Puisi
Puisi: "SUPERSEMAR OH SUPERSEMAR"
Oleh: Maulana Malik Ibrahim
Akal sehat telah mati, dalam persepsi abstrak kesejarahan.
Akal sehat rela dikubur hidup-hidup dalam kubangan besar dengan nisan bertuliskan "Demi Pembangunan"
Sukar nampaknya ketika ingin mencari kebenaran.
Tembok besar bertuliskan "Kebenaran sudah tak diperlukan" menghadang didepan.
Naskah baru sejarah ditulis sendiri oleh diktator.
Serbuan dan ancaman silih berganti ditebar.
Di hari ini, 53 tahun yang lalu nasib bangsaku berurai.
Tak ada darah, tak ada perlawanan, tak ada senjata.
Pemimpin revolusi dilumpuhkan dengan surat "fiksi" yang sampai saat ini tak jua diketahui keberadaannya.
Supersemar, oh supersemar.
Surat sakti pengalihan kuasa.
Berkatmu, negeri ini berdarah-darah.
Talangsari, tanjung priok, hingga semanggi bergabung jadi saksi bisu kekejaman tirani.
Dihari ini kami berdoa, kita panjatkan kepada Tuhan.
Semoga tidak ada lagi surat "sakti" layaknya misteri.
0 Komentar