Sumber: clonesoftech.com


Ilmu Pengetahuan menjadi Salah Satu Faktor Stratifikasi di Era Globalisasi
Oleh: Afifah Faiha Inayah

Sebagai salah satu mahasiswa baru dari Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Jakarta tahun ini, sudah sepatutnya saya sebagai penulis serta pembaca mengetahui apa arti sebenarnya dari stratifikasi sosial. Jika kita lihat pengertian dari salah satu ahli sosiologi, menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt stratifikasi sosial ialah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat. Biasanya berbentuk hierarki atau tingkatan, dari tertinggi sampai terendah. Biasanya stratifikasi sosial sangat khas dengan istilah kekuasaan ataupun kekayaan. Jabatan akan sangat terlihat perbedaan statusnya dari mata masyarakat. Namun di era globalisasi saat ini, jabatan pun akan di dapat seseorang tak semata – mata hanya dari keturunan seperti dulu kala dengan adanya sistem kerajaan. Melainkan jabatan akan di dapat seseorang dengan adanya ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan kini menjadi salah satu faktor dari sekian yang menentukan strata seseorang di masyarakat. Ilmu pengetahuan didapatkan seseorang melalui lembaga kependidikan serta peran para tenaga pendidik. Ilmu pengetahuan juga yang secara langsung menentukan tingkatan jaatan maupun profesi seseorang. Bukan hanya dari sekolah ataupun perguruan tinggi favorit dan terkemuka, namun dari jenjang terakhir yang seseorang ambil. Dari taman kanak – kanan, sekolah dasar, menengah, atas, hingga perguruan tinggi. Sudah dipastikan lulusan sekolah mengengah atas akan memiliki profesi yang berbeda dengan lulusan sarjana. Perbedaan yang dilihat adalah segi kualitas karena tujuan pembelajaran dari tenaga pendidik kepada para siswa atau mahasiswa tentunya berbeda. 

Dari pandangan lulusan terakhir seseorang, strata atau tingkatan tersebut dapat disimpulkan oleh penerima karyawan atau pekerjaan yang mana yang akan cocok dengan pekerjaan yang ditawarkan. Bukan hanya dari segi profesi namun hanya dari cara penghormatan seseorangpun akan terlihat. Penghormatan serta rasa segan akan muncul dari masyarakat kepada seseorang yang telah menuntut ilmu hingga jenjang magister, dan jika hingga keluar negeri atau dapat kita katakan orang yang telah melalui pendidikan yang sudah tinggi. Pandangan dan penghormatan itu akan berbeda terhadap orang yang hanya berasal dari lulusan sekolah menengah atas.

Lulusan yang berbeda tingkatan atau stratanya akan dinilai oleh masyarakat bisa dengan secara stereotip bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses ketimbang yang hanya lulusan SMP ataupun SMA. Namun memang tak selamanya orang yang hanya berkelulusan SMA tidak dapat menjadi sukses. Itulah persepsi yang akhirnya muncul dalam masyarakat.

Sekiranya memang sebuah ilmu pengetahuan menjadi salah sebuah faktor stratifikasi sosial dikarenakan pentingnya pendidikan di era saat ini. Era di mana informasi telah meluap dan dapat dicari dengan hanya hitungan detik. Dengan mudahnya data dicari oleh siapapun saat ini, akan sangat penting diberikannya didikan untuk menangani cara mengakses segala informasi dan menelaah yang mana yang baik dan buruk dengan dilandasi ideologi bangsa yaitu Pancasila. Jika seseorang tak dapat menelaah yang mana yang bisa ia akses ataupun yang mana yang tidak baik sekiranya akan di dapatkan melalui pendidikan. Walau kesimpulannya memang stratifikasi tidak hanya dilihat dari ilmu pengetahuan, namun ilmu pengetahuan menjadi sebuah indikasi dari terjadinya atau tercapainya sebuah jabatan yang memang menjadi faktor lain dari strata di masyarakat pula. 

