Dua Sisi Layar Mahasiswi
Oleh: Faisal Respatiadi
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk individu dan
juga makhluk sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak
yang mendorong ia berbuat baik atau sebaliknya selain
itu kita perlu melakukan sosialisasi baik itu sesama jenis atau kepada lawan
jenis. Sosialisasi
adalah proses belajar yang dialami individu sejak masa kanak-kanak hingga masa
tuanya. Ia belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dalam segala macam
individu sekelilingnya yang mengembangkan aneka peran sosial yang ada dalam
kehidupan sehari-hari (Koentjaraningrat).
Penekanan adanya dua sistem kontrol yang mengekang motivasi kita untuk
menyimpang, pertama pengendalian batin kita (inner control) mencakup moralitas yang telah kita internalisasikan
hati nurani, prinsip keagamaan, ide mengenai benar dan salah. Pengendalian
batin pun mencakup ketakutan pada hukuman, perasaan integritas, dan hasrat
untuk menjadi seseorang yang “ baik ’’. Kedua pengendalian luar kita terdiri atas orang-orang seperti:
keluarga, teman, dan polisi yang mempengaruhi kita agar tidak menyimpang (Walter
Reckless, 1973).
Namun dari pengendalian luar tersebut tidak selalu berjalan
dengan baik apabila pada faktor ada yang kontradiksi dari seharusnya dengan
demikian dapat mengakibatkan seorang individu berprilaku menyimpang. Perempuan
yang kita kira selama ini berperilaku baik daripada laki-laki ternyata
kata-kata tersebut tidak sepenuhnya benar bahkan masalah penyimpangan yang terjadi
di kampus disebabkan oleh perempuan. Kampus yang bertujuan sebagai tempat
meneruskan jenjang pendidikan malah digunakan dengan tidak benar oleh perempuan
yang telah berperilaku menyimpang seperti: mencontek, mencuri, merokok,
narkotika, bahkan mereka rela menjual dirinya sendiri atau biasa yang dikenal dengan
istilah ayam kampus.
Walau tergolong penyimpangan primer
tapi masalah yang demikian harus diselesaikan agar kampus itu sendiri menjadi
tempat yang benar-benar sesuai dengan tujuannya. Kita dapat mengatasinya dengan
cara melakukan: pengendalian sosial preventif yaitu usaha yang
dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran tujuannya
adalah mencegah terjadinya perilaku menyimpang, pengendalian sosial
represif adalah pengendalian sosial yang bersifat represif
diberlakukan sanksi atau hukuman setelah pelanggaran dilakukan,
pengendalian sosial gabungan maksudnya gabungan pengendalian preventif dan represif
serta kedua sifat pengendalian sosial itu bertujuan untuk mencegah
pendekatan dan sosialisasi agar masyarakat mematuhi norma-norma yang
berlaku, dan yang terakhir adalah dengan pengendalian sosial koersif seperti
yang kita ketahui bahwa pengendalian ini menggunakan kekerasan tipe cara seperti
ini tidak dianjurkan karena jika dilakukan para pelanggar bukannya berubah
perilakunya menjadi lebih baik justru nanti akan berdampak lebih parah yaitu
akan menimbulkan dendam maka daripada itu hal ini dilakukan apabila pelanggar
memang benar-benar sudah tidak bisa dilakukan dengan cara preventif, represif
atau gabungan antara keduanya.
Adapun
cara-cara pengendalian sosial yaitu dengan: teguran, pendidikan, agama, Fraundulens
(meminta bantuan kepada pihak lain), Hukum, Persuasi (Ajakan), Kompulsi (Memaksa),
Pervasi (Penanaman nilai dan moral berulang-ulang) serta fungsi pengendalian sosial
itu sendiri untuk mengembalikan masyarakat kepada kepatuhan terhadap nilai dan
norma sosial, mewujudkan keserasian, ketentraman dan mengurangi perilaku menyimpang.
Terlepas
dari itu semua ada mahasiswi yang benar-benar memanfaatkan tujuan kampus itu
dengan semestinya. Ia melakukan belajar saat dosen mengajar, mengerjakan tugas
yang diberikan dosen, aktif organisasi, memaksimalkan waktu dengan efisien,
mendapat IP (Indeks Prestasi) minimal 3,00 dan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif)
minimal 3,00 kemudian mengajukan beasiswa dan mendapatkan beasiswa karena
prestasi yang dia miliki.
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk individu dan
juga makhluk sosial maka daripada itu perlu melakukan sosialisasi tapi
sosialisasi tersebut dapat mendorong kita untuk berbuat baik atau sebaliknya
tergantung dari faktor dalam maupun luar diri kita sendiri apabila faktor itu
kontradiksi maka dapat menyebabkan
seorang individu melakukan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang
dapat mengatasinya dengan pengendalian sosial preventif, pengendalian sosial
represif, pengendalian sosial gabungan, pengendalian sosial koersif.
Oleh
karena itu kita sebagai generasi perubah masa depan bangsa juga masa depan kita
sendiri, kita harus melakukan kegiatan yang positif, mengefisienkan waktu dan
juga optimalkan belajar demi kebaikan kita sendiri dan juga bangsa.
0 Komentar