Sebuah fanatisme yang buta
Oleh: Ari Muis (Sospem 2015)

            Belum lama ini dunia sepak bola di Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya salah satu supporter dari tim Persib Bandung yang bernama Ricko Andrean(22 tahun)[1]. Ricko merupakan pendukung Persib yang meninggal saat terjadi keributan, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api beberapa waktu lalu. Ricko menjadi korban pengroyokan salah sasaran yang dilakukan segelintir oknum bobotoh (supporter Persib Bandung) ketika pertandingan Persib kontra Persija, sabtu (22/7) lalu.
            Dalam sejarahnya rivalitas Persib dan Persija sudah dimulai sejak awal tahun 2000[2]. Rivalitas kedua klub ini sudah sangat terkenal sekali di kancah persepakbolaan Indonesia. Laga ini bahkan disebut-sebut sebagai laga d’classico Indonesia. Rivalitas tersebut tidak hanya dari pihak klub tetapi yang paling menonjol adalah dari supporter klub masing-masing. Di Persija Jakarta terkenal dengan supporter fanatiknya yang biasa disebut dengan ‘the Jack Mania’ yang sangat setia menemani dan mendukung ketika Persija Jakarta bermain baik dikandang sendiri maupun di kandang tim musuh. Jika persija mempunyai ‘the Jack Mania’, klub kebanggaan dari warga Bandung ini, Persib Bandung memiliki supporter fanatiknya yang terkenal yaitu ‘Bobotoh’ dan juga ‘Viking’. Sama halnya dengan ‘the Jack Mania’, bobotoh juga tidak kalah dalam hal dukungan kepada klub tercintanya, bagaimana mereka senantiasa mendukung Persib Bandung berlaga baik ketika main dikandang sendiri maupun di kandang tim musuh.
            Rivalitas kedua supporter ini menjadi salah satu yang paling terkenal di persepak-bolaan di Indonesia. bagaimana setiap kedua tim ini berlaga, tidak jarang terjadi bentrokan antar supporter. Sesuai dengan arti dari kata ‘Rivalitas’, di dalam kamus besar bahasa indonesia, rivalitas berarti pertentangan; permusuhan; persaingan: rasa antara mereka sering menimbulkan perkelahian[3].
            Bentrokan dari kedua supporter tersebut tentu saja berdampak negatif, selain dapat menimbulkan korban jiwa, hal yang paling menakutkan adalah tertanamnya rasa ‘benci’ antar supporter. Mengapa rasa benci dapat begitu menakutkan? Karena benci itu ibarat sebuah virus yang makin lama makin besar dan menyebar di seluruh tubuh dan dapat menularkan rasa bencinya ke orang lain yang akan membuat orang lain juga jadi ikut membenci suatu objek tertentu. Hal ini jelas menjadi sebuah masalah sosial, tidak hanya bagi masyarakat/ supporter yang mendukung klub tersebut tetapi juga bagi hanya bagi kedua klub. Mengapa demikian, karena kedua klub yang supporternya terlibat kerusuhan, bentrokan, dan perkelahian akan dikenai sanksi oleh PSSI (Football Association of Indonesia) berupa denda uang puluhan juta rupiah yang tentu saja akan merugikan klub tersebut.
            Dalam pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, dalam sila ke-3 disebutkan ‘Persatuan Indonesia’ yang dimana di negara ini sangat menjunjung tinggi nilai Persatuan dan Kesatuan. Kasus yang menimpa saudara ricko andrean ini merupakan contoh yang sangat bertolak belakang dengan sila ke-3 dari Pancasila tersebut. Memang tidak gampang menyatukan orang-orang yang berbeda kultur dari masing-masing daerah karena setiap daerah di Indonesia ini mempunyai beragam kebudayaan yang tentusaja berbeda satu sama lain yang menjadikan kebudayaan tersebut adalah ciri khas mereka.
            Perbedaan dari setiap daerah ini memang rentan akan konflik karena setiap masyarakat akan selalu membela tanah dia di lahirkan. Sebagai Warga Negara Indonesia, seharusnya kita dapat menyikapi perbedaan ini dengan sikap yang positif. Seperti kita dapat mempelajari kebuudayaan dari daerah lain yang membuat pengetahuan kita bertambah. Alangkah lebih baiknya jika kita mempelajari sekaligus melestarikan kebudayaan tersebut. Sejatinya dari manapun kebudayaan itu berasal itu merupakan milik kita juga karena Indinesia itu ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.

0 Komentar