Resensi
Resensi Buku Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer: Sebuah Upaya untuk Mengenal Indonesia Lebih Jauh

Oleh: Namikus
Judul buku : BUMI MANUSIA
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Hasta Mitra
Tahun terbit : 2002
Tebal buku : 408 halaman
Harga buku : 49. 500 (Google Book)
Bumi manusia, salah satu mahakarya terbesar dalam bidang sastra Indonesia, yang dibuat oleh sastrawan yang memang mengabdikan hidupnya untuk sebuah proyek keabadian—Pramoedya Ananta Toer. Satu-satunya sastrawan Indonesia yang pernah enam kali di nominasikan sebagai peraih nobel perdamaian pada masanya.
Karyanya novel Bumi Manusia merupakan buku pertama dalam tetralogi Pramoedya, yang terdiri dari, berturut-turut Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Pramoedya menulisnya ketika di tahan di Pulau Buru, sebagai tahanan politik Orde baru. Meski mendapat sambutan yang luar biasa dari dalam dan luar negeri, pada tahun pertama penerbitannya—bukunya harus mendapati tantangan yang bisa bilang suatu kemunduran, karena dilakukannya pelarangan pada karyanya itu—dikatakan bahwa bukunya mengandung ajaran Marxisme dan Leninisme—sebuah ajaran yang dilarang pada masa pemerintahan Orde Baru.[1]
Bumi manusia, salah satu mahakarya terbesar dalam bidang sastra Indonesia, yang dibuat oleh sastrawan yang memang mengabdikan hidupnya untuk sebuah proyek keabadian—Pramoedya Ananta Toer. Satu-satunya sastrawan Indonesia yang pernah enam kali di nominasikan sebagai peraih nobel perdamaian pada masanya.
Karyanya novel Bumi Manusia merupakan buku pertama dalam tetralogi Pramoedya, yang terdiri dari, berturut-turut Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Pramoedya menulisnya ketika di tahan di Pulau Buru, sebagai tahanan politik Orde baru. Meski mendapat sambutan yang luar biasa dari dalam dan luar negeri, pada tahun pertama penerbitannya—bukunya harus mendapati tantangan yang bisa bilang suatu kemunduran, karena dilakukannya pelarangan pada karyanya itu—dikatakan bahwa bukunya mengandung ajaran Marxisme dan Leninisme—sebuah ajaran yang dilarang pada masa pemerintahan Orde Baru.[1]
Kisah Bumi Manusia bisa ditempatkan sebagai sebuah karya yang merupakan salah satu warisan sejarah terbaik Bangsa Indonesia. Sebuah buku yang mengisahkan periode kehidupan di Indonesia dari tahun 1898-1918, dimana periode tersebut merupakan tumbuhnya benih-benih pemikiran Politik Etis dan masa Kebangkitan Nasional. Nyaris tiada sastrawan yang berhasil menceritakan kehidupan pada masa itu sebaik Pramoedya dalam tetraloginya, terutama dalam kisah Bumi Manusia.
Kisah Bumi Manusia sendiri mendapatkan banyak sekali apresiasi setelah pertama kali terbit pada tahun 1980. Hingga tahun 2005, kisah Bumi Manusia telah diterjemahkan ke 33 bahasa di dunia dan sekarang sudah sekitar 40 bahasa,[2] selain itu juga—apresiasinya dilakukan kedalam berbagai pertunjukan teater, pada tahun 2006 di gelar di 12 kota besar di Indonesia secara serentak. Dan juga, tidak kalah menghebohkan, bahwasannya kisah Bumi Manusia ini akan difilmkan oleh Falcon Picture dengan sutradara Hanum Bramantyo dan tokoh utamnya—Minke, diperankan oleh Iqbal Ramadhan.