Daftar Pustaka
https://www.gurupendidikan.co.id/stratifikasi-sosial/


Kondisi Stratifikasi Sosial di Era Globalisasi
Oleh: Desia Putri Yendandi

Adanya suatu pembeda di antara individu dalam masyarakat bukanlah hal yang asing lagi khususnya bagi masyarakat di Indonesia. Pembedaan tersebut dapat digolongkan ke dalam tingkatan seperti layaknya sebuah piramida, dengan catatan semakin tinggi ke puncak, maka semakin tinggi pula derajat atau prestisenya. Hal semacam ini disebut dengan istilah stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Pembedaan terhadap individu ini dapat dilihat dari segi pendidikan, kekayaan, kekuasaan dan kehormatannya dalam lingkungan masyarakat. 

Hal ini semakin terlihat di era globalisasi seperti sekarang ini yang di mana semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi. Kata globalisasi diambil dari global yang maknanya universal. Globalisasi belum memiliki definisi atau pengertian yang pasti kecuali sekedar definisi kerja sehingga maknanya tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya. Jika disimpulkan maka pengertian globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Globalisasi tidak hanya berhubungan dengan teknologi saja, tetapi juga merambat masuk ke dalam setiap aspek kehidupan manusia baik dari segi teknologi informasi dan komunikasi, ekonomi, sosial, dan budaya.  

Jika membahas tentang stratifikasi, globalisasi ini juga turut mempengaruhi cara pandang suatu individu. Pengaruh cara pandang tersebut disebabkan oleh banyaknya kemajuan serta kemudahan di era globalisasi ini sehingga membuat individu berpandangan bahwa jika seseorang semakin hebat, maka dia yang akan dipandang lebih oleh orang lain. Makna dari kata hebat tersebut dapat berasal dari ukuran tingkat pendidikannya, ukuran tingkat kekayaannya, ukuran kekuasaannya, serta ukuran kehormatannya. Sebagai contoh dalam bidang pendidikan yakni seorang individu yang memperoleh gelar Doktor di salah satu universitas terbaik di luar negeri maka akan dipandang jauh lebih terhormat dibandingkan dengan individu yang hanya lulusan SMA. Ataupun dalam bidang kekayaan misalnya seorang pengusaha makanan yang sukses hingga memiliki banyak cabang di berbagai kota akan memiliki derajat yang lebih dibandingkan dengan seseorang yang hanya berprofesi sebagai tukang bakso atau bahkan pengangguran. 

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang tersebut maka semakin tinggilah derajatnya di hadapan orang lain. Maka dari itu dengan adanya globalisasi ini, individu akan berlomba-lomba untuk naik ke strata paling atas agar mendapat kehidupan yang dipandang istimewa di mata masyarakat. Terlebih lagi dengan adanya revolusi 4.0 ini tercipta banyak sekali inovasi-inovasi baru yang dapat digunakan oleh individu sebagai alat pengembang untuk dirinya mencapai piramida stratifikasi atas. Sebenarnya, adanya stratifikasi di era globalisasi ini memilikin dampak positif yakni membuat individu lebih bekerja keras dan memunculkan beragam inovasi baru. Tetapi di samping itu pula juga terdapat dampak negatifnya yakni terdapat kesenjangan di antara individu satu dengan lainnya dan juga sifat meremehkan satu sama lain.

Daftar Pustaka
Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19-38.
Musa, M. I. (2015). Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar, 3(3).


Stratifikasi Sosial dalam Pergaulan Remaja di Era Globalisasi 
Oleh: Widya Arrahmahati

Stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokkan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Menurut Pitirim Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Stratifikasi muncul karena perbedaan dari hal yang bersifat vertikal seperti harta, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. 

Globalisasi secara umum adalah proses mendunia atau menyeluruh dimana setiap orang tidak mengenal atau terikat oleh batas-batas wilayah negara. Di era globalisasi seperti saat ini, stratifikasi semakin berkembang luas. Kecanggihan teknologi pun berdampak pada pengelompokkan masyarakat terutama kaum muda atau remaja. Remaja lebih memilih memanfaatkan teknologi khususnya penggunaan media sosial. Media sosial yang paling diminati remaja adalah instagram, youtube, dan twitter. Melalui media sosial tersebut terjadi startifikasi sosial di dalamnya.

