Oleh: Eva Widayanti

Tulisan ini diangkat dari gambaran depan mata bukan sebuah imajinasi sekedar untuk mengkritisi wajah pendidikan bangsa ini. Lahir dari sebuah keprihatinan akan keadaan masyarakat terpencil dibalik bukit di atas ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Gambaran realita kehidupan sosial dari sedikit masyarakat yang terkukung, terasing dimana mereka sulit mengakses bidang- bidang kehidupan.

Bukan hanya sekedar orasi-orasi yang diteriakan untuk membela sesuatu atas nama rakyat yang tertindas akibat ketidakadilan keputusan yang tak berpihak. Atau Praktek kuliah lapangan yang hanya mencari objek-objek untuk menghimpun data yang mungkin dapat dimanipulasi untuk mencapai nilai sempurna.Bukan itu, tetapi pengabdian dalam bentuk yang rill bukan hanya teriakan atau konsep tetapi gerak nyata yang dapat merubah pola kehidupan mereka.

Paparan tulisan ini adalah sebuah bentu protes dan kritisi tentang moral sebagai mahasiswa yang memikul TriDharma Universitas. TriDharma Universitas yang salah satunya adalah pengabdian masyarakat. Tulisan ini bermaksud membuka mata lebih lebar bukan sekedar untuk membentuk sebuah opini publik semata tentang pendidikan. Untuk hati yang tergerak dan otak yang mulai berpikir lalu beraksi dan bertindak membawa sesuatu yang nyata untuk merubah nasib mereka demi meraih pendidikan nyata. Demi mereka, jutaan laskar pelangi yang harus menggunakan tenaga mereka separuh untuk mengenyam pendidikan seadanya, separuh lagi untuk membantu orang tua di ladang yang kering sekedar untuk menanam singkong, cabai, tomat untuk kehidupan mereka.

Lapaskan segala bentuk teori. Mereka tak kenal Karl Marx, Talcott Parsons,Weber, Durkheim apalagi Albert Einstein. Bukan teori yang mereka butuhkan. Mereka butuh uluran tangan dan gerakan nyata untuk merubah kehidupan mereka. Uluran tanan mahasiswa yang bergelar kaum intelektual yang punya ilmu, kalian aparatur Negara yang punya wewenang dan kekuasaan yang punya andil besar membantu mereka keluar dari ketertinggalan mereka.

Kaki-kaki mungil para Laskar Pelangi dusun Cigondok, desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Bandung-Barat tidak akan terikat waktu. Mereka hanya terikat keadaan yang serba terbatas untuk mengakses pendidikan mereka walaupun hanya untuk duduk di sekolah dasar. Akses jalan yang dapat mengancam jiwa mereka karena jalan setapak yang dibawahnya jurang curam, ketiadaan kendaraan hingga kaki-kaki mungil itu berjalan menelusuri batu-batu, ketinggian jalan yang hampir mencapai 75 derajat. Lalu, apakah kenyataan ini tidak ironis? Dengan sebuah kenyataan lain bahwa 20 persen anggaran dari APBN untuk pendidikan anak bangsa. Mereka tidak tahu, kita yang tahu.

2 Mei adalah hari pendidikan untuk seluruh pelajar Indonesia. Akan banyak wajah pendidikan yang dipaparkan di media-media elektronik maupun media massa tentang pendidikan negara ini. Tapi, laskar pelangi itu tidak tahu. Yang mereka tahu adalah bagaimana agar orang tua mereka dan mereka sendiri berjuang demi kehidupan mereka, Demi sekolah yang tak mau mereka tinggalkan karena mereka puya cita-cita walaupun dalam ketiadaan. Lalu apakah saya, anda, dan kita sebagai mahasiswa hanya diam? Berorasi? Menulis tentang wajah-wajah pendidikan bangsa? Yang tak pernah kita lihat bagaimana keadaan yang mencekik leher mereka. Dan apakah kalian semua aparatur Negara, Menteri Pendidikan Nasional dengan hari mu di tanggal 2 Mei tak ingin terjun melihat rakyat yang kalian pimpin dengan amanah mereka yang kalian pegang? Koruptor yang Maha jahat mencekik leher mereka demi kerakusan akan materi hingga mengorbankan mereka orang-orang bodoh yang tak tahu apa-apa akibat keterbatasan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Tiadakah gerakan bersama seluruh elemen untuk mengetaskan ketertingalan mereka akan pendidikan?

Tulisan ini adalah suara mahasiswa yang melihat kenyataan bukan depan layar kaca tetapi dengan lensa mata sendiri bagaiman keadaan anak-anak ibu pertiwi. Tak ingin membentuk atau merekayasa opini publik dengan sejuta teoritis yang sama sekali tak dikenal meraka rakyat kecil dengan keterbatasan ilmu pengetahuan. Tulisan ini, mempunyai tujuan besar demi pendidikan, demi hak-hak laskar pelangi negeri ini.dengan kesadaran kolektif yang dapat membawa perubahan agar jauh dari ketimpangan sosial yang terjadi terutama pendidikan. Dedikasi tulisan esai ini untuk Ika dan laskar pelangi di bumi Cigondok dan seluruh laskar pelangi pejuang kecil pendidikan. Yang buminya dipenuhi hamparan padi menguning, pohon pinus yang membawa udara nan sejuk, pohon-pohon kopi yang menghiasi rumah-rumah gubuk mereka walau kenyataan yang mereka jalani adalah hidup dalam keterbatasan ditengah begitu kayanya potensi alam.

Pendidikan adalah awal penguntai peradaban sebuah bangsa yang akan baik di mata dunia dengan masyarakat yang beradab dan berbudaya karena pendidikan yang berkualitas dan merata. Laskar Pelangi yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kebangsaan, untuk kita semua demi lahirnya patriot-patriot bangsa yang berjiwa bela negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta Iman dan takwa.

0 Komentar