Puisi
11 : 45 PM
![]() |
Sumber Gambar : star-registration.com |
Oleh : Lelawa
Ada seribu burung doa yang terbang dilangit malam.
Jadi bintang hingga ke horizon.
Dan setiap gelap pohon yang tengadah.
Dalam sajak sunyi yang diam-diam gemerlap dalam bias lampu kota.
Aku dan jiwaku menari menuruti bahasa angin yang kadang-kadang bicara lirih.
Udara kota yang pengap.
Dan setiap hari rasanya seperti menghembuskan namamu di Pegunungan Tengger.
Dingin.
Dan aku selalu sesak nafas saat ingin berlari.
Apalagi yang bisa terucap.
Saat suara seakan tersedak di kerongkongan apartemen-apartemen.
Dirisau helikopter pemantau jalanan.
Dan terjebak dibola-bola lampu merah.
Jakarta, 17 Juli 2019
0 Komentar