Mahasiswa sebagai Masyarakat Informasi dan Komunitas Virtual (Studi Kasus: Universitas Negeri Jakarta, Kampus A)
#PENGAMATAN DALAM KAMPUS
Mahasiswa
sebagai Masyarakat Informasi dan Komunitas Virtual
(Studi
Kasus: Universitas Negeri Jakarta, Kampus A)
Oleh: Shabrina Mawarfina[1]
“Seluruh
dunia dihubungkan oleh jaringan! Dan, semua data di dalamnya hanyalah paket
yang semestinya mengantre untuk diantarkan dan kemudian tak terdengar lagi
rimbanya. Jaringan ini ingin dimutakhirkan!”
Kehadiran Internet
sebagai produk dari kemajuan teknologi, tentunya membawa kebermanfaatan dan
memudahkan kita dalam mencari dan mendapatkan informasi hingga berinterkasi secara
cepat. Efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan internet, menjadikan
intensitas penggunanya semakin tinggi, hingga tanpa kita sadari, bahwasanya
kita sudah termasuk kedalam masyarakat informasi di Era Digital ini. Untuk
menjadi masyarakat informasi, tentu melalui beberapa tahapan yang tidak mudah
dan proses yang evolutif. Masyarakat dibagi menjadi 3 macam atau tahapan yaitu,
masyarakat agraris, masyarakat industrial, dan masyarakat postindustrial.[2] Masyarakat
postindustrial inilah yang dikatakan sebagai masyarakat informasi. Masyarakat
informasi dapat dijelaskan sebagai masyarakat yang dalam hubungannya dengan aktifitas
informasi dan komunikasi difasilitasi oleh kemampuan produk Information and Communication Technologies
(ICT).
Mahasiswa termasuk
bagian dari masyarakat informasi, yang mana dalam kehidupan sehari-harinya
bergantung pada informasi, dimana informasi mempengaruhi berbagai bidang
kehidupannya, salah satunya di bidang akademis maupun sosial. Peranan teknologi
pada bidang akademis dapat kita amati di Kampus UNJ, Sarana dan prasarana
berbasis ICT telah disediakan oleh pihak kampus demi mendukung proses pembelajaran.
Contoh konkritnya yaitu, UPT perpustakaan UNJ telah bekerjasama dan
berlangganan dengan berbagai macam
penyedia e-resource seperti sciencediret, scopus, dan gale.[3]
Hal itu tentunya mempermudah mahasiswa dalam mencari sumber referensi dan
melakukan pengerjaan riset ataupun tuntutan akademisinya. Selain di bidang
akademik, peranan teknologi sebagai saluran informasi juga dapat dilihat pada
bidang sosial di kalangan mahasiswa yaitu, munculnya akun sosial media yang
berkaitan dengan informasi-informasi kegiatan sosial atau aktivitas mahasiswa se-UNJ.
Contoh konkritnya yaitu Akun sosial media yang dikelola oleh OPMAWA/ORMAWA dan
Komunitas/Paguyuban mulai dari tingkat prodi, fakultas hingga universitas.
Alhasil dengan adanya akun sosial media yang menjadi saluran informasi bagi
penggunanya, diharapkan mahasiswa dapat menjadi lebih up-to-date dan lebih aware
terhadap lingkungan sosial yang ada disekitarnya.
Tingginya Intensitas
Mahasiswa mengakses internet dalam memperoleh informasi, menjadikan mahasiswa
tersebut menjadi bagian dari masyarakat informasi. Masyarakat informasi juga
membutuhkan sebuah platform. Dimana platform tersebut dimanfaatkan untuk saling bertukar informasi dan
berinteraksi satu sama lain dikalangan mahasiswa. Platform yang dimaksud ini
adalah sebuah Komunitas. Komunitas pada umumnya dibentuk oleh sekelompok orang
yang mempunyai kegemaran dan minat yang sama, profesi yang sama, ataupun latar
belakang yang sama. Manfaat yang dirasakan adalah antar anggota dapat saling bertukat
informasi penting, hingga mungkin sampai kepada transaksi bisnis. Namun dengan
bantuan ICT, terciptalah komunitas dalam jaringan internet atau biasa disebut
dengan Komunitas Virtual. Komunitas virtual adalah agresi sosial yang muncul
dari teknologi internet yang didalamnya banyak orang yang melakukan diskusi
publik dengan perasaan untuk membentuk web dari hubungan pribadi di dunia maya.[4]
Pada perkembangan era globalisasi, mahasiswa dalam
konteks luasnya adalah masyarakat umum, mulai beralih menjadi masyarakat
informasi. Masyarakat mengalami revolusi informasi yang mana kemampuan
seseorang bukan lagi dari segi modal, melainkan dari kemampuan seseorang itu
dalam mengolah dan mengakses informasi yang bermanfaat.
