Representasi Klik Sebagai Kelompok sosial Studi Kasus: Pendidikan Sosiologi A 2015
#PENGAMATAN DALAM KAMPUS
Representasi Klik Sebagai
Kelompok sosial
Studi Kasus:
Pendidikan Sosiologi A 2015
Oleh : Dini Sintia Dewi*
“Ternyata
sakin mencairnya air terjadi gelembung-gelembung udara dan sakin mencairnya
dinamika pertemanan terjadi gumpalan-gumpalan kelompok yang disebut Klik.”
Pada hakikatnya manusia terlahir
berkelompok dan kelompok bukan sesuatu
yang givven tetapi dapat
dikonstruksikan oleh masyarakat bedasarkan kesamaan yang bersifat cair. Kelompok-kelompok
tersebut dapat dikategorikan bedasarkan kesamaan budaya yang melahirkan etnis,
kesamaan kepercayaan yang melahirkan kelompok agama dan kesamaan visi yang
melahirkan klik. Sebenernya apa yang dimaksud klik? apakah klik sama dengan
geng ataukah kelompok sahabat?. klik adalah kelompok kecil yang terbentuk dari
suatu kelompok yang lebih besar, karena frekuensinya hubungan yang relatif
tinggi atau sering bertemu.[1]
Dengan kata lain klik merupakan hasil dari jumlah yang bayak dan mengecil.
seperti contoh dalam satu kelas terdapat 47 siswa dan dari jumlah tersebut
tidak mungkin untuk selalu bersama dan mempunyai visi serta kesamaan yang sama,
dengan itu melahirkan bebrapa jumlah klik atau kelompok kecil di dalam kelas.
Jumlah kelompok tersebut terbagi sesuai dengan kesamaan visi dan tujuan anggotanya.
Berbeda dengan genk, genk merupakan hasil etnosentris kelompok dan ingin
menjadi yang the power of crime.
Dalam
dinamika kelas, tak jarang dalam jumlah
yang banyak dapat meyatukan visi, dan hobi dalam satu. Dan tak heran dalam satu
kelas terbagi dari beberapa kelompok yang disebut klik. Khusunya studi kasus
peneliti di Pendidikan Sosiologi A 2015 terbagi dalam sepuluh kelompok atau
klik yang bedasarkan kesamaan aktivitas dan hobi.[2]
Entalah dengan klik-klik di kelas lain yang pasti di setiap kelas mempunyai
klik-kliknya sendiri. Menurut Durkheim kelompok sosial menjadikan solideritas
lebih kuat dikarenakan terdapat kesadaran kolektif dan sebagai komunitas moral
atau Moral Comunity. tetapi berbeda
dengan pandangan Marxian melihat kelompok, kelompok merupakan bentuk dari
sumber konflik.[3] dalam dua paradigma
tersebut dan dua aliran berbeda, maka klik dapat dikatakan menjadi solideritas
kelompok apabila klik tersebut memiliki kesadaran kolektif dengan adanya
persamaan dan akan menghadirkan teman terdekat dalam berbagai situasi hingga
menjadikan komunitas moral yang disebut sahabat terdekat. Tetapi, sebaliknya
ketika klik dijadikan etnosentris kelompok maka berimplikasi negatif dan bila
etnosentris semakin tinggi akan menjadikan genk di dalam kelompok.
Dari
hasil pengamatan dengan studi kasus peneliti di Pendidikan Sosiologi A 2015 pola
interaksi antara klik satu ke klik yang lain sangat dinamis.[4]
terkadang kebijakan dan peraturan kelas dipengaruhi oleh kekuasaan atas klik
yang mendominasi atau yang berkuasa yang menyebabkan hidden conflict atau konflik tersembunyi. tetapi, kehadiran klik
memperkuat solideritas kelompok kecil menuju kelompok besar. Persepsi
masyarakat memandang klik dianggap penghancur kelas atau kelompok besar padahal
nyatanya tidak semua orang bisa tergabung dengan kelompok yang sama karena
terdapat perbedaan cara pandang,visi dan hobi. Dalam teori konflik, konflik
hadir sebagai penguat dan integrasi kelompok dan tidak semua konflik bersifat
negatif kalau dapat di analogikan konflik bagaikan dua mata pisau yang
berdampak positif jikalau mata pisau digunakan untuk memotong sayuran dll dan
berdampak negatif jikalau digunakan untuk melukai. Semua konflik tergantung
pada individu untuk memaknai konflik tersebut. Di perlukan menejemen konflik
untuk menekan konflik yang terjadi akibat mata pisau yang bersifat negatif
untuk melukai serta yang berdampak positif sebagai alat kegunaan.
Jikalau
tulisan di atas melihat hubungan interaksi anatara klik dengan klik tetapi urbanisasi as way of life atau urbanisasi
sebagai jalan hidup mengkaji hubungan interaksi antara anggota klik dalam
perpindahannya. Perpindahan anggota klik berimplikasi karena menejement konflik
yang tidak terselesaikan di dalam klik. Perpindahan individu dari klik satu ke
klik yang lainnya memiliki banyak faktor salah satunya ialah perbedaan kesamaan
visi, ketidak nyamanan, eksklusifitas kelompok yang tinggi, hingga konflik
internal di dalam kelompok.[5] Khusunya
di Dari hasil pengamatan dengan studi kasus peneliti di Pendidikan Sosiologi A
2015 telah terjadi perpindahan klik yaitu dengan 10 orang dengan faktor dan
kondisi yang berbeda.
Dalam
dinamikanya kelompok sosial tidak terlepas dalam kehidupan yang merubah
realitas sebagai makluk sosial yang berkelompok. kelompok diproyeksikan sebagai
hal yang positif dan negatif tergantung pada cara pandang memaknai dan menyikapi
akan kehadiran kelompok. Diperlukan sebuah toleransi yang tinggi dalam
kehidupan bermasyarakat khusunya dalam perbedaan kebudayaan, visi dan cara
pandang. Tidak semua orang dapat tertarik dalam hal yang sama dengan itu
diperlukan pengelompokan kecil dalam kehidupan sosial yang disebut klik. Dan
klik dapat diartikan solideritas dan konflik kelompok tergantung pada manejemen kelompok sosial.
Daftar Rujukan
Malesevi, S.
(2004). The Sociology of Ethnicity. London: Sage.
Sunarto, K.
(2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Biodata penulis*
Dini
Sintia Dewi, mahasiswa Sosiologi UNJ angkatan 2015, lulusan SDN Warakas 05,
SMPN 129 Jakarta dan SMAN 15 Jakarta. Pernah menjadi finalis OSN Geografi
tingkat Jakarta Utara, Juara 2 Jakarta North Student Company, juara 2 Jakarta
Student Company dan Harapan 1 Indonesia Student Company yang di selengarakan
oleh Prestasi Junior Indonesia. Pernah menjadi Board of Director dan Vice
president of Public Relation di Libels. Juara umum dan siswa berprestasi di
SMAN 15 Jakarta, Finalis Social Inovation Relay dan Finalis 10 besar lomba
Essai nasional yang di selengarakan oleh UGM. Saat ini sedang melanjutkan
pendidikan di Universitas Negeri Jakarta, jurusan Sosiologi.
0 Komentar