Dalam hal ini, remaja tidak harus memiliki harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, atau pendidikan yang baik. Remaja hanya membutuhkan konten-konten yang menarik minat warganet sehingga warganet menjadi followers atau subscribersnya. Remaja dengan jumlah followers atau subscribers yang banyak di media sosial cenderung bergaul dengan “sesamanya”. Hal itu terlihat dari unggahan-unggahan bersama di media sosialnya atau dijadikan mutual. Mutual dalam hal ini adalah saling memfollow akun media sosial. Tak jarang akun yang dirasa tidak “selevel” dibiarkan menjadi fans atau tidak di followback. Begitu juga dengan youtube, youtubers terkenal tidak mungkin sembarangan memilih teman kolaborasi di channelnya. Setidaknya jumlah subscribersnya tidak beda jauh.

Kecanggihan teknologi di era globalisasi ini menciptakan lingkaran-lingkaran dalam pergaulan remaja. Hal tersebut menjadi stratifikasi sosial gaya baru. Memang tidak semua berdampak buruk namun stratifikasi sosial seperti ini sangat rentan dengan hal-hal negatif seperti bersifat pamer dan pilih-pilih teman. 

Daftar Pustaka
Wikipedia. Stratifikasi Sosial. Diakses dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/stratifikasi-sosial pada 30 september 2019
Zakky. Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli dan secara Umum.  Diakses dari https://www.zonareferensi.com/pengertian-globalisasi/ pada tanggal 30 september 2019


Penyalahgunaan Kekuasaan
Oleh: Diva Sabdaprana

Stratifikasi sosial muncul karena adanya perbedaan vertikal yang memicu munculnya hierarki dan kelas-kelas sosial di masyarakat. Stratifikasi sosial di masyarakat ditentukan oleh sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Dasar yang digunakan untuk menggolongkan masyarakat dalam stratifikasi sosial adalah kekayaan,  kekuasaan, keturunan, dan pendidikan. Namun, stratifikasi sosial ini terkadang memicu adanya konflik di masyarakat. Sebagai contoh, kini masyarakat Indonesia dibuat resah oleh berbagai macam undang-undang yang dibuat oleh DPR, seperti RUU KPK, RUKUHP, RUU Pertahanan, dan, RUU PKS. Berbagai macam undang-undang tersebut menuai konflik dikalangan masyarakat terutama mahasiswa di Indonesia. DPR sudah tidak lagi memiliki hati nurani, sehingga DPR bukan lagi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, melaikan menjadi Dewan Penindas Rakyat. Hal ini menyebabkan terpancingnya amarah dari para mahasiswa dan masyarakat yang masih mempunyai hati nurani. Mereka semua melakukan aksi demonstrasi di depan gedung DPR pada tanggal 24 September, 2019 yang lalu. 

