Oleh: Dwi Agus Suprayudi

“ KARTINI “

(Tanda Petik untuk seorang Kartini)

Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya

Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

Itulah sepenggal lirik lagu yang diciptakan seorang W.R. Suptarman, sebuah lirik lagu
yang begitu mengagung-agungkan sosok wanita yang bernama kartini, R.A. kartini memang
seorang tokoh wanita yang dapat dikatakan sosok pendekar bagi kaumnya, dia merupakan
sesosok wanita yang dapat dikatakan seorang wanita pemberontak. Pada zamanya seorang
manusia yang berjenis kelamin wanita merupakan jenis manusia yang stratanya di bawah
pria, dalam artian seorang wanita selalu berada dibelakang laki-laki dan tak boleh untuk
lebih unggul dalam bidang apapun. Pada zamanya seorang kartini lah yang mulai bergerak
dan berontak terhadap situasi seperti itu, dia lah wanita yang berfikiran berbeda dari wanita-
wanita lainya, dan dia yang membuat pandangan wanita sebagai manusia nomor dua telah
tiada.

Kartini merupakan salah satu pintu sukses terbukanya suatu aliran liberalisme dan
feminisme diIndonesia, ini terbukti dengan tuntutan kartini atas kesetaraan gender yang diinginkanya.
Dimaksud kesetaraan gender disini yaitu menyamakan peran wanita dengan peran laki-laki, aliran
liberal merupakan aliran yang dibawa oleh bangsa eropa yang menekankan terhadap kebebasan atas
individu dan menghilangkan suatu keterbatasan.

“Kartini bercita-cita memberi bekal pendidikan kepada anak-anak perempuan,
terutama budi pekerti, agar mereka menjadi ibu yang berbudi luhur, yang dapat
berdiri sendiri mencari nafkah, sehingga mereka tidak perlu kawin kalau mereka tidak
mau.” (Sulastin Sutrisno, Surat-Surat Kartini, Djambatan, 1985: xvii). Sungguh mulia
memang seorang kartini, dia bercita-cita agar wanita Indonesia menjadi wanita yang
berbudi luhur dan juga mandiri dalam mencari nafkah. Kata-kata “kemandirian” seolah-
olah mencerminkan suatu kesan individualis dan individualis merupakan ciri terhadap
paham liberalis. Sejatinya bangsa kita merupakan bangsa yang majemuk dan plural, hal yang
menyangkut dengan paham liberal merupakan suatu hal yang bertolak belakang dengan
paham yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Pertanyaan besar terhadap kartini, sejatinya Kartini adalah wanita yang ternyata
lebih menghayati kehidupan budaya daerahnya. Kesenangannya justru lahir dalam harmoni
mengikuti ritme budaya tempat sekian lama ia hidup dan sudah mendarah daging sejak lahir.
Ia tidak pernah senang menjadi wanita pemberontak seperti yang diajarkan para feminis. Tapi

bagaimana bisa ia menyurakan pemikiranya terhadap penyetaraan gender antara peran wanita
dengan laki-laki. Kita tahu bahwa seorang kartini merupakan anak dari seorang bupati,
sehingga tak heran jika seorang Kartini dapat mengenyam pendidikan di ELS (Europese
Lagere School). Kartini bersekolah dengan teman-temanya yang mayoritas berasal dari negeri
Belanda, tak heran seorang kartini mulai mengenal suatu paham yang tak pernah dikenal
sebelumnya. Paham liberal dan feminisme lah yang mulai ia kenal dan mulai ia pelajari,
beruntung kartini tidak menganut terhadap paham feminisme yang ekstrim, dia hanya
menggap paham feminisme sebagai wacana yang bergolak dalam pikiranya saja.

Sejatinya kartini bukanlah orang yang memiliki andil besar terhadap dibukanya
aliran liberal dan feminis, Justru yang mempromosikan pemikiran-pemikiran feminis adalah
Mr. J.H. Abendanon, (Menteri Agama, Pengajaran, dan Kerajinan Hindia Belanda). Dia
mengumpulkan semua surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini pada para karibnya di
Eropa, lalu dia menyusun surat tersebut dan mengolahnya menjadi sebuah buku dengan judul
judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), diterbitkan pada 1911, dan
dicetak sebanyak lima kali.

Jalan telah terbuka bagi aliran liberal dan juga feminis, kita yang hidup di zaman yang
berbeda oleh dirinya,kita tidak bisa asal melabelkan aliran liberal atau feminis itu buruk atau
sebagainya. Sejatinya suatu yang dianggap baik dan buruk tercipta dari setiap pandangan
invidu masing-masing. Terserah anda untuk memaknai hari peringatan kartini itu seperti apa,
yang jelas tak ada persitiwa yang seratus persen dapat menimbulkan suatu perubahan yang
sempurna.

Refrensi

www.hidayatullah.com

0 Komentar