Buku menakjubkan ini
secara radikal mengubah pandangan kita sebelumnya tentang prasejarah. Salah
satunya, pada akhir Zaman Es, banjir yang disebutkan dalam kitab suci memang
benar-benar terjadi dan menenggelamkan paparan benua Asia Tenggara untuk
selamanya. Hal itulah yang menyebabkan penyebaran populasi dan tumbuh suburnya
berbagai budaya Neolitikum di Cina, India, Mesopotamia,
Mesir, dan Mediterania timur. Akar permasalahan dari pemekaran besar peradaban
di wilayah subur di Timur Dekat Kuno, berada di garis-garis pantai Asia
Tenggara yang terbenam.



Tahukah Anda
bahwa orang-orang Polinesia tidak datang dari Cina, tapi dari pulau-pulau Asia
Tenggara? Tahukah Anda, mula-mula penanaman beras yang sangat pokok bagi
masyarakat tidak berada di Cina atau India, tapi di Semenanjung Malaya
pada 9.000 tahun lalu?

Dan Anda pasti
akan tercengang setelah mengetahui bahwa berbagai suku di Indonesia timur adalah pemegang
kunci siklus-siklus bagi agama-agama Barat yang tertua? Buku ini penuh dengan
catatan mengejutkan dan membalikkan fakta yang selama ini kita ketahui.



"Oppenheimer
sangat mumpuni dalam pembahasan buku ini. Sekaligus menjadikannya berbeda
dibandingkan para penulis orientalis lainnya yang cenderung mengabaikan Asia
Tenggara terutama Indonesia."

—Prof. Umar Anggrajeni, Mantan Ketua LIPI



"Hipotesis Santos dalam buku Atlantis: The
Lost Continent seolah dikuatkan oleh pendapat Oppenheimer sejak diterbitkannya
buku ini."

—Oki Oktariadi, Pemerhati geologi lingkungan



"Saya gembira penerbit Ufuk mewujudkan ide
saya untuk menerbitkan buku ini. Ini sangat penting untuk membangkitkan
kesadaran sejarah bangsa kita di masa lalu dalam rangka mendorong pembangunan
peradaban baru di masa depan."

—Jimly Ash-Shiddiqie, Mantan Ketua Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia.



Stephen Oppenheimer yang menulis buku Eden in The
East: Benua yang tenggelam di Asia Tenggara (2010) menyebutkan, catatan
oseanografis menunjukan muka laut naik 120 meter dari 3 banjir besar. Air
terakhir itu meyebar luar di paparan-paparan benua yang datar dan membentuk
pulau. Oppenheimer mengatakan, banjir tersebut terjadi mendadak dan orang-orang
yang masih hidup di Zaman Batu itu membawa caeritanya ke dalam cerita-cerita
rakyat. Sekitar 25.000 tahun sebelum masehi bumi penuh es. Daerah diatas dan di
bawah khatulistiwa sangat dingin. Bentuk muka Asia Tenggara sekitar 20.000
tahun yang lalu tidak seperti yang sekarang ini yang berbentuk kepulauan. Dulu,
Asia tenggara membentuk satu kontinental yang disebut Paparan Sunda (Sundaland)
yang tidak bisa dipisahkan oleh laut. Banjir besar mendadak yang disebabkan
bumi memanas dan es mencair di kutub yang menandai berakhirnya Zaman Es,
membuat kontinental itu tenggelam. Akibatnya, permukaan air laut naik sekitar
150 cm dan membentuk muka bumi Asia Tenggara yang baru menjadi Philipina,
Indonesia, dan Malaysia, sekarang ini. Banjir besar itu menaikkan muka laut 5-6
meter. Wilayah yang mengalami banjir terparah di Sundaland dan Pantai Cina
Selatan. Sundaland yang sudah berpenghuni itu menjadi pulau-pulau yang terpisah
lautan.

Ilmuwan dari Yunani di masa lalu bernama Ptolomeus
menyebutkan nama pulau yang terletak di sebelah timur India dengan nama
kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Nama itu kemudian digunakan
oleh ilmuwan dari Eropa. Kepulauan Sunda Besar mengacu pada Sumatera, Jawa,
Madura, dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil meliputi Bali, Lombok, Sumbawa,
Flores, Sumba, dan Timor.

0 Komentar