Opini
Krisis Kualitas Buku Pelajaran Siswa dan Pengaruhnya Terhadap Pola Pikir Siswa
Oleh: Nurul
Anisa
Abstrak
Banyak
bermunculnya buku-buku pelajaran yang tidak layak dipakai untuk siswa sekolah.
Buku-buku tersebut tidak mangajarkan dan mengarahkan siswa ke dalam kebaikan,
melainkan mengajarkan siswa menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku dan
memaklumi situasi yang digambarkan dalam buku. Seperti kasus yang terdapat
dalam buku LKS (lembar Kerja Siswa) mengenai cerita Bang Maman yang bercerita
tentang percerian dan istri simpanan. Hal ini sangatlah berpengaruh nantinya
pada pola pikir siswa apabila pendidik tidak mengarahkan siswa pada pendidikan
moral yang baik. Tujuan penulisan ini, agar dapat mengetahui bagaimana pengaruh
buku-buku tersebut terhadap pola pikir siswa. Untuk itu pendidik tidak terpaku
pada bahan ajar saja, tetapi metode pengajaran yang inovatif dan fariatif
diperlukan dalam proses belajar siswa. Selain itu pendidikan harus dijalankan
seimbang bukan hanya pemahaman materi saja tetapi penanaman nilai moral juga
harus diterapkan pada anak didik.
Pendahuluan
Pendidikan
tidaklah cukup jika hanya ada pendidik dan peserta didik saja, alat bantu
seperti buku pelajaran juga sangat penting dalam pengembangan penyerapan materi
terhadap anak didik. Sayangnya saat ini kualitas buku-buku tersebut sangat
memprihatinkan. Lolosnya perhatian dari berbagai pihak mengenai buku-buku
pelajaran yang tidak sesuai dengan kontruksi nilai-nilai kebaikan, menjadi masalah penting dalam dunia
pendidikan saaat ini. Lemahnya kontrol pengawasan akan kelayakan buku tersebut
dapat membuat perubahan pola pikir siswa terhadap tindakan atau perilaku
menyimpang dari nilai-nilai dan norma yang berlaku. Seperti halnya yang terjadi
dalam sebuah buku mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ)
untuk siswa kelas dua sekolah dasar yang meceritakan tentang perselingkuhan dan
perceraian. Ada pula dalam LKS Sekolah Menengah Atas, di sana disebut Indonesia
mengembangkan sendiri ideologi yang dinilai tepat dengan kondisi bangsa
Indonesia yang dinamakan komunis.
Sayangnya sekali
pun sudah dilaporkan pada pihak yang berwajib, fenomena horor dalam buku
pelajaran itu tidak ditanggapi serius, dan masih saja beredar dalam dunia
pendidikan. Padahal jika terus dibiarkan hal itu dapat merusak pola pikir
siswa. Di mana seharusnya peserta didik mendapatkan pendidikan dengan penanaman
nilai positif untuk menuju pribadi yang insani menjadi tidak terlaksana secara
optimal. Kondisi psikologis siswa juga akan menerima begitu saja karena sudah
ditanamkan sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar. Perilaku siswa menjadi
cendrung tidak bertonggak pada nilai-nilai dan norma yang seharusnya, acuh dan
kurang memahami norma susila yang ada. Hal ini dikarenakan siswa dari awal
sudah dibiasakan menerima secara wajar mengenai tindak perselingkuhan,
kawin-cerai, pembunuhan dan penanaman ideologi komunis.
Apabila seorang pendidik bersikap acuh terhadap masalah ini dan
hanya mementingkan kegiatan mengajar sebagai upaya penyampaian dan penerapan
materi saja, efek dari buku itu akan mempengaruhi pola pikir dan tindakan siswa
akan datang. Di sisi lain keadaan negeri ini tengah mengalami kemunduran dan
krisis budaya dengan adanya penyerangan ideologi lewat berbagai macam
media, seperti buku-buku pelajaran dapat
menambah terkikisnya sumber daya manusia yang nantinya berperan sebagai
pembangun bangsa. Untuk itu sangat dirasakan perlunya kesadaran penuh dari
pendidik dalam menghadapi persoalan saat ini.
