Event
Mempertahankan Kampung Akuarium dengan Polemik di Dalamnya
Pendahuluan
Daerah khusus ibukota Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia. DKI Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang
memiliki status setingkat provinsi. Sebagai daerah ibukota negara,
DKI Jakarta berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Selain itu, juga
merupakan pusat kegiatan ekonomi yang terus berkembang dan membutuhkan tenaga
kerja. Dengan keadaan tersebut tidak heran mendorong tenaga kerja di daerah
melakukan migrasi ke Jakarta demi mencari lapangan kerja. Jumlah migrasi yang
begitu banyak berakibat pada meningkatnya jumlah penduduk.
Selain itu,
meningkat pula permintaan
akan lahan di Jakarta. Disamping telah adanya rumah tinggal vertikal dan rumah susun lainnya
untuk mengurangi penggunaan lahan berlebih. Namun, ternyata hal itu dirasa kurang. Maka dari itu
perkembangan kawasan Jakarta tidak hanya tertumpu pada kawasan daratan saja,
melainkan kawasan pantai Jakarta juga akan terus berkembang mengikuti
perkembangan kota. Hal tersebut berdampak pada wilayah Kampung Akuarium.
Kampung Akuarium merupakan wilayah di Jakarta yang terletak di
tepian laut pulau Jakarta.
Dengan lokasi yang dekat
dengan laut sangat cocok dimanfaatkan untuk mata pencaharian yang berhubungan
dengan laut seperti nelayan, penjual ikan asin, dan lain sebagainya. Kampung Akuarium dulu merupakan tempat pemukiman penduduk yang
cukup padat, yang di dalamnya dibangun pula rumah permanen. Namun saat ini Kampung
Akuarium telah menjadi pemukiman yang lebih sepi karena penggusuran paksa tahun 2016. Hal tersebut menyebabkan beberapa penduduk diharuskan
pindah.
Penggusuran tersebut menyebabkan berbagai masalah.
Warga Kampung Akuarium yang tidak terima kampungnya digusur mereka
mengajukan gugatan perwakilan kelompok di pengadilan negeri Jakarta pusat
dengan membawa bukti pendukung dari warga. Selain itu, pada saat
penggusuran selesai warga kampung akuarium ada sebagian yang dipindahkan di
rusun namun juga ada yang masih bertahan disana. Dengan berbekal tenda dan peralatan seadanya mereka
tetap bertahan disana demi memperjuangkan kampungnya tersebut.
Dalam memperjuangkan kampungnya tidak lepas juga keterlibatan aktif pemuda.
Peran pemuda menjadi faktor penting dalam mempertahankan kampung akuarium.
Secara umum pemuda
memang memiliki peran yang besar bagi perubahan sosial dilingkungannya. Dengan
berbekal
sikap kritis dan semangatnya
mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi serta menyadarkan
warga untuk melakukan sebuah gerakan perubahan sosial.
Selain itu,
pemuda juga dapat
memperjuangkan aspirasi masyarakat dari ketidaksesuaian kebijakan pemerintah,
karena sering kali kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
msayarakat. Hal
itulah yang dilakukan pemuda di Kampung Akuarium.
Berdasarkan beberapa asumsi diatas,
studi ini menjelaskan
bagaimana peran pemuda Kampung Akuarium dalam mempertahankan kampung mereka. Pemuda di
Kampung Akuarium tersebut
secara sungguh-sungguh menginginkan keadilan bagi warga yang tinggal
di sana.
Peran mereka dalam mempertahankan Kampung Akuarium
memiliki beragam bentuk dan cara tersendiri yang mampu membangkitkan
kembali semangat warga untuk bersama mempertahankan keberadaan Kampung Akuarium tersebut.
Mengenai
peran tersebut , dibentuklah sebuah organisasi pemuda yang bernama Pejuang Puing.
Organisasi tersebut didirikan atas dasar kemauan setiap pemuda kampung akuarium
yang ingin sama sama memperjuangkan kampungnya.
Didalamnya juga dibantu oleh pihak pihak dari luar seperti misalnya LBH
dan LSM yang akan membantu mereka dalam hal edukasi mengenai hukum dan tata
kota.
Dalam
penelitian ini kita mengetahui adanya kesulitan dalam berkomunikasi dan
menjalin hubungan antar pemuda kampung akuarium, karena banyak pemuda yang
memutuskan untuk menempati rusun yang sudah disediakan untuk menjadi tempat
penyinggahan mereka. Namun, dalam kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan
bahwa setiap pemuda Kampung Akuarium baik yang tetap tinggal di shelter Kampung Akuarium maupun yang
sudah pindah ke rusun, mereka mempunyai satu tekad untuk mempertahankan kampung
mereka. Walaupun dapat dikatakan mereka sudah terpisah oleh jarak, mereka masih
kompak dalam hal seperti aksi-aksi menuntun keadilan ke balai kota, kantor
kecamatan, DPR, dan lain lain agar
mereka bisa mendapatkan penjelasan mengenai penggusuran dan
persengketaan lahan tersebut.