Rencana difilmkannya kisah Bumi Manusia dilakukan sejak 2004, namun terealisasi pada tahun ini—2019. Hal ini juga menarik antusiasme masyarakat, yang mencintai sastra maupun baru mencintai, terlebih lagi tokoh utamanya yang diperankan oleh Iqbal Ramadhan, membikin antusiasme—terutama kaum milenial untuk bisa menonton film ini.
Untuk itu, penting juga rasanya—agar kita semua tahu bagaiamana duduk perkaranya, hingga benar-benar kita bisa memetik pelajaran berharga dari kisah Bumi Manusia ini, kiranya itulah latar belakang penulis mencoba memberikan ulasan karya ini. Karena seperti kata Susilo Toer, adik Pramoedya yang masih hidup—kisah Bumi Manusia itu bagi orang yang membacanya secara mendalam sangatlah kompleks, di dalammnya terdapat sebuah pengajaran yang luar biasa mengenai perjuangan Pribumi melawan penjajah; pribumi menyingkirkan budaya Jawa yang kolot; perjuangan perempuan yang di deskriminasi oleh penjajah, maupun bangsa sendiri; perjuangan mendapat pendidikan; hingga pengenalan budaya bangsa yang sangat bermakna. Bukan semata-mata kisah cinta kedua tokoh utama—yaitu Minke dan Annalies, yang akan diceritakan oleh Hanum Bragmantyo, selaku sutradara film.
Bumi Manusia merupakan sebuah buku bergenre fiksi yang berlatar belakang kehidupan pada masa penjajahan Belanda. Di dalam buku ini, diceritakan hiduplah seorang pemuda Pribumi bernama Minke, yang mendapati dirinya bersekolah di Hogere Burgerschool (HBS), sebuah sekolah yang sekarang setingkat dengan SMA, dan diperuntukan untuk orang Belanda, Eropa dan Elite Pribumi. Minke sendiri merupakan anak Bupati kota B (disebutkan dalam cerita)—dirinya disekolahkan agar kemudian bisa menjadi Bupati seperti ayahnya, meski Minke bersikeras menolaknya.
Sebagai Pribumi, Minke merupakan anak yang cerdas di HBS, kemampuannya dalam menulis telah membawanya menjadi seorang yang cukup dikenal di Jawa, karena tulisannya banyak diterbitkan di koran berbahasa Belanda, dengan nama samaran Max Tollenar.
Namun, pendidikan yang diterima Minke di HBS, menjadikannya pribadi yang sangat mengagungkan Eropa, terutama karena pengajaran gurunya Juffrouw Magda Peters. Minke sangat menyanjung Eropa dan dikisahkan tidak lagi mengindahkan budaya Jawa. Meski pada akhirnya, Minke sendiri mendapati bahwa Eropa yang Ia sanjung tidak lebih sebagai bangsa pendindas terhadap bangsa lain—hal itu diceritakan secara dramatis oleh Pramoedya, yaitu bagaimana awalnya Minke menyanjung Eropa hingga akhirnya Ia dibuat benci untuk melakukan itu.
Seperti diceritakan di awal, kisah Bumi Manusia ini sangatlah kompleks—namun penekanan yang penulis dapat dari kisah ini adalah mengenai kemanusiaan, Pramoedya dengan lihai menjelaskan konsep itu dalam kisah yang sangat indah.
Ceritanya berawal ketika Minke yang mendapati dirinya ditantang oleh seorang teman—bernama Robert Suurhof, untuk pergi ke Wonokromo, mengunjungi seorang wanita cantik—bernama Annalies Melemma. Suurhof akhirnya menjadi musuh Minke, karena mencintai wanita yang sama, yaitu Annalies Melemma, celakanya Annalies juga mencintai Minke daripada Suurhof. Annalies tinggal disebuah rumah besar yang indah bersama Nyai Ontosoroh, yang merupakan seorang Nyai,[3] dan kakanya Robert Mellema.
