Dunia
Semakin Menggila
Oleh
: Febrina
Perubahan
iklim bukan suatu hal yang asing lagi bagi kita sebagai umat manusia. Tetapi
sebagian lebih manusia menganggap perubahan iklim hanya sekedar perubahan
iklim, yaitu hanya sekedar naiknya permukaan laut atau bahkan hanya menganggap
sebuah pemanasan global dan yang lebih parah lagi menganggap perubahaan iklim
dan pemanasan global itu merupakah hal yang berbeda, tidak berhubungan. Banyak
orang menganggap perubahaan iklim dan pemanasan global merupakan cerita masa
depan yang mungkin tidak terjadi pada manusia yang hidup pada saat ini. Mereka
menganggap perubahan iklim akan terjadi beribu-ribu tahun kemudian, yang
sebenarnya tidak.
Perubahaan
iklim menyebabkan banyak hal dan semuanya terasa sangat mengerikan, menakutkan
dan bagaikan mimpi buruk. Jika kita melihat kebelakang yaitu kepunahan masal
yang menyebabkan punahnya dinosaurus itu berhubungan dengan perubahaan iklim
yang disebabkan oleh gas rumah kaca. Bahkan pada 252 juta tahun lalu, bumi
mengalami kenaikan suhu sebesar lima derajat Celcius yang diakibatkan oleh
pelepasan karbon di atmosfer.
Manusia
di bumi menganggap pemanasan global yang kita rasakan pada hari ini merupakan
pembayaran utang akan terjadinya Revolusi Industri di Inggris pada beberapa
abad yang lalu. Tetapi, hal ini tidak menyadarkan manusia mengenai apa yang
kita lakukan pada hari ini akan berdampak pada anak dan cucu kita di masa akan
datang dimana PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menunjukan kesepakatan sains
kepada dunia bahwa kita berbuat kerusakan ketika sudah tau, sama banyaknya
dengan ketika belum tahu.
Sekelompok
peneliti Artika yang terjebak karena melelehnya es, masyarakat Suriah yang
menyerbu Eropa karena perang karena perubahaan iklim dan kekeringan pada 2011
dan kemungkinan banjir yang terjadi di Bangladesh yang dapat menimbulakan
pengungsi sebesar sepuluh kali lebih besar. Peristiwa tersebut sudah menjadi
gambaran buruk mengenai kondisi planet kita ini. Bahkan PBB memperkirakan bahwa
pada 2050 akan ada 200 juta pengungsi akibat iklim yang dan juga pada 2100 PBB
mengatakan kita akan menghadapi pemanasan 4,5 derajat. Ramalan terburuknya
bahkan kenaikannya bisa mencapai delapan derajat dimana manusia yang berada di
khatulistiwa dan juga di iklim tropis tidak akan bisa keluar tanpa menjadi
sekarat. Sangat menyeramkan bukan?
Tetapi
hal tersebut bukan berarti kenaikan 4,5 atau 5 derajat lebih baik dibandingkan
dengan 8 derajat. Ketiganya memiliki kemungkinan terburuk yang akan memberikan
dampak kepada berbagai aspek di kehidupan. Apabila kita tidak mengambil
tindakakan terhadap emisi karbon, masih mementingkan kegiataan industri untuk
mementingkan pertumbuhan ekonomi dan masih terus menganggap bahwa kenaikan suhu
merupakan suatu fenomena yang berjalan lambat, hal ini akan membuat makin lama
daerah-daerah di beberapa bagian di bumi akan tidak dapat ditempati oleh
manusia khususnya bagi daerah tropis karena manusia yang berada di daerah
tersebut tidak dapat bertahan hidup dengan panas setinggi itu dan juga ditambah
kelembapan di daerah tropis yang akan memperarah keadaan.
Membicarakan
mengenai ancaman panas maut yang akan menimpa lebih dari sebagian manusia yang
ada di bumi mengingatkan kita terhadap kejadian mematikan di Eropa pada 2003
yang menewaskan 2.000 orang tiap harinya karena kenikan empat derajat sehinggan
menyebabkan gelombang panas. Fenomena itu mungkin akan menjadikan musim panas
normal ketika ramalah kenaikan suhu delapan derajat menjadi sebuah kenyataan
buruk.
PBB
memperkirakan bahwa bumi akan membutuhkan dua kali makanan pada tahun 2050, hal
ini disebabkan karena makin panas nya daerah-daerah tropis dan terjadinya
kekeringan yang membuat sulit tumbuhnya padi-padian. Tidak hanya padi bahkan
panen jagung di Amerika Serika akan menurun. Gandum, gulma dan tanaman pangan
pokok akan berkurang karena panas, jamur, penyakit dan berbagai bencana alam
lainnya. Hal ini akan menyebabkan kelaparan bagi seluruh negara terutama
negara-negara berkembang, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi di
negara-negara maju. Kekeringan akibat gelombang panas juga berdampak pada
perkembangan gizi manusia di seluruh belahan dunia karena mengalami penurunan
mengonsumsi kerbohitrat, protein kalsium dan vitamin yang biasa kira dapat
melalui tumbuhan dan juga hewan. Kedepannya sangat memungkinkan banyaknya
manusia yang kekurangan gizi, berita mengenai kekurangan gizi nantinya bukan
suatu hal yang hanya kita dengar terjadi di negara miskin tapi menjadi fenomena
yang sudah biasa terjadi di berbagai daerah-daerah. Perubahaan iklim sangat
menjanjikan hal-hal yang awalnya kita kira hanya sebuah mimpi buruk menjadi
kisah nyata yang sangat menggila. Dunia tidak lagi hanya mengenai kehidupan
yang menyenangkan atau kehidupan yang buruk hanya sekedar kemiskinan di suatu
negara yang kita tinggali, tetapi sudah berdampak pada bumi yang kita tinggali.
Fenomena yang terjadi di suatu negata sudah bukan lagi disebabkan karena negara
itu sendiri tetapi disebabkan oleh ulah manusia yang hidup di muka bumi.
1 Komentar
Coba deh baca lebih jauh tentang Ekologi Sosial, mungkin akan membantu memperkaya narasi, goodluck :*
BalasHapus