Oleh: Aida Choirunnisa


Fenomena batu-batu cantik di Indonesia kini membuming kembali, entah siapa yang telah membuka kembali pintu ‘Tren Batu Cantik di Indonesia’ hingga kini masyarakat Indonesia terhipnotis dengan kehadiran dari batu-batu tersebut. Lihatlah di sekeliling kita, sudah dapat dipastikan minimal ada satu pedagang batu-batu cantik dengan beragam warna, jenis juga modelnya tentu harganya pun mengikuti keelokan dan tingkat kesulitan pengolahan batu tersebut.
Kehadiran batu tersebut bak gelombang air laut yang mengalami pasang surut, dahulu orang-orang yang memakai batu seperti batu Akik dinilai sebagai orang-orang yang memiliki keahlian supranatural, punya ilmu kebatinan dan sangat dekat dengan perdukunnan  namun kini penilaian masyarakat sudah lebih rasio, bahwa batu-batu cantik itu memiliki nilai estetis dan ekonomis bahkan historis yang selalu dikenang sepanjang hidupnya.
Dari beberapa referensi disebutkan, konon dahulu, batu Akik begitu populer dikarenakan dapat menyembuhkan beberapa penyakit, penolak setan atau jahat dan membuang kesialan atau pemiliknya akan selalu mendapat keberuntungan. Bahkan tokoh dari zaman filsuf populer seperti Plato, Herodutus, Theopharatus, serta Pliny, juga, dalam catatan dokumentatifnya, filsuf St. Hildegrade yang hidup pada era XII memberi panduan bagaimana caranya memakai batu Yacinth dengan kata lain Yakut, yang disini (Indonesia Pen) di kenal dengan sebutan Biduri Langit, juga sebagai penolak bala. Dijelakanlah bahwa batu Akik itu diputar-putarkan di atas sekerat roti. Ketika yang sama, mulut harus berkomat-kamit mengatakan mantra. Lalu, si pasien disuruh menggunakan roti yang sudah dimantrai, seketika pulihlah si pasien.
Begitu pula di dunia Barat bagian lainnya, seperti Kaisar Prancis yakni Napoleon I dan Napoleon III, konon mereka menggunakan batu Karnelian atau disebut juga Akik Kendit sebagai jimatnya. Menurut cerita Napoleon I berperang dengan mengenakkan cincin Karnelian dan dia selamat dari tombak dan tak mempan tertembak sedangkan cerita dari Napoleon III, dia terbunuh lantaran lupa mengenakkan cincinnya tersebut dalam Perang Zulu. Hingga keajaiban tersebut mengilhami tentara Hitler dimana hampir seluruh prajuritnya dilengkapi  dengan Akik Badar Besi yang merupakan batuan dari Mineral Hematit. Ternyata bukan hanya di Indonesia, bahkan di dunia Barat dimana orang-orangnya dikenal lebih memiliki rasio tinggi pun mengalami fenomena batu-batu sakti tersebut. Beberapa tahun sekitar 3-4 tahun lalu, di Indonesia salah satu fenomena yang pernah menggemparkan hingga kini pun masih terngiang di kepala masyarakat Indonesia yakni fenomena batu penyembuh penyakit milik mpok yang merupakan anak laki-laki yang ketika itu berusia sekitar 12 tahun. Menurut berita di media massa, dia mendapat batu tersebut karena tersambar petir di dekat rumahnya, lalu menemukan batu tersebut dan kini penduduk sekitar memeberi stereotip diriya Dukun Cilik karena batu yang ditemukannya dapat menyembuhkan beragam penyakit dengan cara menggenggam batu lalu mencelupkan ke dalam wadah berisi air dan air tersebut diminum oleh si pasien atau penduduk yang membutuhkannya. Itulah salah satunya fenomena batu yang sangat terkenal di Indonesia.
Setelah fenomena batu mpok Nari dirasa kurang rasio oleh beberapa pandangan masyarakat, kini tren batu itu muncul kembali di tahun 2015 yakni batu-batu itu memiliki nilai estetis seperti laki-laki mengenakannya untuk cincin dan kalung, mereka lebih cenderug menyukai proses pengkristalannya. Sedang perempuan menjadikan batu-batu cantik itu sebagai cincin, kalung dan bros dengan jenis Agate berwarna cenderung merah. Menurut perancang sekaligus seniman perhiasan Rosalyn Citta, warna-warna anomali dan cemerlang seperti hijau kebiru-biruan juga banyak digemari perempuan. "Ini karena mereka bisa memadukannya dengan kebaya," ujarnya. Selain itu para perempuan lebih menyukai bentuk oval dan kelopak bunga dapat memperjelas kilap dan warna dari batu yang dipakai.
Kini telah banyak jenis batu-batu khas Indonesia yang terkenal seperti Batu Bacan, Baturaja dikenal dengan Blue Calcedony yang berasal dari Desa Simpang empat, Talang Ogan, kabupaten Ogan Komering Ulu, lalu batu Akik dan bahkan beberapa telah terkenal dan melegenda. Menurut gemolog atau ahli penilai batu dari Indonesia Colour Gems Laboratory (ICGL), Shaheen Nazir, pembentukan batu akik di alam semesta terjadi melalui dua proses. Pertama disebut macro crystalline atau batu akik yang secara alamiah sudah langsung mengkristal tanpa melalui proses tambahan lagi. Misalnya, Amethyst, Smoky Quartz, dan Citrine. "Jadi, batu ini sudah berbentuk bening dan seperti sudah ter-cutting dari alam langsung tanpa perlu proses lain," ujar Shaheen di Jakarta Pusat.
Jenis batu macro crystalline ini biasanya digunakan sebagai hiasan lampu chandelier. Batu ini sudah bening terkadang tanpa perlu proses penggosokan. "Batu seperti ini hanya membutuhkan proses cutting. Biasanya berbentuk bongkahan kristal solid dan besar," ucap Shaheen. Kedua, adalah crypto crystalline, yaitu proses dengan pemotongan dan penghalusan. Jenis batu crypto crystalline inilah yang sedang digandrungi para pencinta batu di Indonesia. Beberapa jenis crypto crystalline adalah Chalcedony, Cornelian, Chrisoprace, Onyx, Agate, dan Jasper. Secara garis besar, batu-batu ini dikenal dengan nama akik.

1 Komentar

  1. Tren Batu Cantik Di Indonesia Membooming kembali
    Selamat datang di Bolavita Situs taruhan online
    adu ayam
    Daftarkan diri anda dan teman anda bersama BOLAVITA

    Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
    whatup : 08122222995
    BBM: D8C363CA

    BalasHapus