Jenis tulisan : Esai
Oleh : Shabrina Mawarfina


Satu hal yang tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita hidup di era digital, dimana kita (para generasi millennials) menjadi bagian dari digital native atau biasa disebut dengan penduduk dunia digital. Digital native merupakan generasi yang sejak kecil sudah terbiasa dengan kecanggihan teknologi digital. Di era masyarakat digital, karakter orang-orang tersebut memungkinkan ingin mencari suatu informasi secara cepat dan instan, oleh karena itu sebagian besar dari mereka memanfaatkan mesin pencari (search engine) untuk mencari suatu informasi. Mencari rekomendasi tempat restaurant ataupun warung pinggiran jalan terdekat dengan lokasinya, pemesanan e-tiket secara online hingga berita terkini tentang aksi/kegiatan masyarakat yang dapat ditemukan secara cepat dan ter-up to date dalam perdetiknya.

Lalu, apakah kamu pernah menuliskan nama dirimu sendiri atau orang terdekat kamu di situs mesin pencarian atau yang sering kita sebut dengan "Web search engine"? Jika kalian belum pernah mencobanya, mulai saat ini silahkan ketik nama kalian dan biarkan mesin pencari menemukan identitas tentang dirimu. Saat kamu menekan tombol enter dalam mesin pencari, yang mungkin pertama kali kamu lihat adalah profile dari sosial media yang kamu punya, mungkin facebook, twitter, blog, linkedin, dan lainnya. Dalam mesin pencari, kamu juga akan menemukan kenangan-kenangan lama yang mungkin sudah di hapus sebelumnya dalam akun "Social media" yang kamu punya, namun masih tersimpan dalam mesin pencari. Jika itu foto terburuk dirimu, mungkin kau merasa jijik hingga tak kuasa untuk melihat gambar tersebut, ingin menghapusnya namun apa daya kenangan-kenangan tersebut masih tersimpan dalam mesin pencarian (Search Engine). Hal ini membuktikan bahwa jejak digital anda direkam di dunia maya.

Kemudian, bagaimana jika hasil googling nama kamu tadi, dibaca dan dilihat oleh orang yang ingin mengetahui tentang dirimu? Dan bagaimana jika yang melakukan pencarian (googling) tadi merupakan orang yang sedang membutuhkan staff dengan skill seperti yang kamu miliki? Kesan apa yang ia dapatkan saat melihat profile dirimu? Apakah ia cukup puas dengan hasil temuannya tentang skill yang kamu miliki? jika iya, Selamat! kamu dikatakan telah mencapai personal branding kamu di sosial media.

Yang menjadi pertanyaan dalam postingan ini adalah "Apakah penting membangun Personal Branding melalui Media Digital?" jawabannya adalah "Ya, sangat penting!". Dewasa ini Personal branding sangat penting untuk membentuk hal-hal yang positif untuk dilihat oleh kebanyakan orang, Personal Branding dapat memberikan nilai tambah dan menjadi pembeda diri kita dengan orang lain. Menurut data dari Kementrian Komunikasi dan Informasi, dari 88,1 juta pengguna internet, 87%nya aktif di sosial media. Namun kebanyakan dari mereka sayangnya belum memanfaatkan sosial media sebagai media untuk membangun personal branding.

Kebanyakan dari millennials, sosial media menurut mereka hanyalah sekedar tempat untuk ekspresi diri dan meng-capture kemudian menaruh/menyimpan momen-momen terpenting dalam kehidupan mereka. Sebagian dari mereka pun sebenarnya telah mengetahui definisi dari personal branding itu sendiri, namun mereka enggan atau pun bingung untuk mengaplikasikannya dalam sosial media mereka. Beda halnya dengan masyarakat awam pada umumnya, sebagian mereka tidak mengetahui definisi dari personal branding itu sendiri. Menurut penelitian yang saya lakukan dengan teman-teman dari Room Digital Media di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, hasil survei menunjukkan sebagian masyarkat tidak mengetahui apa itu personal branding, namun mereka mengerti ketika dijelaskan dengan contoh-contoh yang kongkrit, seperti Personal branding pada kasus Youtubers atau IGers yang sedang naik daun.

