Curhatan Mantan Maba
Oleh: Siti Rabiatul A (Pend.Sejarah 2012)
Asing dan capek rasa itu yang menyerang ketika menginjakkan kaki di kampus tercinta ini. Jujur saja, untuk bisa mencapai cita-cita menjadi seorang guru dan berkuliah di universitas pendidikan ini, butuh perjuangan yang tidak sedikit. Perjuangan itu menguji fisik dan mental. Mulai dari daftar ulang yang menguras tenaga, karena rumah yang jaraknya lumayan jauh dari kampus. Atau orang-orang yang meremehkan cita-cita yang ingin dicapai. Selain perjuangan, untuk berubah dari siswa ke mahasiswa secara resmi juga tidak sebentar. Bahkan bisa memakan waktu sampai satu minggu.
Setelah itu sebutan kita yang tadinya berstatus siswa berubah menjadi mahasiswa baru atau MABA. Semua MABA, diwajibkan mengikuti Masa Pengenalan Akademik atau disebut MPA. Ada beberapa pengalaman yang saya alami selama tiga hari MPA. Harus berangkat pagi-pagi sekali ke kampus. Mungkin karena tidak terbiasa berangkat dari rumah sepagi itu, saya pernah tertidur di bus dan melewati halte tempat saya harusnya turun. Akhirnya malah terlambat ke kampus. Kita juga diharuskan memakai sepatu pantofel yang belum pernah saya pakai sebelumnya.
Saya benar-benar tidak tahu apa-apa mengenai dunia kampus waktu itu. Jadi, harus berani bertanya ke sana sini. Bertanya ke senior, ke petugas keamanan, ke staff, bahkan ke penjaga kantin. Ketika baru masuk kuliah pun kita harus berjuang ketika dihadapkan dengan tugas-tugas yang diberikan dosen. Meresensi buku, membuat makalah atau paper, dan diskusi. Untuk buku, dosen hanya memberi tahu judul dan pengarangnya saja, bahkan ada juga yang memberi tahu judulnya saja. Jadi kita sendiri yang harus mencarinya. Di kelas kita hanya berdiskusi, bukan dosen saja yang memberikan materi perkuliahan. Dalam mencari bahan-bahan sumber untuk membuat makalah dan paper pun, kita mencari sendiri ke perpustakaan atau mewawancarai langsung narasumber.
Metode balajar di kampus sangat berbeda dengan ketika saya masih siswa dulu. Di kampus kita harus aktif bertanya pada dosen atau senior dan berdiskusi dengan teman-teman. Selain itu, kita juga bisa berdiskusi sambil berorganisasi dengan teman-teman melalui organisasi-organisasi yang ada. Namun, memang ada juga mahasiswa yang menjadi Kupu-Kupu (Kuliah pulang-Kuliah pulang) dan enggan berkumpul untuk berdiskusi atau berorganisasi. Ada juga yang menjadi Kura-Kura (Kuliah rapat-Kuliah rapat). Kalau yang ini mungkin sudah overdosis dalam berorganisasi dan tidak bisa membagi waktu dengan baik untuk mengerjakan tugas perkuliahan.
Tapi menurut saya, perjuangan-perjuangan itu sama saja dengan pengalaman yang memberikan pelajaran dan menempa saya jadi orang yang lebih baik. Seperti kata pepatah, pengalaman adalah guru terbaik.
Mungkin setelah kalian membaca ini, kalian hanya akan berlalu dan melupakannya. Atau malah melamun, mengingat-ingat ketika menjadi MABA dulu. Tapi itu tidak menjadi masalah. Hidup ini penuh dengan pilihan, bukan?
Mantan MABA
0 Komentar