Oleh: Muhammad Almaida Alfarizi

Pengetahuan itu luar biasa, penuh dengan misteri tapi jua harus ditemukan segera mungkin. Seperti yang kita tahu dan sadari bahwa pengetahuan yang kita miliki sudah sangat sempurna hingga bisa mengetahui bagaimana kehidupan diluar bumi yang sedang kita tempati.

Tapi apakah kalian tahu? Jika kau menyelami perairan bumi, kau mungkin tidak dapat menemui dasarnya dan masih penuh dengan kegelapan yang tidak dapat ditaklukkan. Ternyata hal itu juga mencerminkan bagaimana manusia hanya terus mengotak-atik tentang dunia luar dari sebuah pengetahuan bukan dengan dalamnya. Pengetahuan yang sekarang kita tekuni merupakan sebuah pengetahuan yang sudah diketahui pada dasarnya, para ahli–ilmuwan, fisikawan, filosofis dan banyak lain–hanya terus berputar pada sebuah sirkulasi yang berbentuk bundar agar terus dapat bertahan hidup dan masyarakat mempercayai mereka.

Bagaimana jika sesuatu yang kita banggakan adalah sebuah hasil rongsokan masa lampau yang pada dasarnya tidak memiliki makna apapun hingga dilupakan dan kebetulan kita menemukannya. Bagaimana jika yang ingin kita ketahui adalah sebuah ketidakterbatasan yang sudah dibatasi? Seperti argumentasi yang diberikan oleh Bohm "Segala sesuatu yang diketahui harus ditentukan oleh batas-batasnya. Dan itu tidak hanya secara kuantitatif tapi juga kualitatif. Teorinya ini dan bukan itu. Sekarang lebih mantap untuk menyatakan bahwa ada yang tidak terbatas. Anda harus memperhatikan bahwa jika Anda mengatakan ada yang tidak terbatas, maka tidak bisa berbeda, karena kemudian yang tidak terbatas ini akan memberikan batas kepada yang tidak terbatas, dengan mengatakan bahwa yang terbatas bukan yang tidak terbatas, bukan? Yang tidak terbatas harus mencakup yang terbatas. Kita harus mengatakan, dari yang tidak terbatas muncullah yang terbatas, dalam sebuah proses kreatif; dan itu berlangsung terus menerus. Karena itu kita mengatakan, tak peduli berapa jauh kita pergi pasti ada yang tidak terbatas. Tampaknya tak peduli berapa jauh Anda pergi, seseorang akan muncul dengan pandangan lain yang harus Anda jawab. Dan saya tidak melihat bagaimana Anda bisa menangani hal itu."

Dari argumentasi Bohm membawa kita pada pertanyaan-pertanyaan yang tidak menghasilkan jawaban melainkan melahirkan pertanyaan yang lebih rumit. Seperti bagaimana manusia terus bisa mencari kehebatan dunia luar tanpa tahu bagaimana gravitasi terus menahan kita dalam sebuah bola bulat yang terus berputar? Atau apa itu gravitasi? Kemana perginya kebenaran sesungguhnya yang sedang dicari? Dan masih banyak lainnya yang belum juga terpecahkan.

Diantara semua pertanyaan yang menyakitkan pikiran, aku terus berpikir tentang pernyataan dari Roger Penrose tentang "The End of Science?". Sebagai seseorang terus mencari kebenaran dalam pengetahuan, akupun dibuat bingung dengan pertanyaan Penrose tersebut karena penyataan itu sangat provokatif namun jua membuka lebar mata bagi para pendengarnya tentang bagaimana jika suatu ilmu pengetahuan yang sudah hidup menemani manusia sudah kehilangan apapun yang ingin dicari dan diteliti? Seperti bagaimana jika memang AI (Artificial Intelligence) sudah benar-benar menjadi sempurna  dan menguasai bumi yang kita tempati? Jika kalian berpikir bahwa itu adalah benar-benar akhirnya karena AI akan dengan mudah menjawab semua pertanyaan yang logis.

Tetapi mungkin untuk mencapai masa itu, kita masih harus terus berkelana jauh dan tak tahu seberapa lama. Memecahkan akar dari pengetahuan ataupun kebenaran yang sesungguhnya akan memerlukan banyak pengorbanan seperti waktu yang terbuang sia-sia ketika hasil mengecewakan, lalu dana yang terus menghilang tatkala yang diteliti telah gagal atau sekedar di cap sebagai pengkhianatan karena mencoba untuk menyadarkan manusia dari pencarian kebenaran dengan keragu-raguan dan nalar.

0 Komentar