Opini - "Fungsi Partai Politik Dipertanyakan ?"
"Fungsi Partai Politik
Dipertanyakan ?"
oleh : Prayoga Dwi Wibowo
Kurang dari satu tahun, bangsa
Indonesia akan menyelenggarakan pesta terbesar. Bahkan,pesta ini jika kita
bandingkan sama hal nya dengan pesta olahraga terbesar seperti, Olimpiade
ataupun Piala Dunia. Baik Olimpiade ataupun Piala Dunia diselenggarakan setiap
empat tahun sekali. Berbeda waktu penyelenggaraannya, Pesta Rakyat yang biasa
orang katakan dapat diselenggarakan setiap lima tahun sekali.
Di berbagai negara pun, Pesta Rakyat
selalu diadakan dengan waktu penyelenggaraan yang berbeda-beda. Pesta Rakyat
bisa disebut juga dengan sebutan Pesta Demokrasi (Pemilu). Dimana rakyat
memilih pemimpinnya untuk mewakilinya duduk di pemerintahan. Pemilu merupakan
sarana utama mewujudkan demokrasi dalam suatu negara.
Pemilu tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya: Partai Politik sebagai 'Alat Transportasi' untuk memenangkan
pemilu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga penyelenggara pemilu dan
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai lembaga Pengawasan Pemilu apabila
terjadi kecurangan dalam pemilu yang menodai demokrasi disuatu negara. Dan
tulisan ini akan menilai keberhasilan Partai Politik dalam memenangkan pemilu.
Keberhasilan Partai Politik di
Indonesia dalam mengikuti pemilu dari tahun 2004,2009 dan 2014 cukup memuaskan.
Hal ini tercatat dari data yang diperoleh oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sebagai penyelenggara pemilu. Data tersebut menunjukkan hasil yaitu, Pemilu
tahun 2004 Partai Politik yang ikut berpartisipasi sebanyak 48 Parpol. Pemilu
tahun 2009 Partai Politik yang ikut berpartisipasi sebanyak 44 Parpol.
Sedangkan, Pemilu tahun 2014 Partai Politik yang ikut berpartisipasi hanya 10
Parpol saja .
Jika dilihat secara kuantitas,
Partisipasi Partai Politik dalam pemilu cukup memuaskan. Walaupun terdapat
pasang-surut jumlah partai politik yang ikut berpartisipasi dalam pemilu. Dan
kita semestinya, bangga kepada Partai Politik kecil yang menunjukkan
eksistensinya dalam penyelenggaraan pemilu yang sudah terselenggara.
Keberhasilan partai politik secara kuantitas lebih unggul namun hal itu tidak
di barengi dengan secara Kualitas Partai Politik itu sendiri. Keberhasilan
Partai Politik secara Kualitas dapat dilihat dari berjalan atau tidaknya fungsi
Partai Politik.
Menurut Mariam Budiardjo (2015)
terdapat 4 fungsi Partai Politik di Negara Demokrasi ataupun di Negara
berkembang yang berada dalam transisi ke arah demokrasi.
Fungsi pertama yaitu, sebagai 'Sarana
Komunikasi Politik'. Dalam menjalankan fungsi ini partai politik sering
disebut sebagai perantara (broker) dalam menampung aspirasi masyarakat untuk
dijadikan usul kebijakan. Akan tetapi, seringkali terdapat gejala bahwa
pelaksanaan fungsi komunikasi ini sengaja/tidak disengaja, menghasilkan
informasi yang berat sebelah dan malahan menimbulkan kegelisahan dan keresahan
dalam masyarakat.
Fungsi kedua yaitu, sebagai 'Sosialisasi
Politik'. Pelaksanaan fungsi sosialisasi politik dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu media masa,cermah,penerangan,kursus kaderisasi, penataran
dan sebagainya. Sisi lain dari fungsi sosialisasi politik adalah upaya
menciptakan citra bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Dalam pelaksananya,
"Memperjuangkan Kepentingan Umum" hanyalah sebatas
impian ataupun kampanye untuk menarik perhatian masyarakat. Tidak dapat
disangkal partai lebih mengutamakan kepentingan partai atas kepentingan umum.
Fungsi ketiga yaitu, sebagai 'Pengatur
Konflik'. Maksudnya partai politik dapat menjadi penghubung psikologis dan
organisasional antara warga negara dengan pemerintahannya. Selain itu, partai
juga melakukan konsolidasi dan artikulasi tuntutan-tuntutan yang beragam yang
berkembang di berbagai kelompok masyarakat.
Dalam pelaksanaannnya, partai politik
mempertajam pertentangan yang ada. Dimana tarik ulur kebajikan di Parlemen yang
menguntungkan segelintir orang saja. Membuat masyarakat semakin resah dengan
hadirnya partai politik sehingga masyarakat mempertanyakan keberpihakan partai
politik. Bahkan lebih waspadanya lagi, bukan tidak mungkin masyarakat akan
bersikap "Apatis" terhadap partai politik itu sendiri.
Dan betul saja, bahwasanya "Parlemen
hanyalah taman bermain bagi Partai Politik yang memenangkan pemilu".
Analogi sederhananya adalah ketika permainan (kebijakan) itu direbut ataupun
tidak menguntungkan partai politik sendiri. Maka partai politik akan berusaha
mengambil alih permainan (kebijakan) itu bagaimanapun caranya.
Fungsi yang terakhir yaitu, sebagai 'Rekrutmen
Politik'. Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan
internal partai politik maupun kepemimpinan Nasional yang lebih luas. Tujuannya
yaitu untuk menjamin kontinuitas dan kelestarian partai. Sayangnya, masyarakat
tidak mengetahui bagaimana pola Rekrutmen yang dijalankan oleh partai politik.
Atau pola Rekrutmen dapat dilakukan dengan cara-cara yang demokrasi ataupun
dengan cara bermain kotor yaitu 'Politik Uang' di internal
politik.
Pandangan penulis, pola Rekrutmen
yang dijalankan dengan melakukan politik uang untuk menduduki jabatan di
Internal partai politik. Pengalaman kita dari adanya berbagai kasus yang menyeret
petinggi partai. Kasus Suap Impor Daging Sapi tahun 2013 yang menyeret nama
Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaq. Kasus Proyek
Hambalang yang menyeret beberapa petinggi Partai Demokrat salah satunya Ketua
Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Dan kasus yang baru ini terjadi yaitu
kasus Mega Proyek E-KTP yang menyeret Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Ketua
DPR RI, Setyo Novanto. Bukan tidak mungkin, pola rekrutmen seperti inilah yang
masih dijalankan oleh partai politik.
Kegagalan pola 'Rekrutmen Partai
Politik' selanjutnya yaitu, tidak adanya bibit-bibit muda yang berkualitas
untuk dijadikan pemimpin nasional. Pengalaman dari pemilu yang sudah
diselenggarakan saja. Nama-nama calon presiden berasal dari golongan tua seperti,
Megawati dari PDIP, Prabowo Subianto dari Gerindra, SBY dari Demokrat masih
mengisi nama-nama calon kandidat. Sehingga dari sinilah jelas bahwa pola
Rekrutmen Partai Politik tidak berjalan dengan baik.
0 Komentar