#PENGAMATAN DALAM KAMPUS

Mahasiswa Berambut Gondrong
Oleh : Zulkiplai[1]

Sambil menikmati melodi dari lagu Iwan Fals kugapai niat untuk menulis laporan ini. Memang sedikit remeh dan tak berguna mungkin dibanding dengan pengamatan orang lain. Tapi, inilah yang selalu kuamati setiap harinya dikampus. Mengamati fisik orang lain.
Sebenarnya aku lebih senang mengamati keindahan tubuh wanita. Namun sayang beribu sayang tak pantas itu kutuliskan dalam laporan ini. Lalu, setelah menyeruput kopi campur susu yang baru kuseduh, aku memutuskan untuk menulis tentang hasrat lamaku yaitu RAMBUT GONDRONG.
Mengamati mahasiswa berambut gondrong tidaklah terlalu susah karena mereka selalu tampak kontras apabila muncul di tengah keramaian. Mungkin sosoknya yang tak biasa dan cukup unik karena jumlah mahasiswa yang berambut gondrong tidak banyak membuat mereka lebih mudah dikenali. Tetapi, meski terbilang limited edition menjadi mahasiswa gondrong juga bukan berarti lepas dari cibiran dan ejekan.
Kebanyakan ejekan dan cibiran sudah pasti berasal dari kelompok yang berseberangan. Kelompok ini adalah mereka yang mengedepankan “kerapian” dalam kehidupan sehari – hari. Saya ambil kesimpulan seperti ini karena mereka selalu mengdikotomikan mahasiswa berambut gondrong sebagai orang yang tidak rapi, urakan, terlihat seperti gelandangan, dsb. Kelompok yang mengedepankan “kerapian” ini bukan hanya berasal dari kalangan mahasiswa/i saja tetapi juga ada dosen, atau bahkan masyarakat umum yang juga menyetujuinya. Selain selalu dikotomikan sebagai orang yang tidak rapi, dsb mahasiswa berambut gondrong juga sering disamakan dengan wanita atau bahkan banci. Karena selama ini mindset masyarakat kita berpandangan bahwa rambut panjang hanya dimiliki oleh wanita.
Lalu, berdasarkan pengamatan saya menggunakan kedua mata telanjang ini ingin mencoba membuktikan beberapa pernyataan diatas. Apakah benar bahwa mahasiswa berambut gondrong adalah seorang yang tidak rapi, berantakan, dsb? Apakah benar bahwa mahasiswa berambut gondrong adalah wanita?
Mahasiswa berambut gondrong itu tidak rapi, berantakan, dsb!
Bisa Iya atau Tidak. Lebih tepatnya Mungkin. Seringkali saya jumpai mahasiswa berambut gondrong itu memang tidak rapi. Mereka seringkali berpakaian asal – asalan menggunakan celana jeans robek dan kaos oblong seadanya. Tetapi, ada juga mahasiswa berambut gondrong yang berpakaian rapi. Biasanya mereka lebih memilih mengenakan kemeja agar terlihat rapi. Selain itu mereka juga punya senjata rahasia yang dapat meningkatkan kerapian mereka. Yaitu bando dan kunciran, fungsi kedua alat ini adalah untuk mengikat atau merapikan rambut mereka agar tidak terurai dan terlihat berantakan.

Terlepas daripada mahasiswa berambut gondrong. Mahasiswa yang rambutnya pendek pun juga kerap kali tidak rapi berpenampilan seadanya dan terlihat biasa saja. Mungkin itulah yang dijadikan penekanan bahwa opini yang menyatakan mahasiswa berambut gondrong tidak rapi masih bias. Karena ketidakrapian tergantung pada setiap orang.
Mahasiswa berambut gondrong mirip seperti wanita
“Sosoknya terlihat indah. Rambutnya hitam berkilau diterpa sinar mentari. Tubuhnya kurus langsing. Ternyata setelah kuamati dia adalah seorang laki – laki.” Sebenarnya mahasiswa berambut gondrong tidak lah terlalu mirip dengan wanita. Bahkan meski kita melihatnya dari belakang pun akan ketahuan kalau mereka sebenarnya adalah laki – laki.
Perbedaan yang paling mencolok adalah dari bentuk tubuhnya dan gaya jalannya. Sejauh ini dalam pengamatan saya belum pernah salah membedakan mahasiswa berambut gondrong dengan wanita. Karena dengan sendirinya kita akan mengetahuinya.
Tetapi, kalau hanya dilihat dari segi rambut memang bisa dibilang mahasiswa berambut gondrong mirip dengan wanita. Bahkan melebihi wanita itu sendiri. Maklum saja karena terkadang mahasiswa berambut gondrong lebih memperhatikan rambutnya dibanding dengan anggota tubuhnya yang lain. Beberapa dari mereka juga tidak segan mengeluarkan uang hanya untuk creambath di salon agar rambut mereka lebih bagus dan halus lagi.
Akhir
Bagi para pembaca yang budiman dan semoga tidak gondrong pasti pernah tau pepatah ini
“don’t judge the book from the cover”
Artinya : Jangan menilai buku dari sampulnya. Begitu juga dalam menilai manusia tidak bisa kita lihat dari luarnya saja. Bisa saja mahasiswa berambut gondrong itu adalah seorang yang rapi. Atau dibalik kesangaran mereka ternyata hatinya lembut, dsb.
Saya hanya mengajak kita semua agar tidak subjektif dalam menilai sesuatu (dan semoga tulisan saya ini juga tidak subjektif karena Insya Allah berdasarkan pengamatan serta pendapat orang disekitar) melainkan harus lebih objektif. Agar kita semua tidak salah dalam menilai dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Anjaaaayyy sok bener gua.
Sampai di penghujung tulisan ini semoga yang kurang dalam tulisan ini bisa memunculkan saran dan kritik yang membangun dari orang lain yang membacanya. Secara pribadi juga ingin mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa berambut gondrong di kampus A UNJ yang saya jadikan objek pengamatan kali ini. Terakhir pesan saya dalam akhir tulisan : GONDRONG ITU BUKAN DOSA!

Sekian. Terima Kasih. Assalammuallaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.




[1] Penulis adalah mahasiswa semester 4. Salah satu anggota dari “Pria Pria Sans” yang bersama dengan 6 anggota lainnya akan lulus dari UNJ tepat pada waktunya. Penulis juga merupakan fans berat dari Nabi Muhammad, Soekarno, Sokrates, dll. Cita – citanya ingin menjadi Presiden di tahun 2049 dan semoga menjadi Presiden pertama yang memiliki rambut gondrong di masa jabatannya. Amiin. 

0 Komentar