oleh Oky Pratama

Ribuan siswa sekolah menengah atas (SMA), dilanda rasa ketakutan, kecemasan, dan rasa khawatir dengan hasil dan nasib mereka, mereka mulai bertanya-tanya dalam diri mereka, apakah lulus atau tidak. Bagi kebanyakan siswa, syarat nilai minimum 5,50 untuk kelulusan, seakan menjadi “ lubang jarum “ yang sangat sulit untuk di capai. Banyak yang mempersoalkan tentang keberada UN, tapi sebaiknya kita berfikir arah dan tujuan dilaksanakan UN. Arah dan tujuan UN adalah meninigkatkan mutu pendidikan nasional.
Bulan lalu ada kabar gembira dari Pszczyn, Polandia¹. Disana siswa-siswa terbaik kita meraih prestasi yang sangat tinggi di bidang pendidikan, meraih prestasi dunia internasional, dan menciptakan atmosfer pendidikan yang lebih baik. Ini merupakan prestasi tertinggi dan sejarah di dunia pendidikan Indonesia.
Dengan prestasi internasional yang terus di capai oleh siswa-siswa kita selama ini. Sebenarnya menyadarkan kita, bahwa bukan hanya dengan olahraga saja Indonesia berhasil “ mencuri “ perhatian dunia, tapi lewat pendidikan Indonesia juga mampu menyapa dunia internasional.
Saat ini sudah ribuan siswa-siswa terbaik Indonesia yang belajar diluar negeri, mereka belajar langsung dari ilmuwan-ilmuwan terkemuka dunia. Kita harus kirim lebih banyak lagi siswa-siswa terbaik kita, biarkan mereka berkarya dan menjadi mahir di bidangnya. Mereka-mereka yang kembali ke tanah air dan membuat komunitas ilmuwan Indonesia. Setelah itu kita harus menyiapkan infrastruktur bagi mereka untuk terus berinovasi dengan menggunakan metode eksperimen.² Dengan begitu harapan kita untuk mendengar, melihat, dan merasa dihargai di dunia internasional akan terwujud. Tidak hanya itu Indonesia juga menjadi negara yang besar dan dapat ikut mempengaruhi dunia internasional.


¹ Surya, Yohanes, 2009.“ Icys dan riset ilmiah remaja”. Harian Seputar Indonesia.
² Ritzer, George. 1978. Sociology : A Mutiple Paradigm Sciene. Edisi direvisi. Boston : Allyn and Bacon.


0 Komentar