Hasil gambar untuk media dan politik
Sumber: Kompasiana.com

Oleh: Izmi Azzahra

Proses pemilihan calon presiden yang ada didepan mata kerap membuat panas panggung politik yang ada di Indonesia, tak kerap membuat para calon pemilih berat untuk menimbang siapa yang akan mereka pilih pada pemilihan presiden kali ini, berita panas yang mampu disiarkan oleh televisi televisi nasional membuat adanya persaingan sengit yang terlahir dari panas nya isu yang seperti dibuat hanya untuk mengisi kolom berita televisi nasional dengan adanya isi siapa pemimpin yang lebih baik sesuai dengan kepentingan politik dari stasiun yang menyiarkan berita berita tersebut. Tetapi apakah ada kepentingan berita berita dan media media televisi visual maupun nonvisual terhadap politik yang ada di negeri ini?
Sesuai dengan sejarahnya stasiun televisi di indonesia di ciptakan dalam rangka membangun citra baik dan untuk mewujudkan ambisi dari masa pemerintahan orde lama . Pembangunan stasiun televisi TVRI dirasa mampu memberikan keuntungan politik bagi pemerintah dalam masa kampanye pemilihan umum pada 1955 . Televisi ini pula saat itu yang menjadi alat pemersatu dan pembangunan jiwa nasionalis bangsa indonesia dikarenakan pada saat itu perhelatan acara asian games bisa disiarkan di televisi tersebut dan disinyalir dapat menumbuhkan rasa nasionalis dan akan dapat menjadi bibit bibit mengumpulkan massa pendukung yang banyak bagi indonesia dalam acara tersebut. Pada juli 1076 satelit pertama pemersatu komunikasi bangsa indonesia yakni satelit palapa diluncurkan nama ini sesuai dengan nama yang diambil dari sumpah palapa yang berisi sumpah untuk mempersatukan wilayah nusantara menjadi satu .
Kepentingan politik nya dalam sejarah televisi yakni saat sistem penyiaran TVRI dikelola dengan birokrasi pemerintah. Pemimpin-pemimpin dari TVRI dipilih dan ditempatkan di bawah menteri penerangan yang artinya konten-konten dalam berita atau acara televisi tersebut haruslah pro pada pemerintah. Lalu terdapat pula banyak prosedur prosedur yang sifatnya teknis maupun nonteknis serta apa yang boleh dan tidak boleh di tayangkan dalam acara tersebut serta daftar nama nama orang yang dilarang muncul ditelevisi, televisi dijadikan alat propaganda pemerintah dalam memberitakan hal hal baik dari rezim saat itu. Ini sesuai dengan pandangan dari herman dan chomsky (1989) bahwa fungsi ideologi media, khusunya televisi yakni sebagai alat merekayasa kesepakatan tatanan sosial-politik. Istilah lain dari althausser (1971) juga menyebutkan bahwa televisi adalah bagian dari ideologi aparatur negara dan berfungsi untuk memelihara hegemoni kekuasaan (Tuchman, 1974).
Selain kepentingan pemerintah saat itu, yang malah terjadi saat ini ialah kepentingan dari pemilik modal turut berperan dalam pembuatan konten-konten acara dan berita yang ada dalam beberapa stasiun televisi di indonesia, tidak usah disebutkan stasiun televisi mana dan siapa pemegang saham yang memasukkan kepentingan kepentingannya dalam konten acara atau berita didalamnya, saya kira penonton dan pembaca sudah tahu apa dan siapa yang sangat terlihat memakai media televisi sebagai alat mereka dalam mencapai tujuannya. Bukan hanya pemilik modal yang mendukung beberapa partai politik atau calon pemimpin bahkan sang pemilik modal ternyata ialah pemimpin dari partai politik tersebut, jelas sekali hal ini membuat media televisi dan panggung politik sangat berkaitan erat sehingga dapat dimasukkan propaganda-propaganda  tersebut sesuai dengan kepentingan dari pemilik modal yang mampu memasukkan propaganda politik sesuai dengan kepentingan partai politik yang ia pimpin.
Selain itu, Seperti yang saya katakan pada awal paragraf bahwa berita televisi yang ada pada saat ini tidak menyiarkan berita yang faktual dan objektif, malah berita saat ini sangat membuat panggung politik makin panas. Berita berita yang disiarkan banyak berisikan konten-konten konflik dan polemik sosial-politik yang seperti telah dibuat untuk merayakan pesta politik dan bertepatan dengan akan diselenggarakannya pemilihan umum Presiden dan wakil presiden yang ada di Indonesia, seakan akan konflik dari dua calon Presiden ini sudah menjadi tontonan yang wajib dan mampu menjadi hiburan bagi rakyat . Ini sesuai dengan apa yang dikatakan bantz (1985) bahwa salah satu pendorong terjadinya suasana kontestasi yang tinggi di newsroom ialah fakta bahwa konten berita selalu menganggap penting konflik. Sesuatu yang berhubungan dengan apa yang dilakukan calon calon presiden akan menjadi sesuatu konflik yang menjadi cikal bakal persaingan sengit antara dua calon tersebut yang seperti kita tahu bahwa apa yang diberitakan selalu bagaimana persaingan antar calon presiden yang tidak pernah kita ketahui apakan mereka benar benar mengisyaratkan kerivalan yang sesuai dengan apa yang digambarkan oleh newsroom tersebut atau tidak. Media dalam panggung politik seperti selalu melebih lebihkan apa yang ada pada sosial-politik si indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Kitley, phillip. 2000. Konstruksi budaya bangsa di layar kaca. Jakarta: ISAI
Ishadi SK. 2014. Media dan Kekuasaan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
McQuail, Denis. 2001. Mass Communication Theory. London: Sage Publication

0 Komentar