Selain Minke dan Annalies, Nyai Ontosoroh juga mendapat penekanan dalam kisah Bumi Manusia, bahkan dalam beberapa pertunjukan teater, justru Nyai Ontosoroh lah yang menjadi pemeran utamanya. Diceritakan dirinya di jual oleh ayahnya sendiri kepada orang Belanda, agar ayahnya naik jabatan. Secara menyedihkan, Nyai Ontosoroh tanpa pernikahan harus rela mendapati dirinya hidup bersama Tuan Mellema, yang bahkan tidak pernah Ia kenal sebelumnya.
Karena dendam Nyai Ontosoroh pada orang tuanya, Nyai bertekad untuk mengangkat harkat martabatnya sendiri dengan pengetahuan. Nyai belajar banyak dari Tuan Mellema—hidup seperti bangsa Eropa, membaca buku Eropa, belajar baca tulis, dan belajar mengelola perusahaan. Tuan Mellema awalnya baik dan sangat mencintai Nyai Ontosoroh, meski tidak pernah menikahinya secara resmi secara hukum dan agama. Namun bencana datang ketika anak sah Tuan Mellema datang dari Belanda untuk bekerja di Indonesia dan menuntut Tuan Mellema, semuanya menjadi kacau, Tuan Mellema pergi meninggalkan Nyai Ontosoroh.
Meski begitu, Nyai Ontosoroh sudah banyak belajar, bersama Annalies kedua perempuan itu membangun sebuah perusahaan yang sangat besar. Bisa dikatakan meski hanya seorang Nyai, Ontosoroh membikin dirinya dihormati karena kekayaannya yang melimpah, hasil jerih payahnya sendiri, menjadikannya wanita yang mandiri. Sementara Robert Mellema sudara Annalies Mellema, lebih mengikuti ayahnya dan membenci Nyai Ontosoroh sebagai Ibunya.
Minke yang datang ke kehidupan Nyai Ontosoroh dan Annalies disambut baik oleh mereka berdua. Banyak yang membenci hal itu, termasuk orang tua Minke, karena Ontosoroh adalah seorang Nyai—begitupun Robert Mellema dan tentunya Suurhof, keduanya secara terang-terangan menyerang Minke dan mengatakannya sebagai orang yang ingin mendapati kekayaan Nyai Ontosoroh.
Meski mendapati diri dalam tantangan yang panjang, Minke tetap saja berusaha untuk mendapatkan Annalies, menurutnya hal itu sebanding—karena Annales adalah wanita cantik dan berkepribadian baik, hal itu terbukti dari sikapnya yang bisa mengurusi perusahaan bersama Ibunya, Nyai Ontosoroh.
Setelah perjuangan yang sangat berat, Minke dan Annalies akhirnya menikah, keduanya sangat bahagia, karier Minke pun melejit dengan baik. Minke berhasil lulus dari HBS dengan peringkat yang sangat memuaskan, padahal dia pernah dikeluarkan dari sekolah, karena tuduhan-tuduhann yang mengarah padanya telah melakukan hal buruk dengan seorang Nyai. Semuanya Minke hadapi, dan akhirnya dia bisa berhasil.
Setelah kegembiraan Minke dapatkan, bencana datang menghampirinya, Minke jatuh sejatuh-jatuhnya. Dan yang menjatuhkannya adalah hukum Belanda—hukum orang Eropa, sebuah negara yang Ia sanjung-sanjung. Setelah kematian Tuan Mellema yang misterius, anak Sah Tuan Mellema dari Belanda yang sedari awal telah menghancurkan rumah tangga Tuan Mellema dengan Nyai Ontosoroh menuntut harta Tuan Mellema yang dikelola Nyai Ontosoroh. Annalies sama-sama menjadi korban, karena merupakan anak sah Tuan Mellema,[4] Ia harus dipulangkan ke Eropa dan meninggalkan Minke bersama Nyai Ontosoroh—Nyai tidak dianggap karena tidak pernah menikah secara sah dengan Tuan Mellema dan harus merelakan semua perusahaan yang telah Ia rintis dengan Annalies.