“Era Revolusi informasi saat ini
ditandai dengan munculnya perkembangan teknologi informasi yang luar biasa
canggih yang disebut dengan kebudayaan virtual rill. Kebudayaan virtual
rill merupakan satu sistem sosial-budaya dimana realitas itu sendiri sepenuhnya
tercakup dalam setting citra dunia”- Castell (1996).
Bertitik
tolak pada pernyataan tersebut, Komunitas virtual merupakan contoh nyata dari
kebudayaan virtual rill. Bentuk nyata dari komunitas virtual dikalangan mahasiswa
UNJ adanya Forum online atau Chat room di sosial media ataupun di website. Forum
dan chat room bertujuan sebagai tempat interaksi di mana pengguna
mempertahankan anonimitas mereka melalui penggunaan julukan dan berinteraksi
dengan orang lain yang tidak diketahui sebelumnya untuk berbagi kepedulian,
hobi ataupun pengetahuan lainnya. Adapun hasil pengamatan penulis tentang
komunitas berbasis ICT via Chat room/WEB yaitu, Komunitas Blogger UNJ (KOMBUN)
sebagai wadah untuk pengintegrasian pengguna blogger bagi mashasiswa UNJ,
Artvenue sebagai wadah dalam bertukar informasi/pengetahuan untuk sesama
penikmat senirupa ataupun desain, Forum Jual Beli UNJ sebagai tempat
berinteraksi sesama mahasiswa yang bergelut di bidang wirausaha, Lingkar
Inspirasi sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam
mendapatkan beasiswa ataupun untuk men-develop
diri melalui program exchange.[5]
Motivasi mahasiswa untuk bergabung
menjadi masyarakat komunitas virtual dapat dilihat melalui teori Uses and Gratification. Dalam teori ini
dapat dikatakan bahwa ada beberapa alasan pemenuhan pada diri seseorang yang
ingin dipenuhi dalam menggunakan media, yaitu: Pertama, kebutuhan kognitif, yaitu kebutuhan untuk pemenuhan
informasi, pengetahuan dan pemahaman yang ia dapatkan dari media tersebut. Kedua, Kebutuhan afektif, yaitu
kebutuhan yang berhubungan dengan pengalaman estetika, kesenangan dan
emosional. Ketiga, kebutuhan
integrasi pribadi yang berhubungan dengan kredibilitas, stabilitas dan status
individu. Keempat, kebutuhan
integritas sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penambahan kontak
keluarga, teman dan dunia luar melalui komunitas virtual yang didasarkan pada
hasrat untuk berafiliasi. Kelima, Kebutuhan
pelarian yang berhubungan dengan keinginan individu untuk melarikan diri dari
kondisi emosi, kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
Sebagai penutup pengamatan, dapat
kita simpulkan tulisan diatas bahwa di era revolusi informasi, ternyata
mahasiswa juga merupakan bagian dari masyarakat informasi yang dimana ia akan
memanfaatkan kekuatan Teknologi informasi sebagai pemenuhan kebutuhannya dalam
proses mengolah dan mengakses informasi pada aspek akademik maupun non
akademik, selain itu, bagi mahasiswa yang aktif dan tertarik dalam
mengembangkan diri melalui saluran komunitas online, dapat dikatakan mahasiswa
tersebut juga bagian dari masyarakat komunitas virtual, dimana komunitas
virtual tersebut ia manfaatkan sebagai platform
untuk berinteraksi dan bertukar pengetahuan dan informasi dengan didasarkan
persamaan latar belakang, kegemaran, ataupun kepentingan.
Sekian dan Terimakasih.
[1]
Penulis merupakan seorang mahasiswi UNJ dari prodi Pendidikan Sosiologi B
2015. Tertarik akan segala kecanggihan
perangkat digital atau serba-serbi gawai. Penulis bercita-cita sebagai pengamat
teknologi ataupun menjadi guru yang setidaknya, tidak gaptek di Era Digital
ini. Doakan saja dapat lulus tepat waktu dan melanjutkan studi S2nya di Ilmu
Komunikasi UNPAD ataupun Teknologi pendidikan di Kampus tercinta UNJ. Aamiin.
[2] Shiefti
Dyah. A, Media Sosial: Interaksi, Identitas, dan Modal Sosial, hlm. 24
[3] Hasil Pengamatan
dalam Kampus 2017, Universitas Negeri Jakarta, Kampus A Rawamangun.
[4] Shiefti
Dyah. A, Media Sosial: Interaksi, Identitas, dan Modal Sosial, hlm. 29
[5] Hasil
Pengamatan dalam Kampus 2017, Universitas Negeri Jakarta, Kampus A Rawamangun.
0 Komentar