Penelitian
ini juga dapat dimaknai dengan teori sosiologi dari Ferdinand Tonnies mengenai
dua tipe masyarakat, yaitu gemeinschaft dan gesellschaft. Dalam
hal ini jelas bahwa kondisi yang terjadi pada kepemudaan dan warga kampung
akuarium masuk dalam tipe masyarakat gemeinschaft atau paguyuban dimana
setiap anggota anggota masyarakatnya memiliki ikatan batin yang murni,
keinginan untuk meningkatkan kebersamaan, bersifat alamiah, dan kekal. Kondisi
yang melatarbelakangi akan kebersamaan untuk bersatu dan menuntut akan keadilan
guna mengembalikan tempat tinggal mereka dan pernyataan bersama bahwa kampung
akuarium masih ada dan kami masih disini.
Studi
ini akan menghadirkan beberapa pernyataan mengenai pernyataan sikap tentang
warga asli kampung akuarium dan pemuda disana dalam mempertahankan keutuhan Kampung
Akuarium. Kemudian pembahasan dilanjutkan mengenai kehidupan pasca penggusuran
menggunakan teori sosiologi dalam menyelami kondisi sosial budaya di kampung
akuarium tersebut. Dan yang utama adalah peran kepemudaan pre dan pasca
penggusuran yang dapat membangkitkan semangat warga Kampung Akuarium dalam
upayanya berjuang demi keutuhan wilayah.
Temuan
dan Pembahasan
Pernyataan
Sikap Sebagai Bentuk Perlawanan Warga
Penggusuran yang terjadi di wilayah kampung
akuarium merupakan salah satu penggusuran yang dilakukan pemprov DKI Jakarta
dari beberapa penggusuran laiinya di tahun 2016 silam. Dalam menjalankan
penggusuran tersebut warga kampung akuarium sangat merasa dirugikan dan dinilai
warga sebagai bentuk ketidakadilan. Mekanisme penggusuran yang dilakukan
pemprov dinilai warga sangat cepat dan tidak
ada bentuk sosialiasi mengenai penggusuran. Hal tersebutlah yang menjadikan
warga sangat marah, dan sempat melakukan aksi ke kecamatan untuk menolak
penggusuran. Seperti penuturan dibawah ini :
“Waktu sebelum penggusuran ada aksi
ke kecamatan, bahwa kita melawan intinya menolak dari penggusuran,
pemberitahuannya hanya 11 hari waktunya dan mendadak. SP 1,2,3 cepat sekali.
Sosialisasi tidak ada, pergerakan mereka cepat sekali. Penggusuran paksa benar2
parah. SP1 7 hari waktunya , SP2 3 hari, SP3 1 hari. Harusnya dibongkar Sabtu,
tp karena sabtu libur digusurnya Senin 11 April” (Topas Juanda, Kampung Akuarium,
Rt kampong Akuarium, pada minggu,13 mei
2018, pukul 16:35)
Seperti
penuturan diatas bahwa Surat peringatan yang diberikan pemprov sangatlah cepat,
bahkan tidak ada sosialisasi sama sekali. Hal inilah yang membuat warga menjadi
marah dan melakukan aksi di kecamatan. Namun apa daya mereka hanya dihiraukan
saja disana. Dan penggusuran pun tidak dapat dielakan. Meskipun banyak
penolakan, namun tetap saja para petugas lebih mendominasi jumlah dan lebih
lengkap persenjataannya. Tentu saja warga Kampong Akuarium tersebut pasrah dan
telah kehilangan harapan. Terlebih lagi surat pemberitahuan yang mereka
dapatkan tidaklah jelas dan hanya menyuruh mereka tinggal dirusun bahkan hanya
orang pendatang saja yang pindah ke rusun. Seperti penuturan dibawah ini :
“Pemberitahuannya mengosongkan rumah
dan direlokasi ke rusun di Marunda dan Cakung. Hanya sebagian pendatang dan
bukan pemilik rumah (kontrak) yang pindah ke rusun, karena merasa nyaman dan
murah di rusun” (Pak Rt Kampong Akuarium, Kampung Akuarium, pada minggu,13 mei 2018, pukul 16:45)
Dari
penuturan diatas bahwa ternyata warga yang merupakan pemilik asli rumah Kampung
Akuarium justru menetap disana. Dan warga pendatang atau urban pindah kerusun
karena beralasan harganya lebih murah dibandingkan kontrak disana. Harga yang
berhasil diketahui yakni sekitar 500-700ribu sudah termasuk listrik dan air,
ada 2 kamar, kamar mandi dalam, dapur. Selain itu pada saat hangat hangatnya
penggusuran ktp dari setiap warga Kampung Akuarium dibekukan, dengan alasan
yang tidak jelas dan membingungkan. Seperti penuturan dibawah ini :
“Jadi administrasi tentang KK di
non-aktifkan sampai berdampak ke pendidikan. Kalau sekarang daftar online sudah
bisa karena sekarang sudah ada RT tapi sebelumnya pada tahun 2016 tidak bisa,
saya sendiri ke dinas pendidikan dan mengadukan ke LBH. Pendidikan tidak ada
hubungannya dengan penggusuran, Kematian tidak ada hubungannya dengan
penggusuran. Tolong disurus suratnya. Disitu keterangannya RT di non-aktifkan
(dilayarnya). Jadi seakan-akan kita tidak punya identitas. Sedangkan hak untuk
beridentitas ada, hak untuk mempunyai tempat tinggal ada. Hak pilih pun sampai
hilang.” (Pak Topas Juanda, Kampung akuarium, Rt kampong Akuarium, pada minggu,13 mei 2018, pukul 16:49)
Dari
penuturan diatas jelas bahwa sikap warga memang secara sungguh-sungguh menolak
pengggusuran yang telah membuat warga resah dan kehilangan harapan untuk hidup.