Meski Minke dan Nyai Ontosoroh telah berusaha keras untuk mempertahankan perusahaan dan Annalies yang harus dibawa ke Belanda, tetap saja hukum tidak pernah memihak pada Pribumi. Annalies pergi, Minke dan Nyai harus pasrah dan menerima semuanya. Di akhir buku, Minke berkata pada Nyai Ontosoroh, “Kita kalah Ma,” bisik Minke, dan dengan bijak Nyai Ontosoroh menjawab, “Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya,”.
Buku Bumi Manusia ini secara penulisan ditulis dengan sangat apik. Ceritanya runtut dan penuh makna. Setiap bab diceritan dengan pembabakan yang jelas, dan terkadang terjadi perubahan pencerita atau orang pertama, misalnya dari Minke, menuju Annalies, kemudian Nyai Ontorsoroh—tetapi semuanya mudah dipahami dan justru menambah pemahaman terhadap bagaimana pembangunan karakter-karakter dalam cerita kisah Bumi Manusia. Seperti ketika Nyai Ontosoroh sebagai orang pertama, menjelaskan bagaimana bisa dirinya menikah dengan seorang Eropa, dari hasil dirinya dihinakan oleh adat Jawa—hidupnya hanya dikehendaki nurut dengan Bapak, apapun kehendak yang dibuat harus dituruti.
Dari segi nilai yang bisa di dapat, buku ini luar biasa memiliki hal itu. Mungkin dari semua keunggulannya, amanat nilai-nilai kemanusiaan yang diberikan buku ini adalah yang paling diunggulkan. Berikut penulis kutip kalimat-kalimat yang menurut penulis sangatlah indah dan bermakna, khususnya bagi penulis sendiri.
“Dan indah kehidupan tanpa merangkak-rangkak di hadapan orang lain.”
“Kita harus berterima kasih pada segala pemberi kehidupan, sekalipun dia hanya seekor kuda.”
“Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri maju karena pengalamannya sendiri.”
“Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.”
“Ikut pendapat umum yang salah juga salah.”
“Tak pernah aku mengadili tanpa tahu duduk perkara.”
“Cinta itu indah, Minke, juga kebinasaan yang membuntutinya. Orang harus berani menghadapi akibatnya.”
“Kau pemuda terpelajar. Sepatutnya mulai belajar mengerti.”
“Memerintah pekerja pun kau tidak bisa karena kau tak bisa memerintah dirimu sendiri. Memerintah diri sendiri kau tak bisa karena kau tak tahu bekerja.”
“Dan apa bisa diperoleh dalam hidup tanpa bea? Semua harus dibayar, atau ditebus, juga sependek-pendek kebahagiaan.”
“Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa sahabat hidup akan terlalu sunyi.”
“Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima.”
“Cantik menarik sungguh lebih baik daripada kusut, Ann. Ingat-ingat itu. Dan setiap yang buruk tak pernah menarik. Perempuan yang tak dapat merawat kecantikan sendiri, kalau aku lelaki, akan kukatakan pada teman-temanku: jangan kawini perempuan semacam itu; dia tidak bisa apa-apa, merawat kulitnya sendiri pun tidak kuasa.”
“Pada setiap awal pertumbuhan, katanya, semua hanya peniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkebangan sendiri.”
“Dan aku tetap masih tidak mengerti duduk-perkara. Maka aku diam saja.”
“Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji, dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.”
“Asal kau mengerti, Gus, semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas. Kan itu tidak terlalu sulit dipahami? Kalau orang tak tahu batas, Tuhan akan memaksanya tahu dengan caraNya sendiri.”
“Sahaya hanya ingin jadi manusia bebas, tidak diperintah, tidak memerintah, Bunda.”
“Sudah pada galibnya ada pertukaran pikiran antara kaum terpelajar.”