Pembahasan Masalah
Pendidikan
dilakukan untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang baik, seperti ditinjau
dari hakikat manusianya. Manusia yang seutuhnya dalam hakikat manusia dari
sudut pandang sosiologi, diibaratkan suatu benda kosong adalah tugas masyarakat
untuk mengisinya dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dapat membuat
masyarakat ini berbuat secara lebih terarah dalam artian tidak mengganggu
sistem. Apabila fungsi dari masyarakat yang bertugas dalam penanaman norma
dalam masyarakat tidak kuat dan dapat dipengaruhi oleh campur tangan faktor
luar seperti melalui buku-buku pelajaran, yang isinya dapat mempengaruhi siswa akan
mengakibatkakan rusaknya suatu tatanan
nilai yang ada dalam masyarakat.
Menurut pandangan
Marx, manusia dapat membuat sejarahnya sendiri, tetapi mereka tidak membuatnya
dalam situasi yang mereka pilih sendiri, melainkan dalam situasi yang langsung
dihadapi, ditentukan dan ditransimisikan dari masa lalu. Kaitannya dengan
masalah pendidikan khususnya tentang tidak layaknya buku-buku dalam
pembelajaran siswa, dapat dilihat dampak dari buku-buku tersebut dalam
penanaman pola pikir mereka tentang tindakan yang benar atau salah. Saat
seorang pendidik hanya menjalankan fungsi mengajar dan anak didik melepas
kebiasaan-kebiasan baik dan lebih memilih untuk mengikuti hal-hal negatif yang
tertuang dalam buku. Generasi selanjutnya juga akan mendapatkan pemahaman yang
salah mengenai nilai-nilai yang positif dan yang seharusnya dikembangkan. Hal
ini dikarenakan pada generasi sebelumnya sudah tercipta pemahaman yang salah
dalam penggambaran contoh dalam buku-buku yang ada.
Membahas
masalah pendidikan tidak lepas dari landasan pendidikan. Jika kita berpegang
teguh dalam landasan pendidikan ini, kita akan tau masalah-masalah yang ada
dalam dunia pendidikan saat ini bisa diminimalisir, dengan berlandaskan
pendidikan kita harus menguji kebenaran dari tiap informasi yang disampaikan
dalam buku-buku pelajaran siswa. Pendidik harus paham benar landasan pendidikan
agar siswanya tidak mudah terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif .
Landasan filosofis terhadap pendidikan
mengkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang filsafat. terdapat
kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba
merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan mencoba
mewujudkan citra tersebut. Untuk permaslahan yang dibahas ini, penulis mencoba
membahas masalah tersebut dengan madzhab filsafat pendidikan rekonstruksisme. Konsepsi ini
mengarahkan perhatian kepada tanggung jawab pendidikan dalam mengadakan
pembaharuan (rekronstruksi) di masyarakat. Dalam madzhab ini banyak yang bisa
ditelusuri mengenai masalah kualitas buku-buku pelajaran siswa yang beredar
dalam masyarakat. Pembaharuan dalam dunia pendidikan dalam penyampaian materi
ini terdapat kesalahan pemahaman dan justru keluar dari konteks madhzab
rekronstruksisme. Saat siswa belajar dari sebuah buku, lalu tanpa pengarahan
dan didikan yang jelas mindset (pola pikir) mereka berubah sesuai dengan apa
yang ditulis dalam buku, dan ketika ia
terjun dalam lingkungan masyarakat ditakutkan anak tersebut merekronstruksi
nilai-nilai yang ada sesuai dengan pemahamannya.
Pemahaman
peserta didik merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam pendidikan
terutama yang berkaitan dengan, kurikulum perlu disusun berdasarkan pengalaman
belajar anak. Guru perlu memahami perkembangan kepribadian anak agar dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan, terutama dalam membantu setiap peserta didik
mengembangkan kepribadiannya. Selain itu Pendidikan hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan anak. Jadi dalam berubahnya pola pikir anak didik terhadap
nilai-nilai yang salah seperti yang digambarkan pada cerita dan soal buku-buku
pelajaran itu dapat dihindari. Pendekatan dan metode cara mengajar siswa harus
lebih ditekankan pada pendekatan psikologis dan mendalami kepribadian anak
didik. Agar ketika anak didik mulai berubah dan condong ke hal yang negatif
pendidik dapat mengetahuinya dan mengarahkan kembali anak didik tersebut kepada
hal-hal yang positif.
0 Komentar