Puisi
Puisi: Perseteruanku dengan Semuanya
Sumber: serupa.id
Oleh: Aljun
Senja ini sengaja kubakar agar sepi dari sastra sasi
Aku sama sekali tidak menyukainya
Ku, terang saja, lebih menyukai
Rona pagi yang menemani
Surya saat pertama bangkit
Kemerahan siang dimana hampir setiap orang mendapatkannya
Mungkin sore sebagai penanda berkesudahannya kerja petani
Atau malam, waktu manusia Jakarta terjaga hingga hari berikutnya
Beriringan dengan pemikiran itu
Pelayan gadis sendu memberikanku kopi sore ini
Ku buang saja dengan mudah
Mug mahal tersusun rapi pecah
Menjadi bagian dari ketidakteraturan bangun ruang
Ku hanya minta sebotol susu sedikit manis
Apa peliknya? Duka apa yang ingin didupakan?
Ku pikir sebotol susu cukup mengembangkan
Baik badan ini maupun semangat yang kekanak-kanakan
Tidak seperti kopi persetan, yang hanya menjaga kedua mata
Agar tidak berhenti berpapasan
Dengan banyak bentuk kesedihan
Belum lagi rindu? apa itu? sebenih bahasa kebodohan murni?
Menemani bunga harapan manusia tidak bernama yang tertidur lelap
Rindu masih saja kalap
Jika saja kata itu sudah dialihkan menjadi dosa
Pasti banyak orang yang menombaknya
Dan memang perlunya, seyogyangnya dipastikan
Hal itu terjadi
Kita, semua, seinti
Perlu keberanian, keajegan untuk berhenti cemas
Seperti apa yang dikatakan Lacan
Cemas itu tanpa rupa
Begitu juga rindu
Enyah saja sikap itu.
*(mirip puisi) ini dibuat untuk menggugat puisi kontemporer yang terlalu bias untuk dibilang puisi bagus.
0 Komentar