Motivasi mereka dalam memperjuangkan kampung akuarium adalah dengan kesadaran
bersama dan berpasrah kepada Tuhan.
Sudah barang tentu dengan semangat yang mereka jalani telah membuka mata para
warga lainnya untuk membela warga Kampung Akuarium.
Kehidupan Pasca Penggusuran
Penggusuran
yang begitu cepat membuat sebagian warga merasa mereka dilanda rasa
ketidakadilan. Oleh karenanya mereka ingin mempertahankan kampungnya dengan
berbagai cara yang mereka bisa lakukan, baik itu dengan menetap di puing puing
bangunan sisa yang telah hancur ataupun dengan membuat tenda untuk sekedar
tidur di Kampung Akuarium, karena sebagian masyarakat memang bekerja di sekitaran
sana. Yang sesuai dengan penuturan terdapat dibawah ini ;
“Waktu awal penggusuran masih
disini, tetap disini karena memang ada sebagian dari saya atau teman-teman yang
lain kebetulan kerja disini gitu, jadi ya tetep bertahan disini karena memang
ada kerjaan dan mata pencahariannya disini” (Pak Topas Juanda, Kampung
akuarium, Rt kampong Akuarium, pada
minggu,13 mei 2018, pukul 16:55)
Dari
pernyataan diatas terlihat jelas bahwa ada sebuah penolakan keras tentang
penggusuran disana yang dinilai tidak memberika keadilan bagi warga. Karena
seperti yang kita ketahui bahwa dari lokasi kampung akuarium dan rusun sangatlah jauh, hal itu juga dapat
memperbesar pengeluaran warga disana. Selain itu juga setelah beberapa bulan
penggusuran pemprov membangun shelter disana dan memilih salah satu antara
rusun dan shelter. Sesuai degan penuturan di bawah ini :
“Ada sebagian dari mereka yang
memiliki rusun dan gubuk disini. Mereka punya rusun dan bedeng. Jadi mereka
diberikan pilihan mau dirusun atau shelter, subsidi hanya 1. Jika ingin di
shelter tinggalkan rusunnya, dan kalo mau dirusun tinggalkan shelternya” (Pak
Topas Juanda, Kampung akuarium, Rt kampong Akuarium, pada minggu,13 mei 2018, pukul 17:00)
Jika
kita melihatnya dari apek sosiologis memang hal ini akan membentuk suatu
kelompok sosial baru yakni kelompok yang tinggal disheter dan yang tinggal di
rusun. Hal ini tentunya akan menimbulkan agaknya mirip seperti rasa ambiguitas.
Bisa terlihat dengan jelas dimana opsi yang ditawarkan banyak memincul polemik
bagi setiap pilihan itu. Belum lagi terdapat demarkasi bila memang warga
sendiri menginginkan di satu pihak pindah ke rusun dan di pihak lain tetap di
Kampung Akuarium.
Kesimpulan dan Saran
Dari
beberapa paparan yang diberitahu oleh narasumber bahwa terdapat banyak hal yang
bisa dibilang tidak adil seperti SP 1, 2, dan 3 yang berlangsung tanpa adanya
cara lebih manusiawi dan pemberhentian status di administrasi yang bahkan
berdampak secara jelas di bidang pendidikan (semisal identitas). Walau pemuda
sudah berusaha melakukan banyak pendekatan agar mengurangi dampak yang sulit
diterima oleh warga,
Dan
setelah pasca penggusuran juga mereka
mendapatkan komposisi pembentukan warga baru dimana secara regional mulai
terpecah antara yang lebih memilih di rusun ddan yang lebih memilih di tempat
tinggal pertama, yaitu Kampung Akuarium itu sendiri.
Untuk
saran lebih kepada kontrol agar Kampung Akuarium menjadi lebih baik kedepannya.
Kontrol disini lebih menekankan seperti pengecekan rutin semisal fasilitas atau
keadaan shelter apabila tidak terawat lagi, maka bisa diperbaiki dengan bantuan
pemerintah setempat tentunya.
0 Komentar