Masyarakat menuntut keadilan karena pemerintah menggunakan kekuasaannya secara semena-mena. Hal ini tentu saja menjelaskan bahwa stratifikasi sosial di era globalisasi ini tidak dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai seseorang yang mempunyai kekuasaan. Seandainya apabila berbagai macam UU yang disebutkan di atas disah kan. Hal ini akan menimbulkan berbagai masalah yang semakin banyak terjadi di Indonesia. Seperti RUU KPK, apabila UU tersebut di sah kan oleh presiden RI, tentu saja hal ini menuai konflik di masyarakat. Mengapa demikian? Di dalam UU KPK yang baru berisikan UU yang melemahkan KPK dalam menjalankan tugasnya memberantas korupsi. Jika diibaratkan sebuah sawah. Di dalamnya terdapat sebuah ekosistem dan adanya rantai makanan. Padi adalah rakyat beserta hak dan kekayaannya, tikus adalah hama yang memakan padi yang kita anggap saja koruptor suatu negara, dan ular adalah hewan yang berperan sebagai pembasmi tikus-tikus itu yang sama saja peranannya dengan KPK. Ular akan memangsa tikus apabila dapat bergerak dengan bebas dan tanpa ketahuan oleh tikus yang sedang asik memakan padi, wal hasil ular akan berhasil memangsa tikus dan tikus pun tidak dapat lagi untuk memakan padi beserta beras yang ada di dalamnya. Namun, coba bayangkan jika ular tersebut dikandangi, tentu saja ular tersebut tidak dapat mencari mangsanya dengan mudah dan akan keluar jika kadang itu dibuka oleh sang pemiliknya. Sedangkan populasi tikus semakin banyak dan mereka menjadi gemuk karena asik menikmati padi dan tidak ada ancaman dari ular yang mereka takuti. Wal hasil banyak padi yang gagal untuk dipanen dan banyak pula padi yang tidak tumbuh dengan subur karena ulah tikus. Nah, dari cerita tersebut sudah sangat jelas bahwa RUU KPK, RKUHP, RUU Pertahanan, dan RUU PKS tidak memihak kepada rakyat. Korupsi di negara ini menjadi semakin meningkat, dan rakyat menjadi tidak bebas untuk berekspresi. Kita sebagai generasi muda harus menjadi pelopor dalam keadilan dan memanfaatkan kelebihan kita untuk sesuatu hal yang berguna. Kekuasaan bukan untuk kesenangan tapi kekuasaan adalah tanggung jawab. Untuk itu stratifikasi sosial di era globalisasi ini menimbulkan hal yang negatif dan merugikan banyak orang apabila tidak dijalakan dengan baik. Jadilah manusia yang selalu berpikir terlebih dahulu untuk mengambil suatu keputusan dan berpikirlah sebagaimana manusia normal yang beradab supaya tidak menimbukan permasalahan karena keputusan yang tidak dipikirkan secara matang.

Daftar Pustaka
https://blog.ruangguru.com/apa-itu-struktur-sosial-diferensiasi-sosial-dan-stratifikasi-sosial


Perubahan Sosial Masyarakat Desa dalam Arus Globalisasi
Oleh: Dhea Cahyani Putri

Ketika masyarakat desa  terkena arus globalisasi maka akan menimbulkan banyak dampak seperti dampak negatif maupun dampak positif. Contohnya kemajuan transportasi, kemajuan teknologi dan komunikasi, kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan menyebabkan desa tidak lagi terisolasi dari dunia luar serta dalam segi perubahan sosial di didalam budaya  tingkah laku, gaya berpakaian,  gaya interaksi antar sesama masyarakat  dan sikap terhadap etos kerja pun mulai cenderung kearah yang lebih modern dibanding sebelumnya. 

Dengan adanya pengenalan teknologi,  urbanisasi, pengenalan ide baru, dan munculnya nilai -nilai sosial baru untuk melengkapi ataupun menggantikan nilai – nilai sosial yang lama merupakan beberapa contoh perubahan sosial dalam aspek kehidupan yang diakibatkan oleh efek globalisasi. Masyarakat desa mulai mengenal kebudayaan – kebudayaan yang berasal dari luar desanya, ataupun mulai mengenal kebudayaan dari kota,tetapi dalam masuknya globalisasi ini ke masyarakat desa banyak terjadi pertentangan antara pihak masyarakat yang setuju dan tidak setuju.perubahan sosial yang sangat terasa dan bisa disebut juga dari sisi negatifnya  yaitu perpindahan penduduk dikarenakan globalisasi ini yang menyebabkan masyarakat berpikir lebih kearah modern untuk melanjutkan kehidupan nya yang lebih baik ke kota sehingga jumlah penduduk kota akhirnya menjadi bertambah karena kedatangan orang desa, sehingga akhirnya  menimbulkan permasalahan baru lagi yaitu:
·Penduduk desa semakin berkurang.
·Banyak sawah, ladang atau tegalan yang terbengkalai.
·Hasil panen menurun.
·Kesejahteraan masyarakat desa menurun

