Oleh: Gita Wisminarti

Keluarga adalah wadah untuk menyalurkan kasih sayang dan mengasihi sesama anggota keluarga. Keluarga inti beranggotakan Ayah, Ibu dan Anak. Fungsi dari setiap masing-masing anggota keluarga yakni berbeda-beda contoh: seorang Ayah wajib menafkahi istri maupun anak-anaknya dan Istri menerima hak hasil nafkah dari seorang Suami. Ayah yang seharusnya bertanggung jawab, mengayomi, menyayangi dan memberi nafkah tidaklah aku kenal dalam keluargaku yang sederhana ini. Peran dan fungsi tersebut tidaklah aku dapati dari seorang Ayahku. Sejak aku kecil aku tidak pernah dapat perhatian khusus dari sosok yang ku sebut Ayah, melainkan hanya merasakan sosok Ibu yang menggantikan semua peran Ayahku mulai dari mendidikku sejak kecil, mengajarkanku arti dari kasih sayang, kesopanan dan pengetahuan yang dia punya. Aku tak mengerti mengapa dari kecil Ayahku tak pernah menafkahi Ibu maupun aku yang katagori aku adalah anak kandungnya, padahal Ayah mempunyai pekerjaan yang mapan yaitu Kepala Sekolah di SMP dan Ibuku hanyalah seorang pensiunan PNS.
            Keluarga yang sederhana dan kecil ini yang anggotanya hanya bertiga seharusnya bisa bahagia tapi aku tak pernah dapat kebahagian itu semua. Sosok Ayah memang hadir ditengah Keluarga kecil ini namun tak temukan kehadirannya sedikitpun dihatiku maupun dihidupku. Mulai dari Sekolah Dasar hingga di Perguruan Tinggipun tak ku lihat kehadiran sosok Ayah dimataku yang kulihat dan kurasakan hanyalah sesosok Ibu yang menggantikan segala semua peran ataupun fungsi dari sesosok Ayah. Aku adalah anak tunggal aku hanya bisa bercerita kepada Ibu dan percaya bahwa Ayah akan berubah setelah mengalami beberapa masalah dengannya, tetapi itu semua semu tidak ada dalam diri Ayah untuk merubah itu semua. Pernah terlintas dipikiranku untuk meninggalkan Ayah dan hanya hidup berdua dengan Ibu, karena memang peran Ayah dikeluarga ini sudah tidak ada lagi hampir semua biaya hidupku mulai dari kebutuhan sehari-hari, makan, uang jajan, bayaran sekolah semua ditanggung oleh Ibuku ohhhh.... betapa sayangnya aku kepada Ibuku.
            Kepala Keluarga yang disebut Ayah yang seharusnya bertanggung jawab yang diberikan amanah dari Allah untuk menjaga Ibu dan Anaknya tidaklah ada pada jiwa sosok Ayahku. Setiap hari Ayah selalu pulang malam kecuali pada saat saat terakhir ini Ayahku pulang tidak terlalu malam karena Ayah mengidap penyakit. Mungkin ini adalah teguran untuknya karena telah menelantarkan Istri dan Anaknya. Aku kira hanya didunia perfilman yang mempunyai cerita ini tetapi ternyata aku mengalami itu semua. Disini seolah aku terlalu menyalahkan Ayahku tetapi itulah dia memang pantas untuk dipersalahkan. Pernah dimana aku lelah dengan semua ini aku capek hidup ditengah Keluarga yang berantakan ini walaupun masih banyak keluarga lain yang lebih hancur dibandingkan aku. Walaupun Ayahku sangatlah tidak berguna dikeluarga ini aku tetap mengakui Ayah seperti Ayah kandungku sendiri.
            Terkadang aku iri dengan semua teman-temanku yang memanjakan Ayahnya menceritakan tentang hal baik yang dilakukan Ayah mereka dan disitu aku hanya bisa mendengarkan cerita bahagia dari teman-temanku karena memang aku tidak mempunyai cerita bahagia tentang Ayahku yang bisa aku bagikan kepada mereka. Ayahku sudah sangat terkenal buruknya dihadapan keluarga Ibuku tetapi Ayah biasa saja dengan hal itu akupun tak habis pikir. Aku juga berfikir dikemanakanlah hasil kerja kerasnya selama ini karena memang Ibu tidak pernah menerima sedikitpun uang dari Ayah, tapi aku salut kepada Ibu karena begitu sabar dan mengajarkanku untuk tidak membeci Ayahnya sendiri. Aku heran kenapa Ibu bisa mempertahankan perkawinanya selama 25tahun dengan Ayah. Aku bangga mempunyai Ibu seperti Ibuku ini aku sangatlah sayang kepada Ibu karena Ibu pengganti sosok Ayah dikeluarga yang sederhana ini. Dan disitulah aku merasa Ayahku bukan Ayahku.............

0 Komentar