“Lihat: aku hanya mengkhendaki nikmat dari jerihpayahku sendiri. Yang lain tidak kuperlukan. Kehidupan senang bagiku bukan asal pemberian, tapi pergulatan sendiri.”
“Kau merugi dua kali, Minke, kalau berarti itu benar. Pertama: kau sudah ketakutan. Kedua: kah toh terbunuh. Satu kerugian pun sudah cukup, Minke. Ambillah salah satu. Bangun. Mengapa mesti kau ambil dua-duanya sekaligus? Goblok kau sebagai terpelajar.”
“Kau terpelajar, cobalah bersetia pada kata hati.”
“Kau pun termasuk terpelajar Pribumi pertama-tama. Perbuatan baik dituntut dari kau. Kalau tidak, terpelajar sesudahmu akan tumbuh lebih busuk dari kau sendiri.”
“Lambat-lambat tapi pasti aku mulai mengerti: ketegangan ini hanya akibat keogahan membayar karcis untuk memasuki dunia kesenangan, dunia dimana impian jadi kenyataan.”
“Tahu kalian apa yang dibutuhkan bangsa cacing ini? Seorang pemimpin yang mampu mengangkat derajad mereka kembali.”
“Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan.”
“Nenenda: setiap lelaki yang beristri lebih dari seorang pasti seorang penipu, dan penipu tanpa semau sendiri.”
“Nenenda telah menanamkan kepercayaan pada diri: kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah; jangan takut pada pelajaran apapun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua.”
“Suatu masyarakat paling primitif pun, misalnya di jantung Afrika sana, tak pernah duduk di bangku sekolah, tak pernah melihat kitab dalam hidupnya, tak kenal baca-tulis, masih dapat mencintai sastra, walau sastra lisan. Apa tidak hebat kalau siswa H.B.S, paling tidak nyaris sepuluh tahun duduk di bangku sekolah, bisa tidak suka pada sastra dan bahasa? Ya, sungguh hebat.”
“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.”
“Dia berani menyatakan pendapat! Sekalipun belum tentu benar. Dia tak takut pada kekeliruan. Tabah, berani belajar dari kesalahan sendiri.”
“Ingat, kesan pertama, betapapun penting, belum tentu benar.”
“Barangkali sudah sejak Hawa kecantikan mengampuni kekurangan dan cacat seseorang. Kecantikan mengangkat wanita di atas sesamanya, lebih tinggi, leboh mulia. Tetapi kecantikan, bahkan hidup sendiri menjadi sia-sia bila dikuasai ketakutan.”
“Lihat, Tuan Minke, dalam kehidupan ilmu taka da kata malu. Orang tidak malu karena salah atau keliru. Kekeliruan dan kesalahan justru akan memperkuat kebenaran, jadi juga membantu penyelidikan.”
“Dalam ilmu, malu tidak punya harga, biarpun hanya sepersepuluh dari sepersepuluh sen.”
“Semakin tua kehidupan yang dihadapi semakin majemuk, maka orang harus semakin berani untuk menghadapinya.”
“Ada yang tidak pernah jadi dewasa memang, hidup hanya dari pemberian seorang atau masyarakatnya: orang-orang gila dan kriminil.”
“Hanya orang pander yang mengagumi diri sendiri.”
“Bahwa suatu perkara bisa jadi suatu akibat perbuatan sendiri, juga tak jarang suatu kecelakaan belaka, yang menimpa setiap orang; taka da orang yang dapat mengira ngirakan kapan kecelakaan bakal tiba.”
“Sebagai persoalan memang harus terus dihadapi, Ma. Kira-kira Minke ini, Ma, kira-kira bukan kriminil. Tidak akan lari.”
“Jangan lari dari persoalanmu sendiri, karena itu adalah hakmu sebagai jantan.”