Masyarakat pun mengatakan bahwa penggunaan social media bagi mereka hanya sebatas pengisi kekosongan (leisure time) saja. Mereka juga menilai bahwa "Social Media" masih mempunyai "Bad impact" yang lebih besar ketimbang "Good Impact"nya. Penilaian masyarakat tersebut didasarkan karena mereka melihat langsung konten video yang dimiliki Youtubers akhir-akhir ini yang terlibat dalam kasus pelanggaran regulasi Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transkaksi elektronik (UU ITE) dan Undang-undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Millenials pun sangat amat cepat dalam mersepon  atau menanggapi konten yang mereka anggap buruk ketimbang konten yang mempunyai unsur yang positif. Oleh karena itu konten yang berisikan keburukan seperti contoh kasus pada saat ini lebih tinggi ratingnya dibandingkan konten yang memiliki unsur unsur yang positif. Inilah merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi kita untuk mengahadapi kasus di atas. Lalu, Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi ini dengan menyajikan konten yang positif namun memiliki kualitas dan rating yang tinggi? yaitu  dengan cara menonjolkan passion dan keunikan dalam diri kita, menentukan tujuan (tujuan seseorang dalam mem-branding dirinya di social media), Menargetkan audiens sebagai konsumen media kita, dan yang terakhir menjalankan secara kontinu dan berkelanjutan.

Keuntungan dari personal branding melalui Social Media
Ketika seseorang membangun personal branding di sosial media maka kredibilitas dirinya terbangun dengan sendirinya. Ketika seseorang bisa dikenal melalui sosial media, berarti seseorang tersebut mempunyai kemampuan yang menjual, seseorang itu mempunyai value yang dapat berguna bagi orang lain, dan tentunya hal ini akan menarik tawaran pekerjaan/karir, bussiness dan kesempatan apapun yang tentunya orang itu impikan. Selain itu keuntungan lainnya adalah mendapatkan bigger income. Seseorang apabila terkenal disocial media karena personal brandingnya, Orang lain akan mem-brandingnya lebih mahal. Hal itu terjadi karena ia memiliki present, followers, hingga value yang orang lain tidak miliki seperti sharing tentang sesuatu yang berguna untuk khalayak umum dan tentunya tujuan dirinya tercapai. Ketika ia mempunyai visi sebagai inovator/konseptor semua akan bisa tercapai dengan personal branding. Tentunya social media adalah media seseorang untuk menunjukkan keahlian dan keunikan yang seseorang miliki juga sebagai pembeda diri terhadap orang lain. Keuntungan dari personal branding melalui media digital bukan hanya dirasakan oleh individu semata. Kini Brand produk ataupun jasa sudah memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital terutama di Social Media. Tentunya tujuannya untuk menciptakan brand awareness kepada target konsumennya. Kemudian hasil dari akhirnya adalah mendapatkan penjualan yang lebih tinggi dari pesaingnya. Hal ini bisa terjadi, karena kita semakin erat dengan social media. Untuk itulah, mengapa keberadaan kita secara online saat ini menjadi sebuah keharusan. Jika kita ingin mendapatkan kesempatan untuk bisa dikenal lebih banyak dengan orang lain, caranya adalah dengan membangun personal branding di dunia maya (Digital Media).

Setiap orang, siapapun mereka, pastinya memiliki brand, setiap dari kita mewakili "Institusi/Perusahaan Pribadi" yaitu diri kita sendiri. Diri kita dalah sebuah brand yang dapat dibentuk sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.

Personal Branding tidak lagi hanya diperuntukan untuk individu yang ingin dirinya menjadi terkenal. Namun Personal Brand kini menjadi sebuah label, cap, identitas, atau citra diri dari masing-masing individu yang ingin bisa lebih banyak mendapatkan kesempatan, dalam pencapaian tujuan hidupnya. Singkatnya, dengan personal branding, diri seseorang akan lebih mudah untuk dapat dikenal dan diingat oleh orang lain.

0 Komentar