Tetapi dari segi negatif itu masih ada sisi positifnya yaitu perubahan sosial karena globalisasi salah satunya dibidang mata pencahariaan masyarakat desa yaitu sebagai petani. Para petani mulai memakai sarana dan prasarana yang lebih modern dari sebelumnya. Bahkan untuk memilih bibit beras pun sudah memiliki metode yang tepat dalam memilihnya, sehingga terciptanya bibit unggul sehingga  hasil panen semakin baik dari yang sebelumnya akibat dari globalisasi. Sehingga pada akhirnya  jikalau globalisasi itu diterima di masyarakat desa setempat, maka kebudayaan desa tersebut akan mengalami perubahan sosial baik itu ditingkat kecil ataupun ditingkat yang besar.
           
Maka  hendaknya masyarakat itu sendiri dalam menerima pengaruh globalisasi harus menerapkan sikap tegas dalam memilah pengaruh baik dan buruk globalisasi tersebut bukan hanya menerima langsung secara nyata melainkan dikaji terlebih dahulu sehingga akan terciptanya perubahan sosial positif didalam kehidupan bermasyarakat.

Daftar Pustaka
Wisadirana, Darsono. 2004. Sosiologi Pedesaan. UMM Press : Malang.
Long, Norman. 1977. Sosiologi Pembangunan Pedesaan. PT Bumi Aksar


Berubahnya Cara Pandang Masyarakat 
Terhadap Status Kelas Sosial Seseorang di Era Globalisasi Revolusi Industri 
Oleh: Innaka Dwi Citra Mayshara

Kita tentu tidak asing dengan istilah globalisasi. Di era digital dan kemajuan teknologi yang pesat seperti sekarang, proses globalisasi semakin berkembang dengan sangat cepat. Adanya internet membuat komunikasi dan koneksi global menjadi lebih mudah dan cepat. Globalisasi seakan mampu mencakup semua orang.

Secara bahasa, globalisasi berasal dari bahasa Inggris, globalization, terdiri dari kata global yang berarti universal serta kata lization yang artinya proses. Sehingga jika diartikan secara bahasa, globalisasi adalah proses pelebaran elemen-elemen baru baik pemikiran, gaya hidup, informasi maupun teknologi dengan tanpa dibatasi batas negara atau mendunia. 

Sedangkan menurut Lodge Seorang Ahli, globalisasi juga merupakan suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia dapat menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam aspek budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun lingkungan.

Dan Peter Drucker pernah menyebutkan bahwa terjadinya globalisasi merupakan bagian dari zaman transformasi sosial di era modern. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir.

Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Faktor pendorong globalisasi yang utama adalah adanya saling ketergantungan, aktivitas ekonomi serta kemajuan teknologi.baik dalam aspek budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun lingkungan.

Belakangan ini, masyarakat Indonesia semakin di hantui dengan momok globalisasi yang menakutkan. Era globalisasi ini menjadi Kekhawatiran  bagi beberapa kelompok masyarakat yang tinggal di pedalaman jauh dari perkotaan.  Pesatnya perkembangan teknologi membuat sebagian masyarakat mengalami Chultur shock dimana masyarakat  mengalami ketidaksiapan diri dalam menghadapi perubahan di era globalisasi. 

Di era Globalisasi saat ini Indonesia semakin menuju era revolusi industri 4.0 yang dimana revolusi ini adalah revolusi ke 4  setelah ditemukannya Salah satu karakteristik dari revolusi industry 4.0 yaitu kecerdasan buatan atau yang sering disebut AI Artificial Intelligence. Yang salah satu fungsi dari penggunaan komputerisasi dan robot ini bertujuan untuk menggantikan tenaga manusia menjadi murah, cepat, efektif, dan efisien.

Tidak hanya itu, Revolusi industry 4.0 adalah perubahan besar-besaran di berbagai bidang yang membuat kinerja manusia dan kinerja mesin menjadi kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan, perkembangan ekonomi dan perkembangan teknologi.Revolusi  Industri 4.0 tidak hanya mengubah di bidang teknologi saja, tetapi juga dibidang lainnya yaitu ekonomi, hukum sosial bahkan budaya. 

