulat dan Jayakarta serta munculnya grup lawak Warkop DKI pada tahun 90-an[4]. Di era sekarang dunia lawak Indonesia bertambah satu variasi, yaitu Stand Up Comedy. Seni lawak yang tadinya berkelompok atau grup beralih kepada seni lawak perorangan. Ini membuktikan bahwa seni lawak tidak akan ditelan oleh zaman.

Pada dunia TV di Indonesia, lawak menjadi salah satu kebutuhan utama selain acara berita. Lawak dapat berbentuk acara lawak atau bisa diselipkan ke dalam sinetron. Contoh sinetron yang diselipkan lawak dan bertahan sampai sekarang adalah Tukang Ojek Pengkolan, sebab acara ini sudah berjalan kurang lebih 5 tahun[5]. Selain itu ghirah dunia Stand Up Comedy di Indonesia tidak kalah hebat, ini dibuktikan dengan para komika semakin eksis di dunia pertelevisian atau dunia perfilman. Bahkan acara Stand Up Comedy di Indonesia tidak pernah putus dilihat dari banyaknya acara bakat di TV, salah satu yang sudah bertahan lama adalah acara SUCI di Kompas TV[6].

Tertawa menjadi salah satu komoditi pertelevisian di Indonesia yang sangat penting bila dilihat dari sejarahnya. Seni lawak terus memperbarui dirinya setiap waktunya dari kelompok hingga menjadi monolog (sendiri), tergantung situasi dan kebutuhan pasar lawak. Pada intinya produksi tawa tidak akan memiliki titik final atau jenuh, sebab hakikatnya setiap orang memperlukan tawa.
         
Tawa Media Mendekati Diri Kepada Tuhan

Selain berdampak kepada hal duniawi, tertawa juga dapat sebagai media mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebab dengan tertawa kitra bisa menjauhkan diri dari kesedihan dan dapat lebih memaknai kehidupan. Dengan begitu manusia bisa memiliki esensi dalam mendekatkan dirin kepada Tuhan, karena sudah mengenal dirinya terlebih dahulu. Bahkan diera modern, banyak manusia menyangkal keberadaan Tuhan, mengatakan dirinya sebagai ateis homo ridens bisa sebagai solusi dalam mendekatkan diri kepada Ilahi[7].


ÙˆَØ£َÙ†َّÙ‡ُ Ù‡ُÙˆَ Ø£َضْØ­َÙƒَ ÙˆَØ£َبْÙƒَÙ‰ٰ
“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis” (QS. An-Najm: 43).



Ayat ini mengatakan bahwa tertawa adalah salah satu Rakhmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan tertawa kita bisa menghilangkan tangis kesedihan, dan mulai memahami anugrah Tuhan Yang Maha Penyayang lagi Maha Pemurah. Tangis kesedihan yang berlebihan mengakibatkan kita lupa atas kesenangan surgawi dan menghambat kita mendapatkan suatu jalan kebenaran.

Tawa Membuat Tubuh Sehat

Dampak tertawa dalam bidang kesehatan tidak dapat dipandang sebelah mata sebab menurut situs liputa6.com tertawa dapat memperkuat sistem imun, meningkatka daya ingat, melepaskan ketegangan otot, dan yang paling penting adalah tertawa dapat membuat Anda lebih positif dalam bertindak & berpikir[8]. Bahkan tertawa dapat menyembuhkan penyakit yang terkadang obatpun sulit mengobatinya, yaitu penyakit kanker,sebab tertawa menjadi salah satu kebiasaan di dalam  terapi komplementer pasien kanker[9].

Seorang psikolog menegaskan bahwa tertawa yang dilakukan sepenuh hati dapat menggugah perasaan manusia serta memberikan sentuhan hangat dengan mendonkrak vitalitas dirinya[10]. Dengan kata lain tertawa mengakibatkan diri kita menjadi nyaman dan percaya diri dalam menjalankan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh endorphin, scrotin, dan melantonin yang merupakan zat kimia positif. Dari hasil pengeluaran zat kimia tersebut mengakibatkan perasaan tenang dan tentram.

Pada intinya manusia memperlukan tertawa, sebab dasarnya manusia suka tertawa (Homo Ridens). Dengan hal itu menyebabkan manusia terus memproduksi tawa atau mengkonsumsi tawa. Tertawa dinyakini sebagai salah satu obat fisik nonmedis yang memiliki cara efesien dan efektif dalam menyembuhkan suatu penyakit. Selain itu tertawa juga dapat menyangkal berbagai penyakit, karena dengan tertawa kita menjadi tenang dan nyaman.

Menurut tokoh yang bernama Ella Wheeler Wilcox “Tertawalah dan dunia akan ikut tertawa bersamamu”. Dengan adanya tawa manusia dapat memberikan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. Tertawa dapat memberikan symbol bahwa seseorang mencintai penuh kasih saying terhadap hidup yang sedang dijalaninya. Maka dari itu tertawalah dan membuat dunia penuh warna, “Urip iku sejatine mung mampir ngguyu”.



--------------------------------------------
[2] Siregar, N. S. (2011). KAJIAN TENTANG INTERAKSIONISME SIMBOLIK. JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA, 4(ISSN : 2085 – 0328), 101. Retrieved 05 28, 2019, from https://www.ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif/article/download/86/46
[3] Sukmasari, R. N., & Kresna, A. N. (2015, Mei 13). DetikHealth. Retrieved from Detik: https://health.detik.com/ulasan-khas/d-2913665/seperti-ini-lho-prosesnya-mengapa-seseorang-bisa-tertawa
[7] Priyambodo, Y. E. (2014). Homo Ridens: Tawaran 'Menjadi' Manusia Di Zaman Ini. MELINTAS, 47.
[8] Perdana, A. J. (2018, April 04). Health Info. Retrieved from Liputan6: https://www.liputan6.com/health/read/3423970/selain-awet-muda-ini-5-manfaat-tertawa-bagi-kesehatan
[10] Hasan, Bamu’aibid. (2009). Tertawa Itu Sehat. Solo. Mumtaza. Hal.17

0 Komentar