“Rebut bunga kecantikan, karena mereka disediakan untuk dia yang jantan. Juga jangan jadi kriminil dalam percintaan – yang menaklukan wanita dengan gemerincing ringgir, kilau harta dan pangkat. Lelaki belakangan ini adalah juga kriminil, sedang perempuan yang tertaklukan hanya pelacur.”
“Wanita adalah lambang kehidupan dan penghidupan, kesuburan, kemakmuran, kesejahreraan. Dia bukan sekadar istri untuk suami. Wanita sumbu pada semua, penghidupan dan kehidupan berasal. Seperti itu juga kau harus pandangi ibumu yang sudah tua ini, yang berdasarkan itu pula anak anakmu yang perempuan nanti kau harus persiapkan.”
“Dengan melawan kita takkan sepenuhnya kalah.”
“Apa guna sekolah-sekolah didirikan kalau toh tak dapat mengajarkan mana hak mana tidak, mana benar dan mana tidak?”
—Pramoedya Ananta Toer, dalam Bumi Manusis
***
Karena
memiliki aspek historis, novel ini selain menyenagkan dibaca untuk orang yang
memang menikmati karya satra romantik, juga bagus untuk kalangan akademisi yang
ingin mengetahui bagaimana kehidupan manusia di Indonesia pada tahun yang
bersangkutan. Bagaiamana kebangkitan nasional dipupuk, termasuk dalam diri
Minke.
Bukan bermaksud melebih-lebihkan, saya pribadi menilai novel ini tidak terlalu banyak memiliki kekurangan, terkecuali mungkin karena di buat untuk mengisahkan zaman kolonial, maka cukup banyak istilah yang kurang akrab di pikiran pembaca.
Akhirnya, buku ini sangat direkomendasikan untuk siapaun yang menyukai cerita romantik penuh nilai-nilai kemanusiaan dan pemahaman tentang sejarah. Bukan hanya menambah pembendaharaan pengetahuan—setiap kutipan yang disampaikan Pramoedya sangatlah bermakna dan menginspirasi. Selain itu, setiap kata bijak sangat relevan dengan karakter tokoh dalam cerita, hingga setiap kata-kata inpirasi itu bisa menancap di otak pembaca, dan menjadi pegangan hidup.
[1]
Irfan Teguh, “Pelarangan Buku dan Kepedihan Pramoedya Ananta Toer”, tirto.id,
diakses dari http://tirto.id/pelarangan-buku-dan-kepedihan-pramoedya-ananta-toer-dcQZ,
pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 05.14 a.m
[2]
Nesia Qurrota A’yuni, “Adik Pramoedya
soal Film Bumi Manusi”, Kumparan, diakses dari
http://m.kumparan.com/@kumparannews/adik-pramoedya-soal-film-bumi-manusia-hanung-bramantyo-pemberani,
pada tanggal 25 Maret pukul 05.23 a.m
[3]
Berarti gundik, selir, wanita piaraan, atau simpanan para pejabat dan serdadu
Belanda.
[4]
Secara hukum Belanda Annalies merupakan anak sah Tuan Melemma meski ibunya Nyai
Ontosoroh tidak pernah dinikahi secara hukum dan agama
2 Komentar
resensinya sangat mudah dimengerti, ijin copy untuk digunakan sebagai materi presentasi, saya akan mencantumkan link. Saya tidaka akan repost kok, hanya sebagai materi untuk presentasi. Trimakasih, salam dari sebutir benih...
BalasHapusASSALAMUALAIKUM SAYA INGIN BERBAGI CARA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH saya atas nama RIDWAN asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah pengurusan ijazah saya yang kemarin hilang mulai dari ijazah SD sampai SMA, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0823-5240-6469, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp 082352406469, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsun selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
BalasHapus1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke alamat email bpk sutantokemendikbud@gmail.com
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Di kirim ke alamat email: sutantokemendikbud@gmail.com berkas akan di tindak lanjuti setelah pembayaran 50% masuk
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening bagian blangko ijazah.
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.000.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000