Namun Dibalik perubahan dan kemudahan adanya industry 4.0 yang dimanfaatkan ternyata menyimpan berbagai dampak negatif diantaranya, yaitu  banyaknya pengangguran karena kinerja manusia sudah otomatis diganti dengan mesin. kerusakan alam diakibatkan ekspoitasi industry juga berita hoax yang bertebaran dimana-mana. 

Bahkan tanpa kita sadari, belakangan ini cara pandang Masyarakat terhadap  status kelas sosial di era Globalisasi  sedikit demi sedikit pun mulai berubah. Di saat milenial saat ini, bukan hanya pendidikan, ataupun keturunan yang dilihat sebagai tolak ukur kekayaan seseorang.

Berbeda dengan dulu, kalau dulu seseorang di anggap kelas atas jika dia mampu mengenyam pendidikan yang tinggi atau dia berasal dari keturunan priyayi. Namun saat ini  di era globalisasi revolusi industri, Seseorang yang berpendidikan tinggi pun belum tentu menduduki kelas atas dalam pandangan masyarakat saat ini.

Berpendidikan tinggi kalau tidak memiliki style fashion yang kekinian atau berpenampilan kuno kadang di anggap bukan termasuk golongan kategori kelas atas. Mereka sering di sebut sebagai Orang ketinggalan zaman lah, orang deso bahkan orang  udik yang gak jaman. Tanpa kita sadari saat ini justru dari penampilan dan style fashion yang di kenakan seseorang lah yang  di jadikan tolak ukur kelas sosial. 

Seseorang yang berasal dari keturunan pemerintah atau jajaran para pemilik modal dan kekuasaan pun kalau tidak memiliki gadget-gadget yang terbaru dan terkini kadang di anggap bukan termasuk juga golongan kelas atas. Padahal sebenarnya mereka lah masyarakat kelas sosial yang sebenarnya, hanya saja gaya hidup mereka yang sederhana tidak menampakkan harta dan kekayaan nya.

Namun saat ini, sudah jarang sekali masyarakat yang seperti itu, bahkan berlomba lomba memiliki gadget-gadget terbaru dan terkini adalah budaya baru di masyarakat milenial saat ini. Disaat inilah perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat masyarakat terlena akan gemilang nya teknologi apa yang mereka bisa miliki.

Tanpa kita sadari masyarakat sekarang lebih sering menilai seseorang dari benda teknologi apa yang bisa dia miliki.  Handphone yang terbaru, laptop tercanggih, pakaian bermerek yang sudah di iklan kan di majalah,koran atau televisi. Bahkan untuk  kemampuan membeli produk teknologi itu lah yang di jadikan tolak ukur  penilaian status kelas sosial seseorang di era globalisasi revolusi industri saat ini.

Sadar atau tidak, perubahan cara pandang masyarakat terhadap status kelas sosial di era globalisasi saat ini semakin terlihat dan semakin nyata di depan mata. Sudah seharusnya kita bersiap diri dalam menggahadapi globalisasi di era revolusi indusri 4.0 ini.  Kita  harus pandai pandai menyesuaikan diri dengan keadaan.  Berubahnya cara pandang masyarakat terhadap status kelas sosial seseorang kian terus kita rasakan. Oleh karena itu sudah seharusnya  Pengembangan sumber daya manusia terus di tingkatkan agar perkembangan teknologi yang semakin pesat setara dengan perkembangan sosial masyarakat.


