Hadiah Surga di Malam Natal

Oleh: RNA

 

Sumber: https://images.app.goo.gl/HBR2doGEy1VrDEaq8

 

 

Di tengah suasana lebaran, keluarga saling berkumpul di meja makan. Mereka sibuk dengan panganan khas lebaran. Opor ayam, gulai kambing, rendang ketupat, sambal goreng ketang, dsb.  Bagi seorang perantau seperti Rusdi beruntung bisa menyantap makanan nikmat di tengah-tengah keluarga jamal. Teman kelasnya di perguruan tinggi sekaligus anak kiyai besar. Kiyai besar yang sering disoraki oleh orang-orang penting karena kebijaksanaannya.

Kebersamaan semacam ini adalah hal yang sangat mewah, dan membuatnya seringkali mendadak dilanda rindu akan keluarga di kampung halaman. Perayaan hari raya belum tentu bisa Ia rasakan setahun sekali. Sebelum mengenal Jamal, hari raya selalu ia lewati dengan semangkuk indomie dan kerupuk. Tentu Ajakan untuk merayakan hari raya bersama keluarga teman jadi anugrah tersendiri yang tidak akan dilewatkan begitu saja.

Rusdi adalah orang yang menyenangkan, bicaranya keras namun hatinya lembut khas orang-orang timur. ia ceria dan cepat akrab dengan orang lain. Lebaran tahun lalu Ia bahkan nonton bola bersama yai sampai tengah malam. Kehadirannya di tengah suasana lebaran membawa warna tersendiri. Istri dan anak perempuan yai senang bertanya soal makanan khas lebaran bagi orang timur.

Ajakan untuk berlebaran bersama lebaran tahun ini bahkan datang langsung dari yai.

Suasana lebaran di rumah yai relatif sepi, mengingat rumah yai berada di ujung kampung dekat kebun jati. Dari kejauhan hanya terdengar hingar bingar ceramah dari salah satu pengeras suara entah dari majlis pengajian sebelah mana. Ceramah tentang surga dan neraka. Dalam khutbahnya ia mengatakan bahwa yang berhak masuk surga adalah orang Islam,  begitu meyakinkan karena dipaparkan lengkap dengan Qur'an dan hadist yang ia ketahui.

Rusdi mendekati yai yang tengah duduk di depan TV, takut takut ia bertanya

"Yai, kira-kira yang berhak atas surga itu siapa? Apakah orang orang non muslim juga masuk surga?"

Yai terdiam mencerna pertanyaan dari rusdi

"Saya tidak tau" Kata pak yai sambil terkekeh

"Nunsewu yai,”  Katanya dengan meniru cara bicara jawa  “maksud saya masing-masing agama mengklaim hanya penganutNya lah yang berhak atas surga. Bila seorang Kristiani yang taat dan muslim yang taat menikah lalu memiliki anak dan seandainya anaknya masuk surga, surga mana yang akan dimasuki Sang anak?"

 Wajahnya tampak begitu gusar.

"Waduh, masih pagi pertanyaanmu buat saya merasa kenyang seketika" Kata yai lagi-lagi terkekeh.

Ia ikut tertawa memperhatikan yai yang justru nambah opor ayam dan ketupat ke dalam piringnya

"Saya bukan pemegang kunci surga jadi tidak tau umat mana saja yang masuk surga."

Wajah yai begitu menyejukkan, caranya terkekeh selalu membuat orang lain ikut tertawa. 

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Ah, begini yai. Beberapa bulan belakangan  saya sudah menabung dan berencana untuk pulang kampung. Saya ingin memberikan bapak hadiah terbaik di malam Natal nanti. Kira-kira yai sebagai muslim, bolehkah Saya meminta Allah menghadiahkan surga untuk bapak, walaupun Ia seorang Kristiani?"

Yai tersenyum menyimak dengan baik pertanyaan rusdi.

 "Setauku nak, rahmat Allah terbentang begitu luas. tak terbatas dan menyentuh setiap mahlukNya. Setiap orang memiliki hak atas surga atau neraka, yang saya yakini Tuhan Welas asih, Dia bahkan bisa memasukkan mahluknya ke surga hanya dengan setitik perbuatan baik"

Rusdi terdiam wajahnya menunduk menahan sesuatu, entah itu apa.

"Yai boleh saya nambah?"

Yai terkekeh menyilakan "tambah yang banyak"

Sementara itu hujan turun begitu deras dan suara dari pengkhotbah tak lagi terdengar.

 

 

Selamat Natal bagi teman-teman. Bagimu Agamamu, Bagiku Kau Saudaraku.

 

0 Komentar