Oleh: Puja Octaviani


CFW atau Citayam Fashion Week belakangan ini keras sekali dibicarakan banyak orang diberbagai media sosial. Hal ini bermula dari gerombolan-gerombolan remaja yang berdatangan ke kawasan perkantoran Sudirman, dengan ciri khas penampilan fashion mereka. Hingga pada akhirnya, banyak sekali wawancara yang bermunculan yang semakin membuat CFW ini dikenal banyak orang. Dalam hal ini, aplikasi video Tiktok menjadi latar belakang utama yang membuat banyak penggunanya mengenal sosok-sosok remaja seperti; Roy, Bonge, Jeje, dan kurma, yang bisa saya katakan sebagai ikon dari terciptanya Citayam Fashion Week.

Seperti yang kita tau, fashion merupakan ajang dalam mengekspresikan diri seseorang yang mengenakannya. Lalu apakah trend CFW ini termasuk? Melalui berbagai video yang saya tonton di aplikasi Tiktok, remaja-remaja yang berdatangan ke kawasan Sudirman ini memiliki ciri khas sendiri dalam berpakaian, mereka memiliki kreatifitas masing-masing dalam memadukan pakaian yang dikenakannya hingga mampu tampil percaya diri. Ini bagus, para remaja tersebut berarti mampu mengekspresikan diri mereka masing-masing.

Wakil Gubernur DKI Jakarta saja, Bapak Sandiaga Uno mengatakan, CFW ini mampu menarik wisatawan dan berniat memberikan beasiswa terhadap mereka yang andil dalam mendirikan CFW. Lalu adakah yang perlu dipermasalahkan dalam Trend Citayam Fashion Week ini? Jawabannya ada. Sebenarnya bukan suatu hal yang besar, namun menurut saya bisa saja menjadi permasalahan.

Sejujurnya, saya terus bertanya-tanya saat video-video mengenai CFW ini melintas di beranda Tiktok saya. Kawasan Sudirman tepatnya Dukuh atas ini selalu ramai setelah tren ini booming. Gerombolan remaja tersebut selalu ada entah itu pagi, siang, dan malam. Bahkan dua hari lalu sebelum saya menulis opini ini, mereka diketahui tidak pulang dan tidur disana. Se-wah itu kah CFW ini? Apakah orang tua mereka tidak mencari? Apakah mereka tidak pulang untuk bersekolah? Apakah sebuah tren harus setotalitas itu? Hal ini tentu akan memunculkan permasalahan baru nantinya.

Jika pertanyaan-pertanyaan saya itu dijawab, mungkin jawaban yang akan saya dengar seperti, "orang tua mereka udah nyerah buat ngelarang", " Mereka anak-anak yang kabur dari rumah makanya gak dicariin", "gak semua anak sekolah kali, beberapa dari mereka memang banyak yang putus sekolah", " Sekarang kan yang penting FYP, apapun akan dilakukan yang penting FYP" Dengan kemungkinan jawaban-jawaban itu, artinya Citayam Fashion Week bukan hanya sebagai ajang mengekspresikan diri, tapi juga sebagai ajang pembuktian jika masih banyak anak putus sekolah di negeri kita ini. Entah didikkan orang tua yang salah atau perilaku anak yang sudah membuat orang tua menyerah, membiarkan anak-anak remaja seumuran mereka tidur di jalan seperti itu hanya karena sebuah tren, bukan  satu hal yang bisa dibiarkan begitu saja. Ini tentang kemungkinan-kemungkinan buruk, mereka tak memiliki kekuatan besar terlebih remaja perempuan, lalu bagaimana jika mereka menjadi korban kejahatan saat tengah terlelap tidur di jalan tersebut?

Dari hal-hal yang saya paparkan diatas, sepertinya perlu adanya upaya yang dilakukan. Mungkin seperti menjadwalkan CFW ini hanya di hari libur saja. Saya pikir akan lebih baik mereka berdatangan di hari libur saja dan melakukan hal yang lebih positif lagi di hari lain, bukan berarti saya mengatakan CFW ini hal negatif yaa. Jika CFW dilakukan di hari libur, remaja-remaja yang masih sekolah bisa lebih mengutamakan pendidikannya dengan fokus belajar. Karena kita tidak tahu, saking sukanya dengan tren CFW ini, tidak menutup kemungkinan mereka-mereka yang masih bersekolah memilih tidak pergi sekolah, hanya karena ingin datang ke kawasan Sudirman. Sedangkan bagi mereka yang sudah terlanjur putus sekolah, dapat memanfaatkan waktunya untuk bekerja atau membuat konten yang lebih positif dari sekedar wawancara mendapat pacar di hari yang sama bertemu. Atau sekedar berpikir ulang dengan matang untuk menerima beasiswa yang ditawarkan, karena seperti yang kita tau, apapun yang viral tidak akan bertahan lama.

0 Komentar