Gejala – gejala sosial dalam masyarakat
Oleh: Arba`ati Amalliyah

Gejala sosial merupakan sebuah fenomena yang muncul akibat interaksi sosial antar manusia dalam masyarakat. Gejala sosial akan terus ada seiring perkembangan masyarakat. Penyebab terjadinya gejala sosial ini di pengaruhi oleh perubahan sosial, heterogenitas sosial, dan penyimpangan sosial. Perubahan sosial dalam masyarakat berkaitan dengan proses perubahan perilaku, nilai, dan norma yang menjadi pedoman masyarakat pada waktu tertentu (syarbani dan fatkhuri. 2015 : 193). Perubahan tersebut memengaruhi kondisi masyarakat sehingga memunculkan gejala sosial. Gejala sosial yang disebabkan oleh Heterogenitas sosial (perbedaan dalam kehidupan masyarakat) aktivitas masyarakat dalam berinteraksi dapat memunculkan gejala sosial seperti stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial merupakan penggolongan anggota masyarakat dalam kelompok – kelompok tertentu secara bertingkat menurut dimensi kekuasaaan, dan kehormatan. Sementara itu, perilaku penyimpangan sosial juga dapat memunculkan gejala sosial. Namun, penyimpangan tersebut dapat bersifat positif dan negatif begitu pula dengan gejala sosial dapat bersifat positif ataupun negatif. Contoh gejala sosial yang bersifat positif dalam masyarakat sebagai berikut :
  • Pemerintah daerah melakukan sosialisasi tentang cara mendidik anak pada usia emas.
  • Sebagian besar masyarakat kota berpartisipasi dalam kegiatan car free day.
  • Peserta didik dari beberapa sekolah berkumpul melakukan deklarasi anti narloba dan miras. 

Sedangkan gejala sosial yang bersifat negatif dalam masyarakat sebagai berikut :

  • Membolos, membolos merupakan gejala sosial berupa kenakalan remaja. 
  • Kelas buruh merasa mendapat ketidak adilan dari sistem kerja. Ketidak adailan yang dirasakan kaum buruh disebabkan oleh upah kerja kaum buruh relatif kecil dan jam kerja semakin panjang. Sementara itu, kelas pemilik modal memperoleh keuntungan besar dari kegiatan industri yang sebagian besar pekerjaannya dilakukan oleh kaum buruh.

Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya bersikap bijak dalam menanggapi berbagai bentuk perubahan sosial. Gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat berdampak positif dan negatif. Dampak tersebut bergantung pada sikap masyarakat dalam menghadapinya. Jika tidak disikapi secara bijak, gejala sosial dapat berdampak negatif. Seperti : terjadi ketidaksetaraan sosial dalam bermasyarakat, penyimpangan sosial semakin meningkat, konflik sosial meningkat, dan terjadi degradasi moral. Namun sebaliknya gejala sosial dapat berdampak positif jika disikapi dengan baik dan terbuka. Dampak yang muncul pun bersifat membangun seperti : kualitas pendidikan masyarakat meningkat, masyarakat semakin maju dan produktif, dan meningkatkan toleransi antar masyarakat. Sebagai contoh, tekonologi komunikasi semakin berkembang pesat. Perkembangan gawai yang semakin canggih dilengkapi fitur untuk memudahkan dalam berkomunikasi. Individu cenderung menggunakan telepon seluler untuk menghubungi teman atau kerabat walaupun jarak yang harus ditempuh relatif dekat. Kondisi tersebut terjadi karena hampir setiap orang memiliki telepon seluler. Hal tersebut membuktikan bahwa perubahan cara berkomunikasi manusia dengan menggunakan perantara seperti telepon seluler menjadi sebuah tanda bahwa masyarakat telah mengalami perubahan sosial. Dahulu masyarakat berkomunikasi dengan mendatangi orang lain secara langsung walaupun jarak yang harus ditempuh sangat jauh. Akan tetapi, saat ini masyarakt cenderung berkomunikasi dengan menggunakan telepon seluler. Perubahan tersebut dapat berdampak positif dan negatif. Dampak positif perubahan tersebut yaitu mempermudah manusia menjalin komunikasi dengan orang lain di tempat yang jauh. Adapun dampak negatif gejala sosial akibat perubahan sosial tersebut yaitu mengurangi interaksi sosial antar manusia secara langsung. Akibatnya, manusia menjadi kurang peka terhadap orang lain atau masyarakat sekitar. 

Masalah – masalah tersebut perlu ditangani dengan sejumlah upaya mengatasi masalah sosial.

Daftar pustaka
Detik – detik usbn sosiologi 2018/2019, PT Penerbit Intan Pariwara




1 Komentar