Belanda Masih Jauh, Bung!
Belanda Masih Jauh,
Bung!
Ditengah
gegap gempita menuju kemerderkaan. Masih begitu banyak pekerjaan rumah. Baik
bagi anak sekolah, pegawai kantoran, bahkan pemerintah. Sama - sama memiliki
tugas tapi beda konteksnya. Intinya kemerdekaan ini masih bisa dirayakan. Kita
masih bisa merdeka untuk ke -72 kalinya.
Batang
bambu dihias merah putih diujungnya diikat bendera, merah putih juga.
Nasionalis sekali negeri ini. Menjelang hari itu semua bersuka ria. Mengibarkan
bendera, menyanyi lagu – lagu merdeka.
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama
hayat masih di kandung badan
Semangat
kemerdekaan menjalari setiap aliran darah. Tak perlu lagi takut akan kompeni.
Kita sudah merdeka, Bung! Belanda beribu – ribu kilometer jauhnya. Jepang dipisahkan
oleh jutaan kubik air laut masih lama sampainya. Portugis dan Spanyol rasa –
rasanya tak lagi tertarik dengan Indonesia. Bahkan Inggris yang rela menukar
Pulau Rum yang kaya akan pala dengan Pulau Manhattan yang sekarang jadi simbol
perekonomian dunia. Mungkin dukun – dukun Inggris sudah sejak dulu meramalkan
bahwa Indonesia tak lagi menguntungkan.
Perhelatan
yang diadakan 1 tahun sekali ini memang disambut gembira hampir hampir semua
pihak. Sekali lagi kita mengingat akan jasa pahlawan kemerdekaan. Slogan zaman
45 dulu kembali menguap menjadi anyar lagi setelah lama hanya jadi bacaan
sejarah. JASMERAH kata Presiden pertama kita. Sekali lagi kita belajar sejarah
kita. Kemerdekaan.
Panitia
karang taruna sibuk menyiapkan lomba. Pasukan PASKIBRAKA begadang latihan
pengibaran bendera. Pak Presiden tak mau kalah ia sibuk membagikan sepeda. 72
tahun sudah negeri ini merdeka. Meski
belum sempurna setidaknya negeri ini belum hancur sepenuhnya. Patut disyukuri
karena bahkan kita selamat dari ramalan perpecahan. Negeri ini bukan negeri di
ujung tanduk, yang selangkah lagi menuju kehancuran. Karena patut berbangga
kita sedang memasuki generasi “emas”, masa dimana angkatan muda-nya
mendominasi.
Meski
sadar bahwa penjajah sudah pulang kembali ke asalnya. Tak apa karena mereka pun
tak mungkin tiba – tiba datang kembali membawa sekompi pasukan menganeksasi
wilayah ini seperti sedia kala. Setidaknya kita masih bisa bertahan dari
serangan invasi mereka barang 3 bulan sesuai dengan kemampuan bahan bakar. Atau
kita bisa pura – pura menyerah lagi dan kembali bergerilya dengan bambu runcing
sebagai senjata. Hanya kali ini tidak di hutan. Karena hutan sudah ditebang,
entah akan dimana kita bergerilya. Di tengah gang pun bisa. Di pinggir jalan
pun jadi. Yang penting : MERDEKA!
Namun,
kita belum sadar. Bahwa kita masih dijajah. Oleh siapa? Kolonialisme belanda
kah? Bukan. Jepang kah? Bukan. Amerika kah? Lalu siapa?
“Kita
dijajah oleh kebutaan kita sendiri”. Jawab diri dalam hati.
Sekarang
bukan zaman lagi menjajah melalui wilayah. Gaya konservatif itu sudah lama
ditinggalkan. Neo – kolonialisme bangkit dengan gaya baru menggantikan yang
lama. Menjajah melalui ekonomi, ideologi, politik, dan budaya. Era satu
per”adab”an muncul mengatur dunia. Tidak perlu One Government, One World karena dengan sendirinya kita menuju
sebuah kesamaan melalui aktivitas budaya. Perbedaan warna kulit, agama, akan
dianggap hal biasa. Namun, konflik masih belum selesai. Tinggal tergantung
bagaimana provokasi bisa mengelabui.
Hari
ini Belanda-nya memang jauh. Tapi, penjajahan mereka sudah mulai masuk. Lewat
mana? Lewat ekonomi dan budaya. Dari setiap aktivitas kita di pagi dan malam
hari. Kita gosok gigi dengan produk Belanda, kita diterangi lampu hebat buatan
perusahaan Belanda. Anti – Kapitalis? Bukan. Saya hanya mencoba merefleksikan
penjajahan neo – kolonialisme ini.
Jepang
pun juga tak beda jauh jaraknya. Tapi, sekarang kita memuja akan kehebatan
mereka. Mulai dari membuat kendaraan bermotor, sampai komik dan lagu ciptaan
mereka. Budaya mereka kita puja lebih tinggi dari budaya bangsa. Anti –
Modernisasi? Bukan. Saya hanya secara tidak sengaja tahu bahwa budaya kita
terancam punah karena dilupakan.
Belum
lagi habis dijajah produk Belanda dan Jepang lagi – lagi negara lain masuk.
Hampir sama seperti dulu ketika INCA aliansi negara Sekutu masuk lagi ke
Indonesia. Membawa Belanda menjajah negeri ini kembali. Sekarang mereka
mendirikan gerai – gerai makanan di setiap sudut kota. Labelnya sudah mendunia,
modalnya luar biasa. Maka terseok – seoklah warteg di dalam gang sempit. Suara
mahalnya sembako tidak terdengar dari dapur yang tidak mengepul. Investasi
asing lebih penting dari kesejahteraan.
Negeri
ini merdeka. Tapi, lebih dari 75% wilayahnya tidak lagi dimiliki masyarakat
biasa. Sudah menjadi milik korporat yang dilindungi oleh bantuan aparat.
Masyarakat kecil kesusahan memiliki rumah, mereka harus berhutang selama 20
tahun. Atau lahir, besar, dan mati di kontrakan sempit. Pilihan yang susah
memang.
72
tahun merdeka. Bhinneka Tunggal Ika. Garuda Pancasila. Merah Putih. Indonesia.
Selamat
Merdeka! Bagi negara, Terima kasih atas segalanya. Baik yang buruk atau yang
lumayan buruknya.
Jakarta,
12 Agustus 2017
0 Komentar